Kebijakan Pemerintah Indonesia terhadap Penebangan Liar di Hutan

41 menegaskan.Pertama, peningkatan pengawasan oleh aparat dinas kehutanan terhadap izin pengusahaan hutan. Kedua, adanya komunikasi yang baik antara pemerintah daerah dan pusat soal perizinan dengan melihat PP No. 26 Tahun 2008 tentang Perencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Ketiga, menindak tegas aparat atau pejabat yang terlibat. Keempat, pengetatan sistem virifikasi legalitas kayu. Kelima, adanya sinergi kerjasama antara dinas kehutanan, lembaga audit, unit inteligen keuangan, penyedia jasa keuangan, dan masyarakat sipil. 96 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun sangat menginginkan persoalan penebangan liar ini terselesaikan. Hal ini dilihat dari hasil teleconference dengan gubernur Kalimantan Timur yang mengatakan bahwa“Ada sindikat yang melakukan illegal logging. Saya ingatkan semua negara agar tidak menjadi tukang tadah kayu hasil illegal logging.” 97 Sampai saat ini pun Indonesia masih bekerja keras dalam memerangi penebangan liar dan sangat mengharapkan negara-negara lain untuk memberikan dukungannya dengan cara menolak masuknya kayuproduk hasil olahan dari tindakan penebangan liar. 96 http:news.detik.comread20100729153943140954210-negara-rugi-rp-83-miliar-hari- akibat-illegal-logging Diakses pada 29 April 2013 97 http:news.detik.comread20111128131618177713810sby-jangan-jadi-penadah-kayu- illegal-logging. diakses pada 30 April 2013 42

BAB III PERAN JEPANG DALAM MENGATASI

DEFORESTASI Bab ini memaparkan tentang peranan Jepang dalam mengatasi deforestasi di Indonesia dari tahun 2008 sampai tahun 2011. Pada bab ini dibagi atas empat bagian. Pada bagian pertama, akan menjelaskan kerjasama Jepang dibidang lingkunganhidup internasional guna mengatasi penebangan liar di lingkungan internasional. Kedua, sejauh mana keterlibatan Jepang pada Sustainable Forest Management . Ketiga,membahas tujuan Jepang dalam mengatasi penebangan liar di Indonesia.Terakhir, memaparkan kepentingan Jepang dalam mengatasi penebangan liar di Indonesia.

A. Kerjasama Jepang di Bidang Lingkungan Hidup Internasional Guna

Mengatasi Penebangan liar di Lingkungan Internasional Masalah lingkungan merupakan salah satu isu masa kini yang telah mengusik perasaan semua orang di seluruh dunia karena membahayakan masa depan umat manusia. Seusai era perang dingin, masalah lingkungan adalah salah satu agenda politik internasional yang paling dinamis karena mempunyai hubungan yang serius dengan masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, dan teknologi. Sebenarnya, bencana ekologi telah berdampak pada banyak negara saat ini, tidak peduli apakah itu negara maju atau berkembang sehingga meningkatkan kesadaran akan dan perhatian kepada pentingnya memperkuat kerjasama internasional. Di antara negara maju,Jepang mempunyai posisi yang unik dalam menangani masalah lingkungan. 43 Selama dua dekade terakhir, terutama sejak tahun 1980-an, Jepang menghadapi citra negatif tentang sikap lingkungan negaranya dan mendapat sebutan sebagai predator ekologi. 98 Kemudian,Jepang mengubah posisinya yang unik dalam masalah lingkungan dan memberi kontribusi kepada agenda solusi lingkungan global, terutama sejak Konferensi Tingkat Tinggi KTT Bumi tahun 1992. Pasca KTT Bumi pada tahun 1992, Jepang telah berupaya untuk menjadi pemimpin dalam mengatasi masalah lingkungan, seperti, mengutamakan laju penurunan keanekaragaman hayati, penanggulangan illegallogging, dan penanggulangandampak perubahan iklim. Sejak April2006, Pemerintah Jepang telah menerapkan Green Konyuhoo Japan’s Green Purchasing Policy. 99 Kebijakan tersebut mensyaratkan agar kayu serta produk kayu yang digunakan sebagai bahan baku harus berasal dari hasil tebangan legal dan terverifikasi legalitasnya Goho Wood. Hal ini juga merupakan salah satu upaya dukungan Jepang terhadap negara-negara lain dalam menanggulangi masalah illegal logging. 100 Pemerintah Jepang terus mempromosikan inisiatif ”Cool Earth Partnership” yang diluncurkan pada awal tahun 2008 dengan target mengurangi emisi CO2 sebanyak 50 pada tahun 2050. Juni tahun 2008, Perdana Menteri Fukuda meningkatkan angka pengurangan emisi jangka panjang menjadi 60-80 pada tahun 2050, yang kemudian dikenal sebagai Fukuda Vision. Kemudian, pemerintah menerjemahkan visi ini dengan menyusun Action Plan for Achieving Low-Carbon Society .Komitmen Jepang dalam penanggulangan masalah perubahan iklim semakin menonjol setelah Perdana Menteri Kunio 98 https:lib.atmajaya.ac.iddefault.aspx?tabID=61src=aid=72219. Diakses pada 5 Mei 2013. Dikutip pada IsnaeniNurul. Jepang dan politik lingkungan global: tinjauan peran internasional Jepang dalam isu lingkungan hidup . 2006, h. 203-218 99 http:www.indonesianembassy.jpindex2.php?option=com_contentdo_pdf=1id=138. Diakses pada 4 Juli 2013 44 Hatoyama yang terpilih pada 8 September2009 menetapkan midterm target penurunan emisi CO2 hingga 25 tahun 2020 berdasarkan tingkat emisi ditahun 1990. Hal ini jauh lebih tinggi dari pada komitmen pemerintahan Perdana Menteri Taro Aso yang disampaikan padaJuni 2009, yaitu 8. 101 Jepang juga melakukan Soft Diplomacy Science and Technology dengan meluncurkan program Global Environmental Leader untuk mencetak 500 mahasiswa program S2 atau S3 selama lima tahun pada periode 2008-2013 bagi negara-negara berkembang. 102 Dengan demikian, diakui bahwa Jepang telah berubah dari tidak melakukan apa-apa menjadi melakukan tindakan kongkret dalam menanggapi masalah- masalah lingkungan. Sebagai bagian dari negara industri yang kaya, Jepang secara konsisten telah berupaya menunjukkan komitmen politik dan ekonomi sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan yang mendasar dalam melindungi lingkungan global, yaitu semakin memberikan kontribusi kepada permasalahan, maka semakin besar pula yang harus dibayar. Namun, seberapa penting Jepang memainkan perannya dalam permasalahan ini, dapat dilihat dari perbandingan Jepang dalam memberikan bantuannya kepadaOfficial Development AssistanceODA dan memberikan bagiannya untuk 101 http:cintahutan.wordpress.comauthorsrimurniningtyas. Diakses pada 5 Mei 2013. Tulisan diatas merupakan pembaharuan informasi dari ”Gambaran Umum Kehutanan Jepang” yang disusun oleh Atase Kehutanan pada tahun 19981999 dengan menggunakan informasi dari sumber-sumber: • Biodiversity Center of Japan 2009. Japan’s National Survey of the Natural Environment • Forestry Agency 2008. Annual Report on Trends in Forest and Forestry Fiscal Year 2007 Summary • Forestry Agency 2009. Annual Report on Trends in Forest and Forestry Fiscal Year 2008 Summary • Japan Overseas Forestry Consultants Association 2009. Forestry in Japan: Seven items introducing Japanese Forests and Forestry • Ministry of the Environment 2009. Nature Conservation in Japan pamphlet 102 http:cintahutan.wordpress.comauthorsrimurniningtyas. Diakses pada 5 Mei 2013 45 Gross Domestic Product GDP dunia serta adanya tanggung jawab historis Jepang dalam kontribusinya bagi degradasi lingkungan global.Hal ini dapat dicermati lebih lanjut dengan mempelajari konsistensi kebijakan baru ODA Jepang dan praktik bisnis Jepang di seluruh dunia. Jepang juga aktif dalam memberikan bantuan tingkat pemerintah untuk pembangunan ODA kepada negara-negara sedang berkembang untuk membantu pembangunan ekonomi dan sosial mereka. Kebijakan dasar dari ODA Jepang ini meliputi dukungan bagi usaha-usaha mandiri yang dilakukan oleh negara-negara yang sedang berkembang dan meningkatkan keamanan manusia. Jepang merupakan salah satu donor terkemuka di dunia dalam hal ODA. 103 ODA Jepang diberikan dalam berbagai bentuk. Bantuan hibah, yang tidak perlu dibayar kembali, diberikan untuk membantu negara-negara yang sedang berkembang agar dapat memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya di bidang-bidang pangan, kesehatan, dan pendidikan. Sementara itu, pinjaman diberikan untuk proyek-proyek besar dengan tujuan membantu pembangunan ekonomi di sebuah negara, seperti membangun jembatan dan jalan. 104 103 http:www.id.emb-japan.go.jpexpljp_14.html. Diakses pada 4 Juli 2013 104 http:www.id.emb-japan.go.jpexpljp_14.html. Diakses pada 4 Juli 2013