7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rubiaceae Depkes RI, 1989.
2.2.3. Kandungan kimia
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam gambir diantaranya zat samak, dan asam katekutanat Hariana A., 2007. Selain itu gambir mangandung
katekin, kuersetin, zat samak katekin, merah katekin, lender, lemak, dan malam Mooryati S., 1998. Burkill 1935 menguraikan kandungan lainnya selain
katekin dan asam kateku tanat dengan komposisi katekin 7-33, asam kateku tanat 20-55, pyrokatekol 20-30, gambir fluoresensi 1-3, kateku merah 3-5,
quersetin 2-4, fixed oil 1-2, lilin 1-2, dan mengandung sedikit alkaloid Amos, 2010.
2.2.4. Penggunaan
Gambir memiliki efek farmakologis diantaranya astringen, pencahar batuk, sakit kuning, dan antidiare Hariana A., 2007. Fungsi gambir yang lain adalah
untuk campuran obat seperti untuk luka bakar, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat kumur-kumur, obat sariawan, serta obat sakit kulit yang digunakan
dengan cara dibalurkan, penyamak kulit dan bahan pewarna tekstil. Fungsi yang tengah dikembangkan juga adalah sebagai perekat kayu lapis atau papan partikel
Bronto Adi, 2011.
2.2.5. Potensi
Gambir merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting bagi Indonesia, bahkan Indonesia menjadi pemasok terpenting kebutuhan gambir dunia.
Gambir mempunyai banyak potensi senyawa bioaktif yang banyak disimpulkan penelitian-penelitian sebelumnya.
Potensi gambir sebagai bahan fungisida botanis belum banyak diketahui Suherdi, 1995. Suatu ekstrak gambir mampu mengganggu keseimbangan hormon
pertumbuhan serangga Epilachna sp, sehingga terjadi kegagalan metamorfosa terutama larva instar sebesar 40-68 Adria dan Idris, 1998. Hasil penelitian oleh
Herwita 2007 menunjukkan bahwa fungisida gambir formulasi 30 gambir, cukup efektif terhadap jamur Fusarium sp penyebab penyakit bercak daun
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
seraiwangi, serta dengan pemakaian dosis yang sama dalam uji skala rumah kaca, mampu menekan keparahan penyakit. Beberapa potensi yang dimiliki gambir
sebagai bahan baku industri farmasi, kosmetika dan pangan dikarenakan tingginya kandungan senyawa flavonoid di dalam gambir. Senyawa ini telah dimanfaatkan
menjadi bahan baku dalam pembuatan obat-obatan antihepatitis B, antidiare Dharma 1985, penghambat pembentuk plak gigi Kozai et al. 1995; Nazir 2000,
antimikroba, dan antinematoda Alen, Bakhtiar, dan Noviantri 2004 dalam penelitian Herwita 2007.
2.3. Bakteri
Bakteri termasuk dalam golongan prokariota, yang strukturnya lebih sederhana dari eukariota, kecuali bahwa struktur dinding sel prokarota lebih
kompleks dari eukariota. Sel bakteri terdiri atas beberapa bagian, di antaranya :
2.3.1. Komponen Sel Bakteri a.Struktur sitoplasma
Sel prokariotik tidak mempunyai plastid otonom, seperti mtokondria dan kloroplas. Enzim pengangkut electron malah terdapat dalam selaput sitoplasma.
Pigmen fotosintetik karotenoid, bakterioklorofil, fikobiliprotein dari bakteri fotosintetik terletak pada susunan selaput khusus yang tampak sebagai vesikel
berbentuk bola atau lapisan seperti lembaran rata yang mendasari selaput sel. Pada beberapa siano bakteri sebelumnya dikenal sebagai alga biru-hijau, selaput
fotosintetik sering membentuk struktur berlapis ganda yang dikenal sebagai tilakoid Jawetz dkk., 1996.
Membran sel merupakan pembatas antara sitoplasma dan lingkungan luar Membran sel atau membran sitoplasma merupakan struktur tipis yang meliputi
sel, yang terdiri atas protein 60-70 dan fosfolipida 20-30. Membran sitoplasma juga merupakan target dari beberapa jenis antimikroba, misalnya
golongan polimiksin. Sedangkan, bahan-bahan kimia yang dapat merusak dinding sel juga dapat merusak membran sitoplasma misalnya alkohol dan ammonium
kwartener Dzen dkk., 2003. Membran sitoplasma berfungsi sebagai sekat