94
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.11 Pemanfaatan Wilayah Pesisir
Pengelolaan pesisir terpadu integrated coastal management merupakan optimalisasi proses interaktif secara bertahap yang bertujuan mewujudkan
pembangunan kawasan pesisir secara optimal dan berkelanjutan Kay and Alder, 1999. Keterpaduan perlindungan dan pengelolaan wilayah pesisir memiliki
keterkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya di dalamnya dan merupakan objek pengelolaan. Pemanfaatan sumber daya alam selalu dilakukan dengan
mengkonversikan nilai ekologi menjadi nilai ekonomi. Konversi dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, dalam arti kepemilikan bersama wilayah
pesisir namun bukan tanggung jawab bersama dalam penanggulangan kerusakan Dahuri et. al, 1996.
Tarik menarik kepentingan dan tolak menolak tanggung jawab terhadap wilayah pesisir sebagai kawasan yang merupakan bagian dari daerah yang
menjadi batas antara wilayah laut dengan daratan ini memiliki permasalahan yang sangat kompleks. Berbagai isu dan permasalahan memerlukan penanganan yang
komprehensif dengan strategi khusus dan terpadu. Strategi pengelolaan wilayah pesisir akan difokuskan untuk menangani isu utama yaitu konflik pemanfaatan
ruang wilayah pesisir, yang secara simultan juga berkaitan dengan penanganan isu yang lain. Strategi tersebut mengacu kepada visi pengelolaan pesisir terpadu yaitu
terwujudnya pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan yang didukung oleh peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, penataan dan penegakan hukum, serta penataan ruang untuk terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat Cicin-Sain and Knecht, 1998.
Rudyanto, 2004 menegaskan tentang kondisi sumberdaya pesisir dan laut yang bersifat milik bersama common property dengan akses yang bersifat
terbuka. Istilah common property lebih mengarah pada kepemilikan yang berada di bawah kontrol pemerintah atau lebih mengarah pada sifat sumberdaya yang
Universitas Sumatera Utara
95
merupakan daerah umum. sehingga sifat sumberdaya tersebut bukanlah tidak ada pemiliknya. Ini berarti sumberdaya tersebut tidak terdefinisikan dalam hal
kepemilikannya sehingga menimbulkan gejala yang disebut dengan dissipated resource rent, yaitu hilangnya rente sumberdaya yang semestinya diperoleh dari
pengelolaan yang optimal. Dengan adanya sifat sumberdaya yang terbuka menyebabkan tindakan salah satu pihak yang merugikan pihak lain tidak dapat
terkoreksi oleh pasar market failure. Hal ini menimbulkan ketidak efisienan ekonomi karena semua pihak akan berusaha mengeksploitasi sumberdaya sebesar-
besarnya, jika tidak maka pihak lain yang akan mendapat keuntungan. Salah satu strategi pengelolaan pesisir adalah penataan ruang. Rahardjo
2006 menyatakan bahwa kawasan pesisir pada prinsipnya merupakan suatu sistem dari suatu tata ruang wilayah. Sedangkan ruang adalah wadah yang
meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2006.
Mamuaya 2003 mengemukakan bahwa ruang pesisir merupakan bentang alam spesifik, sebagai percampuran pengaruh antara udara, lautan dan daratan.
Beberapa pengertian yang dikemukakan untuk menerangkan tentang wilayah pesisir menunjukkan pentingnya wilayah tersebut untuk dapat dimanfaatan secara
berkelanjutan Berdasarkan US commission on Marine Science, Engineering and Resources 1969, wilayah pesisir dapat didefinisikan sebagai: 1 Wilayah yang
berupa daratan kering dan ruang laut yang berdekatan air dan daratan dimana ekologi daratan secara langsung berdampak pada ekologi ruang lautan, 2 Suatu
wilayah yang mempunyai lebar area yang bervariasi yang dibatasi oleh benua dan dataran laut, 3 Secara fungsional, wilayah pesisir adalah suatu antarmuka yang
luas lahan dan air, dimana produksi, konsumsi, dan proses pertukaran terjadi pada intensitas yang sangat tinggi, 4 Secara ekologi, wilayah pesisir adalah suatu area
aktifitas biokimia yang dinamis akan tetapi kapasitasnya terbatas didalam mendukung berbagai bentuk kebutuhan manusia, 5 Secara geografis, batas
daratan dari zona pesisir adalah sangat diperlukan karena belum jelas, 6 Laut mungkin berdampak jauh ke arah daratan.
Universitas Sumatera Utara
96
Namun pada daerah-daerah tertentu wilayah pesisir merupakan hilir dari sungai yang mengalir dari pegunungan. Dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.26 Tahun 2008 ditegaskan bahwa pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan
meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan
keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional. Keseimbangan ekosistem pesisir merupakan titik optimal dari dari
interaksi komponen lingkungan wilayah pesisir. Interaksi faktor-faktor yang berkaitan didalam sistem perairan pesisir dapat dilihat dari ditinjau dari faktor
yang berpengaruh terhadap keberlanjutan pengelolaan pesisir terpadu, yaitu: 1 tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir; 2 Proses perencanaan dan pengambilan
keputusan yang inklusif, partisipatif, transparan, akuntabel, dan didukung dengan informasi ilmiah sebagai prasarat untuk menciptakan parameter berkelanjutan
Pengelolaan pesisir Terpadu; 3 Proses penutupan proyek secara tepat; 4 Kerangka hukum yang memadai; dan 5 Desain proyek yang fleksibel yang
memenuhi prinsip-pinsip Pengelolaan pesisir terpadu Wiyana, 2004. Keterpaduan yang menjadi prinsip pengelolaan perairan pesisir
merupakan upaya pengelolaan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yg meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No.32 Tahun 2009. Upaya terpadu fungsi
pengelolaan memiliki tujuan membangun fungsi lingkungan hidup secara berkelanjutan. Siregar 2004 memperluas makna pembangunan berkelanjutan
dengan slogan “think global, act local”untuk menyatakan bahwa dengan mengelola wilayah pesisir akan dapat memperlambat degradasi lingkungan global
yang dapat mengganggu fungsi lingkungan hidup.
Universitas Sumatera Utara
97
2.12 Indeks Kualitas Lingkungan