Hutan Mangrove Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir

109 Kesejahteraan nelayan dimaksudkan merupakan ukuran kesejahteraan masyarakat yang dengan komponen subsistem rumah tangga nelayan yang diklasifikasikan sebagai: a konsumsi harian makanan dan minimum; b konsumsi harian non makanan dan minuman; c pendidikan; d kesehatan; e perumahan; f pakaian; g rekreasi BPS,1992. Indikator tersebut dijabarkan: 1 Pendidikan: angka melek huruf, tingkat pendidikan yang ditamatkan, ketersediaan sarana pendidikan, dan partisipasi penduduk usia sekolah; 2 Kesehatan: sarana kesehatan, tenaga kesehatan, angka kematian bayi dan penyebab kematian, angka harapan hidup, angka kesakitan, penyakit menular, dan cara pengobatan; 3 Gizi: penyediaan zat gizi dan asal bahan makanan, konsumsi energi dan protein, status gizi balita; 4 Konsumsi dan pengeluaran rumah tangga: pengeluaran rata-rata perkapita, pengeluaran untuk makanan, pengeluaran untuk bukan makanan, distribusi pengeluaran; 5 Ketenagakerjaan: angka beban tanggungan angkatan kerja, status pekerjaan dan lapangan pekerjaan, jam kerja dan upah buruh, profil tingkat pendidikan angkatan kerja; 6 Perumahan dan lingkungan: fasilitas perumahan dan lingkungan, jenis penerangan, air minum, bahan bakar, dan keadaaan tempat tinggal. Lain halnya dengan indikator yang digunakan oleh BKKBN 2002 dalam menentukan tingkat kesejahteraan mencakup tiga belas variabel, yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, agama, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dalam lingkungan, transportasi, tabungan, informasi, dan peran dalam masyarakat.

2.15 Sumber Daya Hayati di Wilayah Pesisir

2.15.1 Hutan Mangrove

Bengen 2000 berpendapat hutan bakau mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Universitas Sumatera Utara 110 Secara lebih spesifik Dahuri, et.al 2001 memaparkan bahwa hutan mangrove merupakan suatu persekutuan hidup alam hayati dan lingkungannya yang terdapat di daerah pantai-laut kawasan tropika. Hutan mangrove memiliki fungsi yang tidak sedikit bagi kehidupan di wilayah pesisir. Masyarakat melihat hutan mangrove sebagai mata pencaharian sehingga keberadaannya dimanfaatkan dengan menebang dan menjualnya sebagai bahan baku ataupun sebagai produk yang memiliki nilai ekonomi. Padahal hutan mangrove juga memiliki nilai ekologis bagi wilayah pesisir, yaitu sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi bermacam biota, penahan abrasi, penahan amukan angin taufan, dan tsunami, penyerap limbah, dan pencegah intrusi air laut. Secara garis besar jenis mangrove terdiri atas famili: 1 Rhizophoraceae, yaitu Bakau R.stylosa, Tanjang Lanang R. mucronata, Tanjang Wedok R.apiculata, Lindur B.gymnorrhiza; 2 Avicinniaceae: Api-api A.marina, Api-api A.alba A.officinalis; 3 Sonneratiaceae: Susup S.alba, Bogem S.caseolaris, 4 Myrsinaceae: Kacangan Aegiceras corniculatum, 5 Meliaceae: Jombok Gading Xylocarpus granatum, Jombok X.moluccensis, 6 Lainnya: Taruntun L.racemosa, Nipah Nypa fruticans, Lawang Heritiera littoralis, Daruju Acanthus ebracteatus. Universitas Sumatera Utara 111 Gambar 2.2. Beberapa Fungsi Ekosistem Mangrove Yang Memiliki Hubungan Dengan Sumberdaya Perikanan. Mangrove dapat diidentifikasi berdasarkan jenis arus dan gelombang yang memberikan sifat pasang surut perairan, yaitu untuk perairan yang dipengaruhi oleh perairan surut, akan hidup jenis mangrove R.apiculata, R.mucronata, S.alba zona proksimal, pada daerah pasang akan hidup S.alba, B.gymnorrhiza, A.marina, A.Officinalis, C.gatal zona tengah, sedangkan untuk perairan yang Universitas Sumatera Utara 112 jauh dari laut yaitu dipengaruhi oleh badai akan ditumbuhi oleh Heritiera littoralis, Pongamia pinnata, Pandanus spp., Hibiscus tiliaceus.

2.15.2 Perikanan