139
Tabel 5.6. Pembobotan Indeks Perikanan Tangkap. Sub indikator Perikanan Tangkap
Bobot Laju pertumbuhan ikan
0,35 Hasil tangkapan
0,28 Tingkat kerusakan
0,20 Rekruitment
0,17 Jumlah Total
1,0
Tabel 5.7. Pembobotan Indeks Mangrove. Sub indikator mangrove
Bobot Keragaman mangrove
0,49 Tutupan Lahan
0,31 Kerapatan
0,20 Jumlah total
1,0
5.1.2.2 Pembuatan Grafik Sub Indeks 1.
Kualitas Air Perairan Pesisir
Indeks Kualitas air perairan pesisir adalah akumulasi dari komponen pH, turbidity, TSS, Amoniak, Oksigen terlarut Dissolve Oksigen-DO, Cadmium, Curprum, Air Raksa Hg dan
Nitrat. Rumus :
nitrat nitrat
Cd Cd
Hg Hg
Cu Cu
DO DO
amoniak amoniak
TSS TSS
tb tb
t t
pH pH
KAP
I w
I w
I w
I w
I w
I w
I w
I w
I w
I w
I +
+ +
+ +
+ +
+ +
=
................................ 5.2
Dimana : I
KAP
= Indeks Kualitas Air ; w = Bobot
Universitas Sumatera Utara
140
a. pH
Nilai indikator pH berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi dimana 0 persen kualitas air perairan pesisir dalam kondisi tercemar berat dan nilai 100 untuk
kondisi dimana kondisi pH air laut sesuai dengan baku mutu yaitu 6,5-8,5 menunjang perairan berkelanjutan. Berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dalam penelitian
ini, nilai indikator pH secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.2. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
y = ‐12.04x
2
+ 180.6x ‐ 573.4
20 40
60 80
100 120
2 4
6 8
10 12
Pengukuran pH In
d e
k s
Gambar 5.2. Grafik indikator pH. b.
Suhu Nilai indikator Suhu berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi dimana
0 persen kualitas air perairan pesisir dalam kondisi tercemar berat dan nilai 100 untuk kondisi Suhu dalam kondisi sesuai dengan baku mutu yaitu 27°C. Berdasarkan pendapat
para pakar yang diperoleh dalam penelitian ini, nilai indikator Suhu secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.3. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
Universitas Sumatera Utara
141
y = ‐8.095x + 318.4
20 40
60 80
100 120
10 20
30 40
50
Pengukuran Temperatur 0C
In d
e k
s
Gambar 5.3. Grafik indikator Suhu. c.
Oksigen Terlarut Dissolve Oksigen, DO Nilai indikator DO berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi dimana 0
persen kualitas air perairan pesisir dalam kondisi tercemar berat dan nilai 100 untuk kondisi DO dalam kondisi sesuai dengan baku mutu yaitu 7. Berdasarkan pendapat para
pakar yang diperoleh dalam penelitian ini, nilai indikator DO secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.4. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
y = 26.2x ‐ 52.23
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
7 Pengukuran
DO mgL In
d e
k s
Gambar 5.4. Grafik Indikator Dissolve Oksigen DO.
Universitas Sumatera Utara
142
d. Kekeruhan Turbidity
Nilai indikator kekeruhan berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi dimana 0 persen kualitas air perairan pesisir dalam kondisi tercemar berat dan nilai 100
untuk kondisi dimana kekeruhan dalam kondisi sesuai dengan baku mutu yaitu 30 NTU. Berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dalam penelitian ini, nilai
indikator kekeruhan secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.5. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
y = ‐2.541x + 179.3
20 40
60 80
100 120
10 20
30 40
50 60
70 80
Pengukuran Kekeruhan NTU
In d
e k
s
Gambar 5.5. Grafik Indikator Kekeruhan. e.
Total Suspended Solid TSS Nilai indikator TSS berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi dimana
0 persen kualitas air perairan pesisir dalam kondisi tercemar berat dan nilai 100 untuk kondisi dimana TSS dalam kondisi sesuai dengan baku mutu yaitu 80 mgL.
Berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dalam penelitian ini, nilai indikator TSS secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.6. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran
1.
Universitas Sumatera Utara
143
y = ‐2.538x + 306.5
20 40
60 80
100 120
20 40
60 80
100 120
140 Pengukuran
TSS mgL In
d e
k s
Gambar 5.6. Grafik Indikator Total Suspended Solid TSS. f.
Amoniak Nilai indikator amoniak berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi
dimana 0 persen kualitas air perairan pesisir dalam kondisi tercemar berat dan nilai 100 untuk kondisi kadar amoniak dalam kondisi sesuai dengan baku mutu yaitu 0,3 mgL
Berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dalam penelitian ini, nilai indikator amoniak secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.7. Hasil kuesioner dapat dilihat pada
Lampiran 1.
y = ‐247.8x + 173.1
20 40
60 80
100 120
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7 0.8
Pengkuran Amoniak mgL
In d
e k
s
Gambar 5.7. Grafik Indikator Amoniak. g.
Nitrat Nilai indikator Nitrat berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi dimana
0 persen kualitas air perairan pesisir dalam kondisi tercemar berat dan nilai 100 untuk
Universitas Sumatera Utara
144
kondisi sesuai dengan baku mutu menunjang perairan berkelanjutan yaitu nihil Berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dalam penelitian ini, nilai indikator
Nitrat secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.8. Hasil kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
y = ‐11900x + 173.4
20 40
60 80
100 120
0.005 0.01
0.015 Pengukuran
Nitrat mgL In
d e
k s
Gambar 5.8. Grafik Indikator Nitrat. h.
Tembaga Nilai indikator Tembaga berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi
dimana 0 persen kualitas air perairan pesisir dalam kondisi tercemar berat dan nilai 100 untuk kondisi sesuai dengan baku mutu menunjang perairan berkelanjutan yaitu 0,05
mgL Berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dalam penelitian ini, nilai indikator Tembaga secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.9. Hasil kuesioner dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Universitas Sumatera Utara
145
y = ‐936.3x + 152.5
20 40
60 80
100 120
0.05 0.1
0.15 0.2
Pengukuran Cu mgL
In d
e k
s
Gambar 5.9. Grafik Indikator Tembaga. i.
Merkuri Nilai indikator Merkuri berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi
dimana 0 persen kualitas air perairan pesisir dalam kondisi tercemar berat dan nilai 100 untuk kondisi sesuai dengan baku mutu yaitu 0,003 mgL Berdasarkan pendapat para
pakar yang diperoleh dalam penelitian ini, nilai indikator Merkuri secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.10. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
y = ‐25433x + 177.5
20 40
60 80
100 120
0.002 0.004
0.006 0.008
Pengukuran Hg mgL
In d
e k
s
Gambar 5.10. Grafik Indikator Merkuri. j.
Cadmium Nilai indikator Cd berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi dimana 0
persen kualitas air perairan pesisir dalam kondisi tercemar berat dan nilai 100 untuk
Universitas Sumatera Utara
146
kondisi dimana 100 persen kualitas air dalam kondisi sesuai dengan baku mutu 0,01 mgL menunjang perairan berkelanjutan. Berdasarkan pendapat para pakar yang
diperoleh dalam penelitian ini, nilai indikator Cd secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.11. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
y = ‐1298.x + 114.4
20 40
60 80
100 120
0.02 0.04
0.06 0.08
0.1 Pengukuran
Cd mgL In
d e
k s
Gambar 5.11. Grafik Indikator Cadmium. 2.
Kesejahteraan Nelayan Indeks kesejahteraan nelayan adalah akumulasi dari komponen konsumsi makanan dan
minuman, konsumsi non makanan dan minuman, pendidikan, kesehatan, perumahan, pakaian, rekreasi, lingkungan hidup serta keamanan dan ketertiban.
Rumus:
KK KK
LH LH
rekr r
pakai pakai
perum perum
kes kes
pend pend
knm knm
km km
KN
I w
I w
I w
I w
I w
I w
I w
I w
I w
I
+ +
+ +
+ +
+ +
=
........................ 5.3
Hasil wawancara terhadap para pakar menghasilkan sub indeks. Komponen Kesejahteraan Nelayan terdiri dari beberapa indikator indeks yaitu :
a. Konsumsi Makanan dan Minuman
Konsumsi harian makanan dan minuman nelayan tradisional terendah didasarkan kepada tingkat kemiskinan yaitu pada jumlah rupiah konsumsi berupa makanan kurang dari 2100
kalori per orang per hari BPS, 1992. Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk susunan umur, jenis kelamin, dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta
perkiraan status fisiologis penduduk. Tingkat kemiskinan didasarkan jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang
disetarakan dengan jumlah kilogram konsumsi beras per orang per tahun dan dibagi
Universitas Sumatera Utara
147
wilayah pedesaan pengeluaran sebesar 320 nilai tukar beras per orang per tahun Sayogyo, 2006. Harga beras per kg sebesar Rp.6.000kg, jadi konsumsi adalah
Rp.192.000 pertahun, jadi perhari adalah Rp.526,- ditambah dengan minuman dan lauk pauk, diasumsikan Rp. 1500,- per orang perhari.
Nilai sub indeks konsumsi makanan dan minuman berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi dimana 0 persen konsumsi makanan minuman bernilai Rp.3500 dan
nilai 100 kondisi konsumsi makanan dan minuman sebesar Rp. 7261 Berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dalam penelitian ini, nilai indikator indeks konsumsi
makanan dan minuman secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.12. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
y = 0.024x ‐ 76.98
20 40
60 80
100 120
2000 4000
6000 8000
Rata2 Konsumsi Makan dan Minuman OrgHari Rp
In d
e k
s
Gambar 5.12. Grafik Indikator Konsumsi Makanan dan Minuman. b.
Konsumsi harian non makanan dan minuman
Konsumsi harian non makanan dan minuman nelayan tradisional diuraikan atas kebutuhan pembelian obat bilamana sakit, pendidikan,
listrik, pembelian alat dan bahan untuk melakukan penangkapan ikan, dan lain-lain sebesar diasumsikan sama besar dengan konsumsi makanan dan
minuman. Dari hasil wawancara denan para pakar diperoleh sub indeks pada Gambar 5.13.
Nilai indikator konsumsi non makanan dan minuman berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi dimana 0 persen konsumsi non makanan dan minuman sebesar
Universitas Sumatera Utara
148
Rp.50.000 dan nilai 100 kondisi dimana 100 persen konsumsi non makanan dan minuman dapat terpenuhi yaitu sebesar Rp.258.000 Hasil kuesioner dapat dilihat pada
Lampiran 1.
y = 0.024x ‐ 73.67
20 40
60 80
100 120
2000 4000
6000 8000
Rata2 Konsumsi Harian Non Makanan dan Minuman Orghari Rp
In d
e k
s
Gambar 5.13. Grafik Indikator Non Makanan dan Minuman. c.
Pendidikan
Pendidikan diukur dengan tingkat kemampuan baca tulis UNDP, 2007, dimodifikasi dengan indikator versi BPS 1992 yaitu
angka melek huruf, tingkat pendidikan yang ditamatkan, ketersediaan sarana pendidikan, dan
partisipasi penduduk usia sekolah. Nilai indikator pendidikan berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi
dimana 0 persen nelayan dapat membaca dan menulis dan nilai 100 untuk kondisi dimana 100 persen nelayan dapat membaca dan menulis. Berdasarkan pendapat para
pakar yang diperoleh dalam penelitian ini, nilai indikator pendidikan secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.14. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
Universitas Sumatera Utara
149
y = 0.959x + 0.973
20 40
60 80
100 120
20 40
60 80
100 120
Nelayan yang Mempunyai Pendidikan
In d
e k
s
Gambar.5.14. Grafik Indikator Pendidikan. d.
Kesehatan Sub indikator kesehatan adalah berdasarkan IPM Indonesia 2007 yaitu:
1 Umur harapan hidup
2 Angka kematian bayi
3 Ratio jumlah penduduk dan tenaga medis
4 Jumlah pelayanan kesehatan
1 Umur Harapan Hidup
Umur harapan hidup nelayan tradisional disesuaikan dengan umur harapan hidup manusia Indonesia berdasarkan IPM 2007 yaitu 62,7 tahun. Dari hasil wawancara
dengan para pakar diperoleh nilai sub indikator pada Gambar 5.15.
y = 4.191x ‐ 175.5
20 40
60 80
100 120
10 20
30 40
50 60
70
Umur Harapan Hidup Nelayan Tradisional
In d
e k
s
Universitas Sumatera Utara
150
Gambar 5.15. Grafik Sub Indikator Umur Harapan Hidup. 2
Angka Kematian Bayi Angka kematian bayi UNDP, 2007 adalah menghitung jumlah bayi yang lahir
meninggal per 1.000 kelahiran. Nilai sub indeks angka kematian bayi berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi dimana 125 bayi yang meninggal per
1000 kelahiran nilai seratus sesuai standard nasional menyatakan angka idealnya adalah 35 bayi yang meninggal per seribu kelahiran. Berdasarkan pendapat para
pakar yang diperoleh dalam penelitian ini, nilai sub indikator angka kematian bayi secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.16. Hasil kuesioner dapat dilihat pada
Lampiran 1.
y = ‐1094.x + 134.9
20 40
60 80
100 120
0.02 0.04
0.06 0.08
0.1 0.12
0.14 Angka
Kematian Bayi In
d e
k s
Gambar 5.16. Grafik Sub Indikator Angka Kematian Bayi. 3
Ratio Jumlah Penduduk dan Tenaga Medis Nilai sub indikator ratio jumlah penduduk dan tenaga medis berkisar antara 0
sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi dimana ratio jumlah penduduk dan tenaga medis 1:10.000 dan nilai 100 untuk kondisi ratio penduduk dan tenaga medis 2500:1.
Ratio Jumlah Penduduk Dan Tenaga MedisDokter Ideal Menurut Majalah Tempo, 2007. Berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dalam penelitian ini, nilai
sub indikator ratio jumlah penduduk dan tenaga medis secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.17. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
Universitas Sumatera Utara
151
y = 33276x ‐ 24.24
20 40
60 80
100 120
0.0001 0.0002
0.0003 0.0004
0.0005
Rasio Jumlah Penduduk Nelayan Tradisional dan tenaga Medis
In d
e k
s
Gambar 5.17. Grafik Sub Indikator Ratio Jumlah Penduduk Dengan Tenaga Medis.
4 Jumlah Pelayanan Kesehatan
Nilai sub indikator ratio jumlah penduduk dan pelayanan kesehatan berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi dimana jumlah pelayanan kesehatan
1:95.000 dan nilai 100 untuk kondisi Ratio Jumlah penduduk dan wadah pelayanan kesehatan jumlah 1 satu puskesmas diperuntukkan untuk 30.000 penduduk Data
Primer Dinas Kesehatan Kota Medan, 2008. Pelayanan Kesehatan sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat nelayan tradisonal di wilayah
pesisir. Dari hasil wawancara dengan para pakar diproleh sub indikator pada Gambar 5.18.
y = 25.27x ‐ 22.99
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
Rasio Puskesmas dengan Penduduk
In d
e k
s
Universitas Sumatera Utara
152
Gambar 5.18. Grafik Sub Indikator Jumlah Pelayanan Kesehatan. e.
Perumahan Salah satu indikator kesejahteraan rakyat adalah perumahan. Pemenuhan kebutuhan
perumahan akan memberikan pengaruh terhadap produktivitas kerja serta dengan demikian akan, mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kegiatan ekonomi pada umumnya.
Perumahan merupakan kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupan. Sub indikator perumahan Survey Angkatan Kerja Nasional, 1976 yaitu luas
lantai rumah dan kepemilikan. Namun meninjau kepentingan kebutuhan nelayan maka komponen yang lainnya adalah ketersediaan air minum.
1 Luas Lantai Rumah
Luas lantai rumah untuk nilai minimal berdasarkan kriteria keluarga sejahtera 1 BKKBN, 2002 yaitu rata-rata luas lantai rumah 1,5 m
2
per anggota keluarga dan nilai tertinggi berdasarkan Standard WHO 2005 adalah 10 m
2
. Dari hasil wawancara dengan para pakar diperoleh sub indikator yang tertera pada Gambar
5.19.
y = 15.34x ‐ 13.63
20 40
60 80
100 120
2 4
6 8
10
Luas Lantai Rumah per Anggota Keluarga m2
In d
e k
s
Gambar 5.19. Grafik Sub Indikator Luas Lantai Rumah Nelayan. 2
Kepemilikan Rumah Kepemilikan rumah merupakan suatu indikator kebutuhan manusia dalam
menjalani kehidupan. Nilai sub indikator kepemilikan rumah berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi “menumpang di rumah orang lain“ dan nilai 100
untuk kondisi “milik sendiri”. Dari hasil wawancara dengan para pakar diproleh grafik sub indikator pada Gambar 5.20.
Universitas Sumatera Utara
153
y = 25.45x ‐ 24.28
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
Status Rumah
In d
e k
s
Gambar 5.20. Grafik Sub Indikator Kepemilikan Rumah. 3
Ketersediaan Air Minum Ketersediaan air minum merupakan sub indikator kebutuhan pokok manusia,
kondisi pesisir menyebabkan kondisi air tanah mengalami intrusi air laut, sehingga ketersediaan air minum menjadi suatu permasalahan masyarakat nelayan tradisional.
Semakin banyak ketersediaan air minum maka semakin besar nilai indeksnya. Nilai sub indikator ketersediaan air minum berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0
untuk kondisi “pemakaian air hujan” dan nilai 100 untuk kondisi tersedia fasilitas dari Perusahaan Air Minum Air PAM milik sendiri. Dari hasil wawancara dengan
para pakar diperoleh grafik sub indikator pada Gambar 5.21.
y = 24.57x ‐ 19.30
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
Ketersediaan Air MinumAir Bersih
In d
e k
s
Gambar 5.21. Grafik Sub Indikator Ketersediaan Air Minum.
Universitas Sumatera Utara
154
Keterangan gambar : X = 1
: air hujan. X = 2
: air sumur. X = 3
: air PAM dalam 5 keluarga X = 4
: air PAM dalam 2 keluarga X = 5
: air PAM milik sendiri
Universitas Sumatera Utara
155
f. Pakaian
Nilai indikator pakaian berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi kesanggupan pembelian pakaian 1 stel per tahun BKKBN, 2002 dan nilai 100 untuk kondisi
kesanggupan membeli pakaian sebanyak 5 stel pertahun. Dari hasil wawancara dengan para pakar diperoleh grafik indikator pada Gambar 5.22.
y = 24.91x ‐ 21.25
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
Kemampuan Membeli Pakaian Stel per Tahun
In d
e k
s
Gambar 5.22. Grafik Indikator Pakaian. g.
Rekreasi Nilai indikator rekreasi berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi
dimana kesanggupan rekreasi tak mungkin dilakukan dan nilai 100 untuk kondisi rekreasi bersama atau penyegaran di luar rumah paling kurang 2 dua kali dalam 6 dalam
enam bulan BKKBN, 2002. Dari hasil wawancara dengan para pakar diperoleh grafik sub indikator pada Gambar 5.23.
Universitas Sumatera Utara
156
y = 25.71x ‐ 27.53
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
Persentase Peluang Rekreasi
In d
e k
s
Gambar 5.23. Grafik Indikator Rekreasi. h.
Keamanan dan Ketertiban Keamanan dan ketertiban dilihat dari persentase tingkat keamanan, dengan
persepsi semakin tinggi tingkat keamanan maka masyarakat lebih sejahtera. Nilai indikator indeks keamanan dan ketertiban berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk
kondisi 20 keamanan dan ketertiban dan nilai 100 untuk 100 tingkat keamanan dan ketertiban. Dari hasil wawancara dengan para pakar diperoleh grafik indikator pada
Gambar 5.24.
y = 24.96x ‐ 22.8
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
120.00
1 2
3 4
5 6
Keamanan dan Ketertiban
In d
e k
s
Gambar 5.24. Grafik Indikator Keamanan dan Ketertiban.
Universitas Sumatera Utara
157
i. Lingkungan Hidup
Kepedulian lingkungan hidup dimaksudkan adalah kepedulian masyarakat nelayan dalam membuang limbahsampah ke perairan. Nilai indikator lingkungan hidup berkisar antara 0
sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi 80 masyarakat membuang sampah ke perairan dan nilai 100 untuk 0 masyarakat membuang sampah ke perairan. Dari hasil wawancara
dengan para pakar diperoleh grafik indikator pada Gambar 5.25.
y = ‐1.223x + 95.66
20 40
60 80
100 120
20 40
60 80
100
Nelayan yang Membuang LimbahSampah ke Perairan In
d e
k s
Gambar 5.25. Grafik Indikator Kepedulian Lingkungan Hidup. 3.
Indeks Potensi Sumber Daya Hayati di Pesisir I
PSH
Indeks Potensi sumber daya hayati pesisir adalah akumulasi dari komponen sumber daya hayati.
n n
Mangrove Mangrove
n Tangkap
Perikanan Tangkap
Perikanan PSH
I w
I w
I w
I w
I
+ +
= =
∑
1
.
....................... 5.4
ht ht
r r
m m
lpi lpi
kp perikanant
I w
I w
I w
I w
I
+ +
+ =
.................... 5.5
krm krm
lm lm
km km
mangrove
I w
I w
I w
I +
+ =
....................... 5.6 Dimana L
PI
adalah laju pertumbuhan ikan, m = mortalitas, r = rekruitmen, ht = hasil tangkapan, km = keragaman mangrove, lm = lahan mangrove, krm = kerapatan mangrove.
Setiap wilayah pesisir memiliki jenis sumber daya alam yang berbeda. Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya perairan pesisir menjadi faktor pendukung utama dalam
meningkatkan potensi sumber daya alam pesisir lainnya. Potensi sumber daya pesisir terdiri atas sumber daya hayati dan non hayati. Dalam hal ini di perhitungkan sumber daya hayati
Universitas Sumatera Utara
158
yang disesuaikan dengan daerah di wilayah pesisirnya. Namun pada disertasi ini difokuskan kepada perikanan tangkap dan mangrove karena mengacu kepada kondisi Perairan Belawan.
a. Perikanan
Tangkap Dari
studi pustaka, indikator perikanan tangkap diuraikan sebagai berikut
: 1
Laju Pertumbuhan Ikan
Nilai sub indikator laju pertumbuhan ikan berkisar antara 0 sampai 100.
Nilai 0 untuk kondisi laju pertumbuhan ikan 0 dan nilai 100 untuk kondisi
laju pertumbuhan ikan 100 Berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh
dalam penelitian ini, nilai sub indikator laju pertumbuhan ikan secara grafis
dapat dilihat pada Gambar 5.26. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran
1
y = 25.36x ‐ 23.5
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
laju pertumbuhan ikan
In d
e k
s
Gambar 5.26. Grafik Sub Indikator Laju Pertumbuhan Ikan.
2 Mortalitas
Nilai sub indikator mortalitas berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk
tingkat kerusakan adalah 80. dan nilai 100 untuk kondisi dimana tingkat
kerusakan adalah 0. Berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh
dalam penelitian ini, nilai sub indikator mortalitas secara grafis dapat dilihat
pada Gambar 5.27. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
Universitas Sumatera Utara
159
y = 25.46x ‐ 24.06
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
Mortalitas In
d e
k s
Gambar 5.27.Grafik Sub Indikator Mortalitas 3
Rekruitmen Nilai
sub sub indikator rekruitmen berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk
kondisi 100 persen rekruitmen dan nilai 100 untuk kondisi dimana 80
rekruitmen. Berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dalam penelitian
ini, nilai sub indikator rekruitmen secara grafis dapat dilihat pada Gambar
5.28. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
y = 25.46x ‐ 24.06
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
Rekruitmen In
d e
k s
Gambar 5.28. Grafik Sub Indikator Rekruitmen.
4 Hasil
Tangkapan
Universitas Sumatera Utara
160
Nilai sub indikator hasil tangkapan berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0
untuk kondisi hasil tangkapan 100 MSY dan nilai 100 untuk kondisi hasil
tangkapan 80MSY Berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dalam
penelitian ini, nilai sub indikator hasil tangkapan secara grafis dapat dilihat
pada Gambar 5.29. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
y = 25.81x ‐ 25.85
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
Rata ‐Rata HASIL Tangkap per THN MSY
In d
e k
s
Gambar 5.29. Grafik Sub Indikator Hasil Tangkapan.
5 Mangrove
Dalam perhitungan nilai indikator mangrove dalam hal ini yang menjadi
sub indikator adalah :
a Keragaman
Nilai sub indikator keragaman berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0 untuk kondisi kerapatan mangrove 1 dan nilai 100 untuk indeks keragaman
≥3. Berdasarkan pendapat para ahli yang diperoleh dalam penelitian ini, nilai sub
indeks keragaman secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.30. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
Universitas Sumatera Utara
161
y = 25.01x ‐ 23.01
20 40
60 80
100 120
1 2
3 4
5 6
Keragaman mangrove 100 tegakan dalam 100 m
2
In d
e k
s
Gambar 5.30. Grafik Sub Indikator Keragaman Mangrove. b
Persentase Tutupan Lahan Mangrove Nilai sub indikator tutupan lahan mangrove berkisar antara 0 sampai
100. Nilai 0 untuk kondisi tutupan lahan mangrove 0 dan nilai 100 untuk kondisi tutupan lahan mangrove 100. Berdasarkan pendapat para ahli yang diperoleh
dalam penelitian ini, nilai sub indikator tutupan lahan mangrove secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.31. Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1.
Gambar 5.31. Grafik Sub Indikator Tutupan Lahan Mangrove. c
Kerapatan Mangrove Nilai sub indikator kerapatan berkisar antara 0 sampai 100. Nilai 0
untuk kondisi kerapatan mangrove 0 dan nilai 100 untuk kondisi 100 tegakan per 100 m
2
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.201 Tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
162
Berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dalam penelitian ini, nilai sub indikator kerapatan mangrove secara grafis dapat dilihat pada Gambar 5.32.
Hasil kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1
Gambar 5.32. Grafik Sub Indikator Kerapatan Mangrove.
Universitas Sumatera Utara
163
5.1.2.3 Perhitungan Komposit Dari Indikator 1. Indeks Kualitas Air di Perairan Pesisir