125
yang bermaksud akan dilakukan; 4 Kebijakan publik bersifat positif merupakan tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu dan bersifat negatif
keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu; 5 Kebijakan publik positif selalu berdasarkan pada peraturan perundangan tertentu yang
bersifat memaksa otoritatif.
2.20 Ruang Lingkup Studi Kebijakan Publik
Secara tradisional, ruang lingkup kebijakan publik hanya dilihat dari tindakan atau aktivitas yang dilakukan pemerintah Budi Winarno, 2002. Namun
studi kebijakan publik semakin meluas. Studi ini meliputi Analisis kebijakan, kebijaksanaan publik dan anjuran kebijakan Publik advocacy. Ketiganya saling
berkaitan dan sangat bergunan berguna bagi para perumus kebijakan untuk memperbaiki kebijakan dimasa datang. Pihak-pihak yang memiliki perhatian
terhadap studi kebijakan publik terdiri atas 3 kelompok, yaitu: 1 kelompok yang terlibat dalam perumusan kebijakan, 2 Para perumus kebijakan, 2 Kelompok
ilmuwan yang bermiat dalam masalah kebijakan Budi Winarno, 2002. Anjuran kebijakan merupakan saran yang harus dilakukan pemerintah
dengan menganjurkan kebijakan-kebijakan tertentu melalui diskusi, persuasi atau aktivitas politik. Anjuran kebijakan berdasarkan permasalahan dan analisis
kebijakan yang telah dimplementasikan dan tahapan evaluasi kebijakan yang ada. Kebijakan publik dapat juga berarti serangkaian tindakan yang ditetapkan dan
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat. Studi implementasi kebijakan
memiliki arah kepada kegiatan-kegiatan untuk melaksanakan keputusan kebijakan sehingga mampu menjelaskan dampak kebijakan Budi Winarno, 2002.
Menurut Bambang Sunggono 1994, implementasi kebijakan mempunyai beberapa faktor penghambat, yaitu:
a. Isi kebijakan
Pertama, implementasi kebijakan gagal karena masih samarnya isi kebijakan, maksudnya apa yang menjadi tujuan tidak cukup terperinci, sarana-sarana dan
penerapan prioritas, atau programprogram kebijakan terlalu umum atau sama
Universitas Sumatera Utara
126
sekali tidak ada. Kedua, karena kurangnya ketetapan intern maupun ekstern dari kebijakan yang akan dilaksanakan. Ketiga, kebijakan yang akan
diimplementasikan dapat juga menunjukkan adanya kekurangan-kekurangan yang sangat berarti. Keempat, penyebab lain dari timbulnya kegagalan
implementasi suatu kebijakan publik dapat terjadi karena kekurangan- kekurangan yang menyangkut sumber daya-sumber daya pembantu, misalnya
yang menyangkut waktu, biayadana dan tenaga manusia. b.
Informasi Implementasi kebijakan publik mengasumsikan bahwa para pemegang peran
yang terlibat langsung mempunyai informasi yang perlu atau sangat berkaitan untuk dapat memainkan perannya dengan baik. Informasi ini justru tidak ada,
misalnya akibat adanya gangguan komunikasi. c.
Dukungan Pelaksanaan suatu kebijakan publik akan sangat sulit apabila pada
pengimlementasiannya tidak cukup dukungan untuk pelaksanaan kebijakan tersebut.
d. Pembagian potensi
Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya implementasi suatu kebijakan publik juga ditentukan aspek pembagian potensi diantara para pelaku yang
terlibat dalam implementasi. Dalam hal ini berkaitan dengan diferensiasi tugas dan wewenang organisasi pelaksana. Struktur organisasi pelaksanaan dapat
menimbulkan masalah-masalah apabila pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan dengan pembagian tugas atau ditandai oleh adanya
pembatasan-pembatasan yang kurang jelas Bambang Sunggono,1994. Anjuran kebijakan diperkaya dengan faktor penghambat diatas. Selain itu
evaluasi yang berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan dapat mengukur kesesuaian antara rencana dan pelaksanaan, dan
mengukur seberapa jauh telah terjadi penyimpangan dan ketidakpastian.
Universitas Sumatera Utara
127
III. GAMBARAN KONDISI PERAIRAN BELAWAN
Perairan Belawan dijelaskan dengan penggambaran kondisi Kecamatan Medan Belawan, kondisi sumber pencemar dan kondisi sumber daya alamnya.
Karena Perairan Belawan bukan hanya menampung beban pencemaran yang berasal dari kecamatan tersebut. Terhadap kegiatan industri, pemukiman dan
pelabuhan sebagai pemanfaat perairan dominan dari Sungai Deli dan Sungai Belawan juga di ulas pada bab ini.
3.4. Kondisi Kecamatan Medan Belawan
Perairan Belawan yang berada di Pantai Timur Sumatera Utara dan Kecamatan Medan Belawan terletak pada koordinat 03°48’ LU – 98°42’ BT. Perairan Belawan memiliki morfologi
pantai di sebelah barat alur pantai dan di sebelah Timur alur muara Sungai Deli. Kondisi pasang surut yang mempengaruhi Perairan Belawan sangat mempengaruhi sifat fisika, kimia air laut dan
biota perairan. Perairan Belawan terletak di muara Sungai Deli dan Sungai Belawan sehingga seluruh kegiatan di sepanjang kedua sungai tersebut memberikan pengaruh terhadap kualitas
Perairan Belawan. Sebagai bahagian dari Semenanjung Malaka yang memiliki topografi berupa dataran pantai alluvial landai dengan lebar 40 km, yang meninggi ke arah dataran tinggi dengan
kemiringan 0-2, menyebabkan kondisi pantai mencapai kemiringan ke arah Timur Laut hingga muara Sungai Belawan. Pasang surut perairan mixed semi diurmal, dengan kecenderungan 2 kali
pasang surut dalam 1 hari tenggang pasang maksimun mencapai 3 meter di kolam estuaria.
Perairan Belawan dipengaruhi oleh aktivitas di daratan. Luas daratan Belawan yang berada di Kecamatan Medan Belawan adalah 21,82 Ha, sedangkan
luas DAS Sungai Belawan dan Sungai Deli ±1,060 Km
2
. Perairan Belawan secara administrasi sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Percut Sei Tuan. Kecamatan Medan Belawan terdiri atas 6 enam kelurahan BPS Kota Medan, 2008 yaitu Kelurahan Belawan Bahari, Kelurahan Belawan
Sicanang, Kelurahan Belawan Bahagia, Kelurahan Belawan I, Kelurahan Belawan II, Kelurahan Bagan Deli
Universitas Sumatera Utara