Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pecel Lele

Berdasarkan tabel 24 diatas menunjukkan bahwa angka VIF semua variabel disekitar angka 1 dan angka tolerance mendekati 1. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model bebas dari multikolinearitas

5.7.3 Kriteria Ekonomi

Setiap variabel pada kriteria ekonomi, akan dilihat tanda koefisiennya. Jika tanda koefisien tersebut sesuai dengan a priori, maka sesuai dengan teori ekonomi. Koefisien harga pecel lele β 1 bertanda negatif, berarti semakin tinggi harga pecel lele semakin rendah permintaan konsumen terhadap pecel lele. Koefisien harga pecel ayam β 2 bertanda positif, berarti semakin tinggi harga pecel ayam semakin tinggi permintaan konsumen terhadap pecel lele. Hal ini menunjukkan bahwa pecel ayam merupakan substitusi dari pecel lele. Koefisien pendapatan disposible β 3 bertanda positif, berarti semakin tinggi pendapatan disposible semakin tinggi permintaan konsumen terhadap permintaan pecel lele. Koefisien umur β 4 bertanda negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi umur tidak menyebabkan peningkatan permintaan konsumen terhadap pecel lele lokasi warung tenda, kebersihan, dan jenjang karier konsumen yang meningkat bersamaan dengan meningkatnya usia sehingga menyebabkan pendapatan yang meningkat. Dummy lokasi usaha bertanda positif menunjukkan bahwa semakin strategis lokasi usaha semakin tinggi permintaan konsumen terhadap lele. Lima variabel dalam model menunjukkan kesesuaian pada teori ekonomi.

5.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pecel Lele

Model permintaan pecel lele pada warung tenda pecel lele di Palembang yaitu : Y = 20,94 – 0,003X 1 + 0,00087X 2 + 0,0000065X 3 - 0,0967X 4 + 2,17Dl 6,307 0,000 0,000 0,000 0,034 0,846 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pecel lele berdasarkan model di atas yaitu harga pecel lele, harga pecel ayam, pendapatan disposible, umur, dan lokasi usaha. Koefisien harga pecel lele bertanda negatif yaitu -0,003 berarti jika harga pecel lele naik sebesar Rp 1000,00 per porsi maka menyebabkan permintaan pecel lele turun sebesar 3 porsi, cateris paribus. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan. Variabel harga pecel lele berdasarkan hasil uji-t yaitu 6,72214 lebih besar dari t-tabel 3,090 dan berpengaruh nyata terhadap permintaan lele pada warung tenda pecel lele pada taraf kepercayaan 100. Koefisien harga pecel ayam bertanda positif yaitu 0,00087 berarti jika harga pecel ayam naik sebesar Rp 1000,00 per porsi maka menyebabkan permintaan pecel lele naik sebesar 1 porsi, cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa pecel ayam merupakan barang substitusi dari pecel lele. Variabel harga pecel ayam berdasarkan hasil uji-t yaitu sebesar 2,101 lebih besar dari t-tabel 1,960 dan berpengaruh nyata terhadap permintaan lele pada warung tenda pecel lele dengan taraf kepercayaan 97. Koefisien pendapatan disposible bertanda positif yaitu 0,0000065 berarti jika pendapatan disposible konsumen naik sebesar Rp 1.000.000,00 maka menyebabkan permintaan pecel lele naik sebesar 6 porsi, cateris paribus. Variabel pendapatan disposible konsumen berdasarkan hasil uji-t yaitu sebesar 8,811 lebih besar dari t-tabel 3,090 dan berpengaruh nyata terhadap permintaan lele di warung tenda pada taraf nyata 100. Koefisien umur konsumen bertanda negatif yaitu -0,09675 berarti semakin tinggi umur konsumen tidak menyebabkan meningkatnya permintaan lele di warung tenda, cateris paribus. Hal ini ditunjukkan pada tabel 12 bahwa konsumen yang menjadi responden 74,4 dari 160 responden berumur dibawah 30 tahun. Selain itu, pada Tabel 16 menunjukkan bahwa 49,38 konsumen memiliki pendapatan disposible yang kurang dari Rp 601.550 dengan 85,96 konsumen berstatus mahasiswa. Berdasarkan wawancara dengan responden konsumen yang berumur di bawah 30 tahun bahwa pecel lele merupakan makanan yang enak, gurih, dan sengaja dikonsumsi untuk waktu-waktu santai bersama keluarga, dan teman-teman dekat. Sedangkan wawancara dengan responden berumur 50 tahun bahwa pecel lele merupakan makanan yang enak, suasananya santai tetapi sudah mulai susah untuk dicerna sehingga membeli pecel lele hanya disaat waktu tertentu saja. Selain itu, konsumen mempertimbangkan kebersihan makanan karena lokasi warung tenda di pinggir jalan raya.Variabel umur konsumen berdasarkan hasil uji-t yaitu sebesar 2,86 lebih besar dari t-tabel 2,326 dan berpengaruh nyata terhadap permintaan lele di warung tenda pada taraf nyata 99. Lokasi usaha warung tenda di Palembang yang menjadi objek penelitian yaitu terletak di pinggir jalan besar, dekat dengan pusat pertokoan, pusat hiburan, pusat perbelanjaan, dan perumahan penduduk. Lokasi usaha dapat menentukan banyaknya permintaan konsumen. Koefisien Dummy lokasi usaha bertanda positif sebesar 2,173 berarti semakin strategis lokasi usaha warung tenda menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap pecel lele, cateris paribus. Variabel lokasi usaha berdasarkan uji-t yaitu sebesar 2,56 lebih besar dari t-tabel 2,326 dan berpengaruh nyata 99 terhadap permintaan lele pada warung tenda di Palembang.

5.9 Analisis Elastisitas Analisis elastisitas permintaan dilakukan untuk mengetahui persentase