Langkah-Langkah Merancang Pembelajaran Berbasis Bermain

sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah dalam pengembangan tahap pencapaian perkembangan anak secara efektif sesuai dengan karakteristik belajar anak. Indikator dijadikan pedoman bagi guru dalam merancang kegiatan pembelajaran, sehingga pengembangan rencana pembelajaran hendaknya sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Hal ini dilakukan guru untuk memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efisien dan efektif. b. Tema Pembelajaran Berbasis Bermain Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Tema dalam pembelajaran berbasis bermain diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya pembendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Maksud dari penggunaan tema adalah agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Menurut Haenilah 2015:47: “salah satu ciri penting dari pembelajaran di PAUD adalah bersifat tematik”. Peran dari tema bukan untuk diajarkan kepada anak tetapi tema dijadikan sebagai payung pembelajaran yang akan mengikat seluruh aspek perkembangan sebagai target capaian pembelajaran. Tema dianggap sebagai alat untuk menginspirasi guru dalam menciptakan permainan atau sebagai wahana yang mewarnai permainan anak. Menurut pedoman pengembangan tema pendidikan anak usia dini oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2015:3-6 bahwa: Terdapat empat prinsip dalam menentukan tema, diantaranya; 1 kedekatan; maksunya tema dipilih mulai dari tema terdekat dengan anak hingga ke tema yang semakin jauh dari kehidupan anak, 2 kesederhanaan; maksudnya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana menuju pada tema-tema yang lebih sulit dan rumit, 3 kemenarikan; artinya tema dipilih mulai dati tema- tema yang menarik minat anak ke arah tema-tema yang kurang menarik minat anak, dan 4 keinsidentalan; maksudnya tema yang dipilih berdasarkan peristiwa atau kejadian yang ada disekitar anak sekolah yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih hari itu. Merujuk pada pendapat di atas, tema merupakan payung atau alat yang dapat mengembangakan potensi anak sesuai tahap perkembagan anak dengan cara menciptakan permainan yang menyenangkan dan bermakna bagi anak. Hal penting yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan tema adalah kebermaknaan tema dalam membangun pengalaman belajar yang bermutu bagi anak usia dini. Menentukan tema menjadi penting bila diawali dengan identifikasi tema dan sekaligus ketertarikan anak terhadap topik tertentu. Tema dalam pembelajaran anak usia dini tidak ditetapkan oleh pemerintah, melainkan bersifat fleksibel penetapannya oleh lembaga PAUD yang melibatkan seluruh guru pada saat pemilihan dan penetapannya. Banyak hal di lingkungan yang dapat dijadikan tema, artinya apa yang terdapat di lingkungan terdekat seperti air, batu, kelapa, alat transportasi, laut, dan lain-lainnya dapat diangkat menjadi tema. c. Skenario Pembelajaran Berbasis Bermain Skenario pembelajaran berbasis bermain menggambarkan langkah- langkah kegiatan yang dilakukan yang disusun secara sengaja oleh guru dalam proses interaksi dan komunikasi dengan anak dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Skenario pembelajaran berbasis bermain merupakan bagian terpenting dari rencana kegiatan pembelajaran. Pembelajaran berbasis bermain berisi tiga kegiatan utama, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 1 Kegiatan pendahuluan Kegiatan pndahuluan merupakan kegiatan awal main anak yang dilakukan dengan cara menstimulasi anak agar tertarik mengikuti semua kegiatan yang akan dilakukan. Pada kegiatan ini, telah dibangun pengetahuan anak tentang konsep tertentu yang akan dipelajari dengan menghubungkan tema kegiatan yang akan dipelajari pada hari tersebut dengan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki anak yang di dapat dari lungkungan melalui kegiatan bercerita, bertanya jawab, bernyanyi, dan lain sebagainya. Kegiatan pendahuluan menjabarkan langkah-langkah kegiatan bermain yang akan dilakukan anak, cara menggunakan bahan dan alat permainan yang disusun berdasarkan alokasi waktu yang telah ditentukan. Haenilah 2015:100 menjelaskan: Kegiatan belajar pada tahap pendahuluan sering dimaknai sebagai tahap apersepsi yaitu suatu proses asimilasi pengalaman baru dengan pengalaman lama yang sudah dimiliki anak sebelumnya sehingga secara perlahan membentuk satu kesatuan pengalaman yang lebih sempurna. Merujuk pada pendapat di atas, kegiatan pendahuluan ini dimaksudkan untuk membangkitkan minat anak dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan pada hari itu dengan menggabungkan antara pengalaman yang telah diperoleh anak dari lingkungan dengan pengalaman baru yang akan dilakukan. Penggabungan pengalaman tersebut dilakukan melalui upaya klasifikasi, memahami, mengingat, atau menguatkan pengalaman lama. Kegiatan main ini bertujuan untuk mengembangkan rasa kritis anak, rasa ingin tahu anak, serta memberikan semangat kepada anak dalam melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. 2 Kegiatan inti Kegiatan inti merupakan kegiatan inti dalam proses pembelajaran yang melibatkan anak secara aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Kegiatan inti menggambarkan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan anak melalui kegiatan bermain yang dipilih dan disukai anak agar dapat bereksplorasi, berinprovisasi, berkesperimen, meningkatkan pengetahuan, konsentrasi, memunculkan inisiatif, kemandirian, kreativitas anak, serta mengembangkan potensi yang dimiliki anak secara optimal. Peran guru dalam kegiatan ini adalah membimbing, mengawasi, dan membantu anak jika mengalami kesulitan saat melakukan proses pembelajaran. Pada kegiatan inti, anak diberikan kebebasan dan kesempatan untuk melakukan kegiatan bermain yang melibatkan seluruh panca indera sesuai dengan minat, bakat, dan tahap perkembangan anak. Proses belajar pada kegiatan ini sepenuhnya disajikan dalam bentuk permainan yang sepenuhnya melibatkan anak secara langsung dalam semua aktivitas bermain. Haenilah 2015:100 menjelaskan bahwa: Proses belajar yang dilakukan anak dalam kegiatan inti hendaknya berdasarkan pada hal-hal konkrit yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik. Proses belajar yang dilakukan harus secara utuh, karena anak usia dini memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan. Pembelajaran diberikan secara bertahap mulai dari hal-hal sederhana ke hal- hal yang lebih kompleks. Berdasarkan pendapat di atas, proses belajar pada kegiatan inti dilakukan melalui kegiatan bermain yang melibatkan anak secara langsung. Proses pembelajaran disajikan secara utuh, bertahap dan melalui benda-benda konkrit yang diperoleh dengan memanfaatkan lingkungan sekitar anak sebagai sumber belajar. Pada kegiatan inti anak secara aktif mengembangkan seluruh aspek perkembangan mulai dari moral-agama, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, sampai seni. 3 Kegiatan penutup Kegiatan penutup dilakukan untuk menenangkan anak dan diberikan secara klasikan melalui kegiatan bermain yang menyenangkan sepeti bercerita, bernyayi, bermain tebak-tebakan, dan lain sebagainya. Kegiatan ini diakhiri dengan tanya jawab mengenai kegiatan yang telah berlangsung sehingga anak dapat memaknai kegiatan yang telah dilksanakan. Haenilah 2015:101 menjelaskan bahwa: Kegiatan penutup harus mampu memfasilitasi anak untuk mendapatkan kesan bahwa pembelajaran yang telah dilaksanakan menjadi penyempurna pengalaman sebelumnya. Kegiatan penutup selain berperan untuk menguatkan hasil update pengalaman lama, menjadi pengalaman baru, juga suatu saat pengalaman ini pengalaman ini akan menjadi pengalaman lama yang akan diupdate pada pembelajaran-pembelajaran berikutnya. Merujuk pada pendapat tersebut, kegiatan penutupan merupakan upaya yang dilakukan guru dalam memberikan penguatan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. Dalam kegiatan penutup guru dituntut untuk mampu membuat kegiatan yang berkesan bagi anak, sehingga anak akan mudah menyerap makna dari kegiatan yang akan dilakukan di pembelajaran berikutnya. Guru hendaknya mampu menyajikan kegiatan yang dapat mengembalikan ingatan anak pada kegiatan bermain yang telah dilakukan. Pada hakikatnya kegiatan penutup bertujuan untuk mereview kembali kegiatan proses pembelajaran yang telah dilakukan anak . Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa skenario pembelajaran berbasis bermain pada dasarnya merupakan gambaran mengenai langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru berisi kegiatan akan dilakukan pada saat proses pembelajaran. Skenario pembelajaran berbasis bermain tersusun dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. d. Sumber dan Media Pembelajaran Berbasis Bermain Media pembelajaran berbasis bermain pada pendidikan anak usia dini lebih dikenal dengan istilah Alat Permainan Edukatif APE. Menurut Gagne dalam Haenilah, 2015:101 bahwa “APE merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak didik yang dapat memotivasi anak untuk belajar”. APE tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran anak usia dini, karena dengan APE anak dapat menafsirkan perkembangan berfikir konkrit dan simbolik. Proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal apabila guru mempu menyediakan sarana alat permainan yang mampu menstimulasi seluruh panca indera untuk memberikan rangsangan pada kemampuan penalaran anak. Pada masa anak usia dini, bermain menjadi sarana untuk bereksplorasi, penemuan, penciptaan, perkembangan daya pikir, perkembangan bahasa, perkembangan fisik-motorik, kebiasaan berbagi, bersosialisasi, berimajinasi, serta kreativitas yang dapat diperoleh dari lingkungan sekitar anak. Sardiman dalam Asmawati, 2014:36 menjelaskan bahwa “guru perlu memahami bahwa lingkungan sangat efektif sebagai sumber dan media bermain atau belajar”. Melalui pemanfaatan bahan alam dan bahan sisa guru dapat menciptakan permainan baru yang mendidik bagi anak, mengoptimalkan penggunaan bahan alam dan bahan sisa sebagai sarana bermain untuk mengoptimalkan kemampuan daya cipta guru, dan mengetahui beraneka ragam bahan alam dan bahan sisa yang dapat dijadikan alat bermain sehingga proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan dapat dijadikan sumber dan bahan belajar bagi anak usia dini. Lingkungan sekitar sangat kaya akan sumber belajar, sehingga guru harus mampu mengelola dan menciptakan media pembelajaran berbasis bermain dengan memanfaatkan bahan-bahan yang dapat dijadikan saran belajar seperti batu, kayu, pasir, kertas bekas, kardus, koran, botol, dan lain sebagainya. e. Evaluasi pembelajaran Berbasis Bermain Menurut Haenilah 2015:42: “evaluasi merupakan suatu fase yang memutuskan apakah suatu program efektif dan memenuhi tujuan”. Fase ini menjadikan proses dan hasil belajar anak sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan tindak lanjut yang akan dilakukan berkenaan dengan perencanaan pembelajaran selanjutnya. Sasaran evaluasi PAUD adalah pertumbuhan dan perkembangan anak. Yus 2011:40 menyatakan bahwa “penilaian pada pendidikan anak usia dini lebih banyak untuk mendeskripsikan ketercapaian perkembangan anak”. Dengan penilaian dapat diketahui melalui aspek-aspek perkembangan yang telah dicapai dan yang belum dicapai. Kategori perkembangan yang menjadi ruang lingkup antara lain moral-agama, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial- emosional, dan seni, sedangkan pertumbuhan meliputi berat badan dan tinggi badan serta aspek fisik lainnya. Merujuk pada pendapat tersebut, evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengetahui keberhasilan dari suatu program pembelajaran. Keberhasilan tersebut dilihat dari efektif tidaknya sebuah program dilihat dari proses dan hasil yang telah diperoleh. Evaluasi dalam pembelajaran berbasis bermain dilakukan dengan menilai apakah perencanaan pembelajaran yang telah dibuat dirancang secara efektif sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan melaui penilaian proses dan penilaian hasil. Yus 2011:60 menyatakan bahwa “penilaian kegiatan pelaksanaan program anak usia dini lebih mengutamakan pada penilaian proses yang dilengkapi dengan penilaian hasilproduk”. Dengan kedua penilaian tersebut dapat diketahui sejauh mana perkembangan anak dilihat pada saat anak bermain langsung dan hasil yang diperoleh anak pada saat kegiatan bermain.

E. Penelitian Relevan

Menurut hasil penelitian terdahulu ditemukan tiga hasil penelitian, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Afandi 2009, Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Dasar. Penelitian ini mendeskripsikan unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, yaitu tujuan, materi atau isi, metode dan alat bantu, dan evaluasi atau penilaian. Untuk membuat belajar sukses, elemen harus terstruktur dan dikembangkan secara sistematis. Perencanaan pembelajaran terbagi dalam dua bentuk, yaitu perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka pendek. Pada perencanaan jangka panjang guru harus memperhatikan program belajar sepanjang satu tahun atau satu semester, sedangkan perencanaaan jangka pendek dilakukan berdasarkan apa yang akan dikerjakan untuk jangka waktu satu minggu atau satu hari. 2. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Puspitasari 2012, Menyusun Perencanaan Pembelajaran Anak Usia Dini. Disimpulkan bahwa Lembaga PAUD diberikan kebesasan untuk membuat program pembelajarannya sendiri yang mengacu pada Permendiknas nomor 58 tahun 2009 tersebut. Kenyataannya masih banyak pendidik PAUD yang kesulitan dalam mengembangkan perencanaan pembelajarannya. Dinas pendidikan anak usia dini, memberikan kebabasan lembaga pendidikan anak usia dini untuk membuat program pembelajarannya sendiri disesuaikan dengan kondisi anak dan lembaga penyelenggara. Dengan adanya pedoman ini diharapkan akan memudahkan pendidik PAUD dalam penyusun perencanaan pembelajaran sehingga pembelajaran akan berjalan secara efektif dan efisien. 3. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ridgway dan Quinones 2012, How do Early Childhood Students Conceptualize Play-Based Curriculum?. Disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis bermain memberikan bukti pada hasil belajar dan perkembangan pedagogis anak. Penelitian ini juga membuktikan bahwa bermain memberikan pengaruh besar terhadap kemampuan anak dalam pengamatan, analisis, dan perencanaan yang merefleksikan konsep teoritis dengan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan sekitar anak. Berdasarkan uraian dari ke-tiga penelitian relevan di atas, menggambarkan adanya keselarasan antara penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini, yaitu bahwa perencanaan pembelajaran berbasis bermain sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran yang bermakna bagi anak. pada dasarnya, perencanaan pembelajaran dijadikan tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan, namun tidak semua guru PAUD membuat perencanaan pembelajaran sebelum melaksanakan pembelajaran berbasis bermain. Penelitian terdahulu ingin mengetahui perencanaan pembelajaran jangka panjang dan jangka pendek. Sedangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi guru PAUD dalam merancang pembelajaran dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian RPPH pada pembelajaran berbasis bermain.

F. Kerangka Pikir

Merancang pembelajaran merupakan salah satu tugas guru yang termasuk kedalam komponen kompetensi pedagogik. Perencanaan pembelajaran menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru PAUD harus mampu memahami karakteristik anak dalam belajar. Anak usia dini berada pada masa bermain dan penuh dengan potensi yang perlu dikembangkan. Anak belajar melalui bermain, dengan bermain pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi anak. Sehingga, guru PAUD harus memahami langkah-langkah dalam merencanakan pembelajaran berbasis bermain yang meliputi menentukan indikator capaian perkembangan pembelajaran berbasis bermain, mentukan tema pembelajaran berbasis bermain, menyusun skenario pembelajaran berbasis bermain seperti kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, menentukan sumber dan media pembelajaran berbasis bermain, serta menyusun evaluasi pembelajaran berbasis bermain. Guru PAUD yang telah memahami komponen merancang pembelajaran berbasis bermain tersebut, diharapkan guru PAUD mampu menerapkan dalam membuat perencanaan pembelajaran berbasis bermain sesuai standar yang ada. Sehingga, perencanaan pembelajaran berbasis bermain dapat mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal dengan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi anak. Gambar 1. Kerangka Pikir Kemampuan guru PAUD dalam merancang pembelajaran berbasis bermain 1. Menentukan indikator capaian perkembangan pembelajaran berbasis bermain 2. Menentukan tema pembelajaran berbasis bermain 3. Menyusun skenario pembelajaran berbasis bermain 4. Menentukan sumber dan media pembelajaran berbasis bermain 5. Menyusun evaluasi pembelajaran berbasis bermain