Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan Output

menurunkan suku bunga domestik, tetapi ada lag beberapa triwulan hingga kemudian suku bunga domestik mulai mengikuti trend turunnya suku bunga AS. Guncangan kebijakan suku bunga AS menyebabkan nilai tukar meningkat selama 8 triwulan, mendatar selama 3 triwulan dan meningkat lagi untuk akhirnya kembali pada keseimbangan jangka panjang. Permintaan uang meningkat sebesar 17 persen dalam jangka panjang. Permintaan uang meningkat tajam sejak awal terjadinya guncangan. Meningkatnya suku bunga AS akan mengakibatkan suku bunga domestik juga naik secara proporsional.

4.8.2. Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan Output

Pengaruh guncangan output sebesar 1 standar deviasi diuraikan pada Gambar 23-27. Guncangan ini pada awalnya memang menurunkan PDB tetapi akhirnya PDB meningkat setelah 7 triwulan pertama sebesar 0,6 persen. Hal ini menunjukkan adanya lag antara guncangan dengan pengaruh yang terjadi. Dalam jangka panjang PDB mencapai ekuilibrium setelah 50 triwulan dan PDB meningkat sebesar 0,8 persen. Suku bunga domestik meningkat pada 4 triwulan pertama setelah guncangan, kemudian menurun tajam hingga 7 triwulan berikutnya, kemudian meningkat kembali selama 6 triwulan, mendatar selama 2 triwulan dan menurun kembali sampai triwulan ke-20. Satu-satunya variabel yang dapat menjadi penyebab turunnya PDB ketika terjadi guncangan adalah variabel suku bunga domestik. Meningkatnya suku bunga domestik akan meningkatkan suku bunga riil, investasi akan turun akibat adanya peningkatan suku bunga riil tersebut. Menurunnya investasi akan menyebabkan menurunnya PDB. Guncangan output sebesar satu standar deviasi akan meningkatkan PDB sebesar 0,8 persen. Guncangan output tidak berpengaruh terhadap suku bunga domestik dalam jangka panjang. Gambar 23. Respon PDB terhadap Guncangan Output Gambar 24. Respon Permintaan Uang terhadap Guncangan Output .000 .004 .008 .012 .016 .020 10 20 30 40 50 60 Response of LPDB to Cholesky One S.D. LPDB Innovation .000 .004 .008 .012 .016 .020 .024 10 20 30 40 50 60 Response of LM2 to Cholesky One S.D. LPDB Innovation Gambar 25. Respon Nilai Tukar terhadap Guncangan Output Gambar 26. Respon Suku Bunga Domestik terhadap Guncangan Output Gambar 27. Respon Harga terhadap Guncangan Output .03 .04 .05 .06 .07 .08 .09 10 20 30 40 50 60 Response of LER to Cholesky One S.D. LPDB Innovation -.008 -.004 .000 .004 .008 .012 .016 10 20 30 40 50 60 Response of IDEP3BLN to Cholesky One S.D. LPDB Innovation .000 .005 .010 .015 .020 .025 .030 10 20 30 40 50 60 Response of LIHK to Cholesky One S.D. LPDB Innovation Guncangan output menyebabkan peningkatan permintaan uang sebesar 2,2 persen pada 4 triwulan pertama. Permintaan uang ekspansi tajam mencapai 2 kali lebih tajam dari peningkatan jangka panjangnya. Pada saat yang sama permintaan uang terkontraksi dan meningkat kembali tetapi tidak setajam pada saat awal terjadinya guncangan. Permintaan uang akhirnya menurun stabil. Dalam jangka panjang peningkatan output sebesar 1 standar deviasi menyebabkan permintaan uang meningkat sebesar 2 persen. Guncangan output menyebabkan peningkatan nilai tukar sekitar 8,6 persen pada 3 triwulan pertama. Selanjutnya turun selama 7 triwulan berikutnya, kemudian meningkat kembali sekitar 5,7 persen setelah triwulan ke-15 selanjutnya turun dan meningkat kembali. Dalam jangka panjang nilai tukar mencapai ekuilibrium setelah 25 triwulan. Harga meningkat tajam sampai 6 triwulan pertama akibat adanya guncangan output, kemudian menurun selama 6 triwulan tetapi dalam persentase yang jauh lebih kecil dibanding dengan peningkatan saat terjadi guncangan. Selanjutnya meningkat kembali dan stabil setelah 20 triwulan. Setiap peningkatan sebesar 1 standar deviasi output meningkatkan harga 2,9 persen dalam jangka panjang.

4.8.3. Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan Permintaan