Hal ini menunjukkan bahwa sebelum krisis terjadi, indikator PDB Indonesia kelihatan cukup baik. Banyak kalangan yang tidak mengira krisis akan
berdampak demikian parah. Pada saat krisis, terjadi kontraksi yang dalam dan belum pernah terjadi sebelumnya. Pada saat yang sama trend PDB yang selama ini
terus meningkat terlihat berubah menjadi mendatar. Keadaan perubahan ini selanjutnya akan terlihat terjadi pada seluruh variabel makro ekonomi lainnya.
Seluruh variabel berubah dari pola awalnya akibat terjadinya krisis ekonomi Supriana, 2004.
Hasil dari analisis menunjukkan bahwa titik balik turning point dari business cycle
Indonesia dilampaui setelah satu tahun. Titik balik bawah through tercapai pada triwulan keempat tahun 1998. Memasuki tahun 1999 terlihat telah
terjadi recovery. Setelah pada tahun 1998 mengalami kontraksi terdalam di mana pertumbuhan ekonomi mencapai -13.1. PDB mulai bergerak naik kembali ke
trendnya semula. Pada awal tahun 1999 pertumbuhan ekonomi sebesar 1.34. Pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh naiknya permintaan domestik,
khususnya konsumsi.
4.1.2. Trend dan Siklikal IHK
Trend Indeks Harga Konsumen IHK mengalami tiga fase, yang pertama meningkat perlahan, kedua mulai tahun 1997 meningkat tajam, dan ketiga
menurun dengan tajam pada awal tahun 2002. Trend dan siklikal variabel ini seperti dijelaskan sebelumnya berubah secara tajam setelah terjadi krisis ekonomi
1997.
Sebelum tahun 1995 terlihat siklikal indeks harga berada di sekitar garis trend dengan deviasi yang kecil sekali lebih kecil dari 5 , kecuali pada saat
krisis, deviasi mencapai 30 .
Gambar 6. Grafik Trend Indeks Harga Konsumen
Gambar 7. Grafik Siklikal Indeks Harga Konsumen
Jika kita kaitkan dengan siklikal PDB pada masa sebelum krisis, terlihat bahwa siklikal indeks harga lebih kecil deviasinya. Terlihat bahwa ketika PDB
Indonesia sampai pada titik balik bawah through, indeks harga mencapai titik balik atas peak untuk kembali ke trendnya semula. Bagaimana korelasi antara
PDB dan indeks harga akan dianalisis pada bagian selanjutnya. Pada tahun 1995 terlihat siklikal indeks harga mulai terkontraksi dan
berlanjut menjadi kontraksi yang sangat dalam hingga awal tahun 1998. Siklikal ini akhirnya mengalami ekspansi yang sangat tinggi pada saat krisis pertengahan
tahun 1998. Pada saat yang sama PDB Indonesia terkontraksi sangat dalam. Ekspansi ini berhenti setelah mencapai titik balik atas peak dan bertahan
mendatar pada triwulan ketiga tahun 1998. Mulai kontraksi kembali pada akhir tahun yang sama. Kontraksi yang terjadi terlihat melampaui garis trend ke arah
negatif, yang menjadi tanda telah terjadi deflasi. Hal ini menunjukkan terjadinya kenaikan harga yang tidak terkendali pada saat krisis. Terjadinya deflasi
menunjukkan trend indeks harga telah kembali ke kondisi normal. Setelah tahun 2001 siklikal indeks harga mencapai titik balik bawah through kembali ke garis
trendnya.
4.1.3. Trend dan Siklikal Variabel Luar Negeri
Siklikal nilai tukar Indonesia tidak terlalu berfluktuasi sampai tahun 1995. Trend nilai tukar terlihat melalui beberapa fase. Mendatar mulai tahun 1990-1995.
Setelah tahun 1995 trend nilai tukar menunjukkan peningkatan yang tajam.
Peningkatan nilai tukar yang tajam inilah yang memacu terjadinya krisis ekonomi Indonesia.
Gambar 8. Grafik Trend Nilai Tukar
Gambar 9. Grafik Siklikal Nilai Tukar
Siklikal nilai tukar juga menunjukkan beberapa pola. Setiap kali siklus mulai turun nilai tukar terapresiasi, terdepresiasi kembali melalui intervensi
pemerintah. Intervensi dilakukan dengan kebijakan devaluasi. Devaluasi ini dimaksudkan untuk mengendalikan interval band batas bawah maupun batas atas
fluktuasi nilai tukar. Setelah tahun 1997 hingga tahun 2001 terjadi beberapa fluktuasi kemudian kembali ke tingkat semula sebelum akhirnya terdepresiasi
pada tingkat paling tinggi pada tahun 1997-1998. Nilai tukar ini akhirnya menurun kembali dimulai tahun 2000 dan terjadi fluktuasi kecil beberapa kali dan
mulai stabil pada akhir tahun 2001. Dari grafik dapat dilihat bahwa nilai tukar tetap fixed exchange rate secara perlahan didepresiasikan, baru kemudian
terlihat bahwa nilai tukar lebih fluktuatif.
4.1.4. Trend dan Siklikal Agregat Moneter