Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Teori Permintaan Uang Keynes

menghasilkan suatu output perekonomian. Jadi, uang beredar sangat erat kaitannya dengan output perekonomian suatu negara. Uang memiliki fungsi sangat penting di dalam suatu perekonomian. Uang akan meningkatkan efisiensi ekonomi dengan penghematan atas biaya-biaya informasi. Jumlah uang beredar memainkan peran penting di dalam menentukan tingkat inflasi suatu negara. Kondisi di atas mengindikasikan bahwa jumlah uang beredar diharapkan dapat menerangkan fluktuasi ekonomi atau siklus bisnis yang terjadi di suatu negara. Fluktuasi yang terlalu besar dalam penawaran uang akan menyebabkan berbagai masalah bagi perekonomian suatu negara. Fluktuasi dalam penawaran uang berkorelasi dengan fluktuasi output. Oleh karena itu analisis terhadap uang dan siklus bisnis menjadi semakin penting untuk dilakukan.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan tentang jumlah uang beredar merupakan permasalahan yang sangat rumit, karena jumlah uang beredar memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kelangsungan perekonomian suatu negara, sehingga dapat menggeser kondisi perekonomian dari kondisi baik tingkat inflasi rendah, pertumbuhan ekonomi tinggi ke kondisi buruk, atau sebaliknya. Mekanisme yang mengatur hubungan antara uang dan siklus bisnis merupakan satu topik yang paling diperdebatkan di dalam makroekonomi. Beberapa ekonom memandang uang semata-mata pasif, dengan korelasi positif dengan tingkat kegiatan ekonomi suatu negara. Sementara yang lain, memandang perubahan dalam jumlah uang beredar sebagai suatu hal yang penting, barangkali yang paling dominan, sebagai sumber utama dari fluktuasi ekonomi atau siklus bisnis. Adanya perdebatan mengenai berpengaruh tidaknya jumlah uang beredar terhadap siklus bisnis yang terjadi di suatu negara, membuat penelitian mengenai hubungan uang dengan siklus bisnis menjadi semakin penting untuk dilakukan. Dari penjelasan di atas, maka permasalahan yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk korelasi antara uang dan siklus bisnis di Indonesia sebelum dan setelah krisis ekonomi? 2. Faktor apa yang paling dominan dalam mempengaruhi permintaan uang di Indonesia? 3. Bagaimanakah pengaruh uang terhadap siklus bisnis?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis korelasi antara uang dan siklus bisnis di Indonesia sebelum dan setelah krisis ekonomi. 2. Mengetahui faktor apa yang paling dominan mempengaruhi permintaan uang di Indonesia. 3. Menganalisis pengaruh uang terhadap siklus bisnis.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memperlihatkan korelasi antara uang dengan siklus bisnis di Indonesia apakah leading, lagging atau co-incident kepada para pengambil keputusan sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan suatu kebijakan. 2. Memberikan gambaran dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang di Indonesia kepada masyarakat luas. 3. Menambah wawasan dan tambahan pengetahuan penulis tentang uang dan siklus bisnis serta korelasi antara uang dan tingkat output. TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran Uang Definisi Uang Beredar Uang beredar adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam ilmu ekonomi moneter. Sebelum sampai pada konsep atau pengertian uang beredar perlu dipahami terlebih dahulu penggunaan uang dalam praktik kehidupan sehari-hari. Ada tiga jenis uang yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari yaitu : uang kartal, uang giral, dan uang kuasi. Otoritas moneter bank sentral dan bank umum adalah lembaga yang dapat menciptakan uang. Bank sentral mengeluarkan dan mengedarkan uang kartal sedangkan bank umum mengeluarkan dan mengedarkan uang giral serta uang kuasi. Kedua lembaga ini disebut sebagai lembaga yang termasuk dalam sistem moneter. Dengan mengeluarkan dan mengedarkan uang berarti sistem moneter mempunyai kewajiban kepada sektor swasta domestik. Berdasarkan pengertian tersebut, uang beredar didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik. Jenis-jenis Uang Beredar Berbagai negara menggunakan uang beredar dengan jenis yang beragam. Jenis-jenis uang beredar tersebut secara resmi didefinisikan berdasarkan komponen yang tercakup di dalamnya. Komponen tersebut adalah tiga jenis uang yang telah dikenal pada bagian sebelumnya, yaitu uang kartal, uang giral dan uang kuasi. Dengan demikian, sesuai dengan cakupan uang beredar yang beragam, jenis uang beredar pun beragam, mulai dari pengertian atau definisi yang paling sempit sampai yang paling luas. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, uang beredar didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik. Di Indonesia saat ini kita hanya mengenal dua macam uang beredar saja, yaitu Bank Indonesia, 2002 : 1. Uang beredar dalam arti sempit, yang sering diberi simbol M1, didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal C dan uang giral D. 2. Uang beredar dalam arti luas, yang sering juga disebut sebagai likuiditas perekonomian dan diberi simbol M2, didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal C, uang giral D dan uang kuasi T. Dengan kata lain M2 adalah M1 ditambah dengan tabungan dan simpanan berjangka lain yang jangkanya lebih pendek, termasuk rekening pasar uang dan pinjaman semalam antar bank.

2.1.3. Mekanisme Penciptaan Uang Beredar

Berdasarkan peranannya, secara umum dikelompokkan tiga pelaku utama dalam proses penciptaan uang, yaitu i otoritas moneter, ii bank umum, dan iii masyarakat atau sektor swasta domestik. Secara sederhana dapat diuraikan : otoritas moneter menciptakan uang kartal, sementara bank umum menciptakan uang giral dan uang kuasi, sedangkan masyarakat akan menggunakan uang yang diciptakan oleh otoritas moneter dan bank umum tersebut untuk melakukan kegiatan ekonomi. Sebagai pelaksana fungsi otoritas moneter, bank sentral mempunyai wewenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang kartal. Selain menciptakan uang kartal, dalam prakteknya Bank Indonesia juga menerima simpanan giro bank umum. Uang kartal dan simpanan bank umum di bank sentral selanjutnya disebut sebagai uang primer base money. Dalam praktek uang primer tersebut diberi simbol M0. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi uang primer perlu diketahui terlebih dahulu Neraca Otoritas Moneter. Di Indonesia, neraca tersebut secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 2. Neraca Otoritas Moneter di Indonesia Aktiva Pasiva Aktiva Luar Negeri Bersih ALNB Aktiva Dalam Negeri Bersih ADNB • Tagihan bersih pada pemerintah pusat • Tagihan pada sektor swasta domestik • Tagihan pada bank umum Aktiva Lainnya Bersih M0 Uang Kartal • Di masyarakat C • Di bank umum R Saldo giro • Milik bank umum • Milik masyarakat M0 Sumber : Solikin dan Suseno, 2002. Secara garis besar, sisi pasiva Neraca Otoritas Moneter memuat komponen-komponen uang primer, yaitu terdiri dari : i uang kartal, dan ii saldo rekening giro atau cadangan milik bank umum dan masyarakat di Bank Indonesia. Sementara itu, dari sisi aktiva, neraca otoritas moneter yang mempengaruhi uang primer yaitu i aktiva luar negeri bersih, ii aktiva dalam negeri bersih, dan iii aktiva lainnya bersih.

2.1.4. Hubungan Uang Primer dengan Uang Beredar

Untuk mengetahui hubungan antara uang primer M0 dengan uang beredar M1 dan M2 maka perlu diketahui terlebih dahulu konsep pengganda uang money multiplier. Konsep ini muncul sejalan dengan kondisi bahwa dalam menciptakan uang giral dan uang kuasi, bank tidak harus menjamin sepenuhnya uang tersebut dengan uang tunai yang ada di kasnya. Berdasarkan Neraca Otoritas Moneter, diketahui bahwa secara umum, uang primer M0 terdiri dari uang kartal C dan saldo giro bank umum di bank sentral R. Sementara itu, uang beredar dalam arti sempit M1 terdiri dari uang kartal C dan uang giral D, sedangkan uang beredar dalam arti luas M2 terdiri dari M1 ditambah uang kuasi T. Konsep tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut Solikin dan Suseno, 2002 : 2.1 2.2 2.3 Dengan mendefinisikan sebagai currency ratio, time and saving deposit ratio, dan reserve ratio, maka didapat angka pengganda uang untuk masing-masing dan yang disimbolkan dengan mm1 dan mm2 yang dapat menggambarkan interaksi antara otoritas moneter, bank umum, dan masyarakat, yaitu : R C M + = D C M + = 1 T D C M + + = 2 c D C = t D T = r T D R = + 1 M 2 M 2.4 2.5 Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa naik turunnya angka pelipat ganda uang dipengaruhi oleh ketiga determinan angka pelipat ganda uang, yaitu currency ratio, time and saving deposit ratio, dan reserve ratio. Angka pelipat ganda uang senantiasa berubah-ubah sejalan dengan pola interaksi antara otoritas moneter, bank umum, dan masyarakat.

2.2. Teori Kuantitas Uang

Menurut paham klasik, uang tidak mempunyai pengaruh terhadap sektor riil, tidak ada pengaruhnya terhadap tingkat bunga, kesempatan kerja atau pendapatan nasional. Pengaruh uang hanyalah terhadap harga-harga barang. Bertambahnya uang beredar akan mengakibatkan kenaikan harga saja. Namun, menurut kaum monetaris, uang mempunyai pengaruh terhadap sektor riil.

2.2.1. Teori Irving Fisher

Fisher berusaha untuk mengobservasi hubungan antara kuantitas uang M jumlah uang beredar dengan jumlah total pengeluaran pada komoditi akhir barang dan jasa P x Y Mishkin, 2001. Konsep yang menyediakan hubungan antara M dengan P x Y sering disebut sebagai kecepatan uang velocity of money, yaitu tingkat perputaran uang atau seberapa banyak rata-rata satu unit rupiah yang ] 1 [ 1 1 1 + × + + = = t r c c M M mm ] 1 [ 1 2 2 + × + + + = = t r c t c M M mm dibelanjakan dalam bentuk barang dan jasa yang diproduksi final goods dalam ekonomi. Velocity of money V didefinisikan lebih tepat sebagai pengeluaran total PxY dibagi dengan kuantitas uang M atau 2.6 Dengan mengalikan kedua sisinya dengan M, persamaan untuk pertukaran equation of exchange adalah sebagai berikut : 2.7 Persamaan 2.7 di atas menggambarkan bahwa jumlah kuantitas uang dikali dengan seberapa banyak uang tersebut dibelanjakan dalam satu periode harus sama dengan pendapatan nasional nominal. Persamaan 2.7 juga bisa disebut persamaan identitas, yang artinya bahwa secara definisi memang dibenarkan. Persamaan tersebut tidak menjelaskan apakah pada saat M berubah, pendapatan nominal P x Y akan berubah ke arah yang sama; peningkatan M misalnya harus diimbangi dengan penurunan V sehingga perkalian antara M dengan V M x V tidak berubah. Agar persamaan identitas tersebut dapat dijadikan teori dalam melihat bagaimana pendapatan nominal ditentukan, perlu memahami faktor-faktor yang menjadi penentu dalam velocity. Irving Fisher mengemukakan bahwa velocity dipengaruhi oleh institusi yang ada dalam ekonomi tersebut, yang mana setiap individu dapat melakukan transaksi. Jika masyarakat lebih banyak menggunakan kartu kredit atau kartu debit dalam melakukan transaksi, maka konsekuensinya penggunaan uang secara tunai dalam aktivitas ekonomi akan berkurang. Fisher berpandangan bahwa M Y P V × = Y P V M × = × institusional dan fasilitas teknologi dalam perekonomian akan berdampak pada velocity hanya pada jangka panjang. Pandangan Fisher bahwa velocity adalah konstan dalam jangka pendek menjabarkan kondisi persamaan 2.7 di atas. Ketika kuantitas uang M meningkat dua kali lipat, M x V juga akan meningkat sebesar dua kali lipat, begitu juga dengan P x Y nilai dari pendapatan nominal. Oleh karena para ekonom klasik termasuk Irving Fisher berpikiran bahwa tingkat upah wages dan tingkat harga prices bergerak fleksibel completely flexible, mereka percaya bahwa tingkat output agregat Y yang diproduksi pada keadaan normal akan tetap berada pada tingkat full employment. Dengan demikian, variabel Y dalam persaman 2.7 dapat diperlakukan konstan dalam jangka pendek. Teori kuantitas uang menyatakan bahwa jika M meningkat dua kali lipat, P juga harus meningkat sebesar dua kali lipat karena V dan Y konstan. Bagi para ekonom klasik, teori kuantitas uang menyediakan penjelasan mengenai pergerakan tingkat harga. Pergerakan pada tingkat harga menghasilkan perubahan hanya pada kuantitas uang Mishkin, 2001. Pada saat pasar uang berada pada kondisi keseimbangan, kuantitas uang M yang dipegang oleh masyarakat akan sama dengan kuantitas uang yang diminta Md. Dengan demikian, variabel M dalam persamaan 2.7 dapat diganti dengan Md. Apabila menggunakan k untuk mempresentasikan nilai 1V, persamaan 2.7 dapat ditulis kembali sebagai berikut : 2.8 PY k Md × = Persamaan 2.8 menjelaskan bahwa oleh karena k adalah konstan, tingkat transaksi yang dihasilkan oleh PY uang tetap menentukan kuantitas uang Md yang diminta masyarakat. Dengan demikian, teori kuantitas uang yang dikemukakan oleh Fisher memberi kesan bahwa tingkat permintaan uang merupakan fungsi pendapatan murni, dan tingkat harga tidak memiliki dampak terhadap tingkat permintaan uang. Fisher mendapatkan kesimpulan ini karena dia percaya bahwa masyarakat memegang uang hanya untuk melakukan transaksi dan tidak memiliki kebebasan untuk menentukan berapa banyaknya uang yang ingin dipegang. Tingkat permintaan uang ditentukan oleh : 1. Tingkat transaksi yang ditentukan oleh pendapatan nominal PY. 2. Institusi yang terdapat dalam ekonomi tersebut, yang mempengaruhi cara masyarakat melakukan transaksi yang dapat menentukan velocity dan juga k.

2.2.2. Pendekatan Cambridge

Marshall memandang persamaan Irving Fisher dengan sedikit berbeda. Dia tidak menekankan pada perputaran uang velocity dalam suatu periode melainkan pada bagian dari pendapatan yang diwujudkan dalam bentuk uang kas. Walaupun pada akhirnya persamaan mereka menghasilkan hal yang sama dengan Fisher Md = k x PY, pendekatan mereka berbeda secara signifikan. Pendekatan mereka tidak melihat bahwa tingkat permintaan uang hanya ditentukan transaksi. Sebaliknya, para ekonom Cambridge juga menyatakan bahwa seberapa banyak uang yang ingin dipegang oleh masyarakat ikut berpengaruh terhadap Md. Dalam model yang dikembangkan oleh ekonom Cambridge terdapat dua alasan mengapa orang ingin memegang uang, yaitu : 1. Medium of exchange. Fungsi uang sebagai alat pertukaran yang dapat digunakan masyarakat dalam bertransaksi dan komponen transaksi Md proporsional terhadap pendapatan nominal. 2. Store of wealth. Fungsi uang yang kedua ini memberi ide kepada ekonom Cambridge bahwa tingkat kekayaan seseorang juga berpengaruh terhadap tingkat permintaan uang. Ketika kekayaan meningkat, orang tersebut perlu menyimpannya ke dalam kuantitas aset yang lebih besar-salah satunya dalam bentuk uang. Oleh karena pihak Cambridge percaya bahwa kekayaan nominal proporsional terhadap pendapatan nominal, mereka juga percaya bahwa kekayaan merupakan komponen dari permintaan uang yang proporsional terhadap pendapatan nasional. Terlihat bahwa kelompok Cambridge setuju dengan pendapat Fisher yang menyatakan tingkat suku bunga tidak memiliki peranan atas tingkat permintaan uang dalam jangka pendek. Walaupun ekonom Cambridge sering memperlakukan k sebagai variabel yang konstan dan setuju dengan Fisher bahwa pendapatan nominal ditentukan oleh kuantitas uang, pendekatan mereka memperbolehkan tiap individu untuk memilih seberapa banyak uang yang akan dipegangnya. Keadaan ini memperbolehkan kemungkinan variabel k untuk berfluktuasi dalam jangka pendek. Sebab, keputusan tentang penggunaan uang untuk menyimpan kekayaan akan bergantung pada hasil dan ekspektasi imbal balik pada aset lain yang juga berfungsi sebagai alat penyimpan kekayaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pandangan Fisher berbeda dari kelompok Cambridge dalam hal faktor teknologi dan tidak adanya pengaruh tingkat bunga terhadap permintaan uang dalam jangka pendek. Ekonom Cambridge lebih memfokuskan pada pilihan tiap individu dan menyatakan secara implisit bahwa tingkat bunga tidak berpengaruh terhadap permintaan akan uang.

2.3. Teori Permintaan Uang Keynes

Keynes mengesampingkan teori klasik yang menyatakan bahwa velositas uang itu konstan dan mulai mengembangkan teori tentang uang yang menekankan pentingnya tingkat suku bunga interest rate Mishkin, 2001. Keynes mengembangkan dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan orang dalam memegang uang. Postulasinya menghasilkan tiga motif tentang permintaan akan uang, yaitu : motif transaksi, motif berjaga-jaga dan motif spekulasi. Tingkat permintaan uang berhubungan negatif dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga meningkat, tingkat permintaan uang akan turun. Dalam menggabungkan ketiga motif di atas, Keynes membedakan antara kuantitas nominal dengan kuantitas riil. Rumus yang diberikan adalah sebagai berikut : MdP = f i, Y - + Tanda negatif di bawah i menunjukkan bahwa permintaan terhadap uang riil berhubungan negatif terhadap tingkat suku bunga; tanda positif di bawah Y menunjukkan permintaan terhadap uang riil berhubungan positif dengan pendapatan.

2.4. Modern Quantity Theory Monetarist View