B. Analisis Matriks IE
Analisis ini menggunakan matriks yang terdiri dari sembilan sel yang menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang dilakukan pihak perusahaan secara rinci pada setiap divisi. Analisis matriks IE ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :
Kuat Rataan Lemah
3,0-4,0 2,0-2,99 1,0-1,99
Gambar 4. Matriks Internal-External David, 2002. a.
Growth and Build Strategies tumbuh dan bina Kondisi ini terletak pada sel I, II atau IV. Jenis strategi yang
dapat diterapkan pada bagian ini adalah strategi intensif penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan
produk dan strategi integrasi integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horizontal.
b. Hold and Maintain Strategies pertahankan dan pelihara
Kondisi ini terletak pada sel III, V dan VII. Jenis strategi yang dapat diterapkan pada bagian ini adalah strategi yang bersifat
penetrasi pasar dan pengembangan produk.
I
Tumbuh dan Bina
Growth and Build
II
Tumbuh dan Bina
Growth and Build
III
Pertahankan dan Pelihara
Hold and Maintain
IV
Tumbuh dan Bina
Growth and Build
V
Pertahankan dan Pelihara
Hold and Maintain
VI
Panen atau Divestasi
Harvest or Divestiture
VII
Pertahankan dan Pelihara
Hold and Maintain
VIII
Panen atau Divestasi
Harvest or Divestiture
IX
Panen atau Divestasi
Harvest or Divestiture
TO T
A L NIL
A I EFE
YANG DIBERI
BO BO
T
Tinggi 3,0-4,0
Sedang 2,0-2,99
Rendah 1,0-1,99
TOTAL NILAI IFE YANG DIBERI BOBOT
c. Harvest or Divest Strategies panen atau divestasi
Kondisi ini terletak pada sel VI, VIII dan IX. Strategi yang sering digunakan adalah strategi penciutan dan memangkas
unit bisnis yang kurang menguntungkan.
C. Matriks QSP
Setelah melewati tahap input dan pemaduan, perusahaan perlu melakukan pengambilan keputusan tentang strategi terbaik
yang akan dipilih dari berbagai alternatif strategi yang di dapat, yaitu melalui QSPM. Dalam menyusun QSPM perlu dilakukan
langkah-langkah berikut : a.
Mendaftarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan pada kolom sebelah kiri.
b. Membuat bobot pada masing-masing kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman dengan ketentuan bahwa bobot ini sama dengan bobot pada matriks IFE dan EFE.
c. Menuliskan dan mengidentifikasikan strategi alternatif yang
harus dipertimbangkan perusahaan, kemudian mencatat strategi-strategi tersebut di bagian atas baris QSPM.
d. Menetapkan nilai daya tarik atau Attractiveness Score AS.
Nilai AS ini diperoleh dari hasil kuesioner kepada pihak-pihak manajemen perusahaan. Batasan nilai AS adalah 1-4 yaitu,
Nilai 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik dan 4 = sangat menarik terhadap faktor-faktor internal dan
eksternal. e.
Menghitung total nilai daya tarik atau Total Attractiveness Score TAS dari hasil perkalian bobot yang terdapat pada
matriks IFE dan EFE dengan AS yang diperoleh. TAS menunjukkan kemenarikan relatif dari masing-masing
alternatif strategi. f.
Menghitung jumlah total nilai daya tarik atau TAS pada masing-masing kolom QSPM. Berdasarkan beberapa nilai
TAS yang didapat, maka nilai TAS dari alternatif strategi itu
dapat menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil menunjukkan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir. Matriks
QSPM dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Matriks QSP
Faktor Kunci
Bobot Strategi I
Strategi II Strategi III
AS TAS AS TAS AS TAS Peluang
- -
Ancaman -
- Kekuatan
- -
Kelemahan -
-
Sumber : David, 2002.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum TRANS TV 4.1.1. Visi dan Misi
Dalam menjalankan kegiatannya, TRANS TV memiliki lima visi yang dianut, yaitu 1 menjadi televisi terbaik di Indonesia
maupun ASEAN, 2 memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, 3 menyampaikan program-program bermutu, 4
berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders dan mitra kerja, serta 5 memberikan
kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan masyarakat.
Misi TRANS TV, yaitu merupakan wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan dan mensejahterakan
bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.
4.1.2. Target Audiens
TRANS TV membidik segmen pemirsa kelas menengah atas golongan A, B dan C Tabel 9.
Tabel 9. Kelas sosial
No Kelas Sosial
Tingkat Pendapatan Rp
1. Kelas atas-atas A+
3.000.001 A1 2.
Kelas atas bagian bawah A 2.000.001 – 3.000.000 A2
3. Kelas menengah atas B+
1.500.001 – 2.000.000 B 4.
Kelas menengah bawah B 1.000.001 – 1.500.000 C1
5. Kelas bawah bagian atas C+
700.001 – 1.000.000 C2 6. Kelas bawah bagian bawah
C 500.001 – 700.000 D
7. Kelas paling bawah
500.000 E Sumber : Lyoyd Warmer dalam Morissan, 2005.
4.1.3. Siaran
TRANS TV mulai mengudara pada tanggal 22 Oktober 2001. Sampai saat ini terdapat 30 transmisi yang tersebar di kota-kota
strategis Indonesia. Daftar alamat stasiun transmisi daerah dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.1.4. Logo
Logo TRANS TV berbentuk berlian menandakan keindahan dan keabadian. Kilauannya merefleksikan kehidupan dan adat
istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari
jenis serif mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali.
4.1.5. Gedung
Gedung TRANS TV merupakan gedung pertama di Indonesia yang dirancang khusus bagi stasiun televisi, dimana
dalam gedung sembilan lantai ini ditanam kabel-kabel termasuk kabel serat optik sepanjang 1.300 m, untuk mendukung sistem
siaran digital yang digunakan oleh Trans TV. Gedung TRANS TV terletak di atas tanah seluas 2 Ha di jalan
Kapten Tendean kav. 12-14A, Mampang Jakarta Selatan 12790. Gedung ini dibangun dengan arsitektur neo klasik dan terdiri dari
sembilan lantai.
4.1.6. SDM
Sejak tahun 2000 TRANS TV melakukan road show ke kampus-kampus di berbagai kota di Indonesia, guna merekrut
bakat-bakat terbaik para mahasiswa, agar dapat menjadi sumber kreatifitas bagi pengembangan suatu program acara.
Sejak awal berdirinya TRANS TV, pihak manajemen merencanakan tekad untuk merekrut sebagian besar karyawannya
dari tenaga-tenaga yang baru lulus dari bangku kuliah, melalui program yang dinamakan Broadcaster Development Program
BDP. Manajemen yakin, tenaga-tenaga yang masih produktif ini akan memudahkan perusahaan membangun budaya kerja yang
baru, serta akan menjadi sumber kreatifitas.
Para kandidat ini lalu mengikuti pelatihan selama 3 bulan. Kurikulum pelatihan di desain oleh para staf TRANS TV dengan
tekanan pada kerjasama dan pemahaman yang menyeluruh antar bagian. Pelatihan dalam skala yang besar merupakan yang pertama
kalinya dilakukan dalam sejarah pertelevisian di Indonesia. TRANS TV juga merekrut tenaga-tenaga berpengalaman dari
semua stasiun televisi swasta yang ada, meskipun jumlahnya tidak sebesar tenaga yang belum berpengalaman. Semua ini dilakukan
guna mewujudkan visi TRANS TV untuk menjadi televisi terbaik, dengan menyajikan program-program berkualitas dan turut serta
meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat. Struktur organisasi TRANS TV disajikan dalam Lampiran 5.
4.1.7. Teknologi
TRANS TV dibangun untuk dapat menggunakan teknologi digital penuh, mulai dari tahap pra-produksi hingga pasca-produksi
serta siaran. Tapi karena sistem penyiaran di Indonesia masih menggunakan sistem analog, output keluaran yang bersifat digital
ini, pada menara diubah menjadi analog. Walaupun demikian, pemirsa akan menikmati tayangan audio visual yang lebih jernih
dan bersih. Kelak jika sistem penyiaran di Indonesia sudah beralih ke sistem digital, TRANS TV hanya perlu memodifikasi
pemancar-pemancarnya saja. Selain output yang lebih baik, teknologi digital juga
memungkinkan proses kerja yang lebih efisien. Video tape peran kaset nyaris hilang, karena semua materi produksi mengalir dari
satu server ke server komputer lainnya, melalui jaringan kabel optik yang terpasang di seluruh gedung. Keempat studio juga
terintegrasi satu sama lain, sehingga memungkinkan siaran yang simultan.
4.1.8. Data Pendukung
a. Satelit
: Telkom 1 b.
TV Cabel : Jakarta Kabelvision Channel 54 dan
Surabaya Kabelvision c.
PT. Satelit : Indovision
d. Peralatan
: Panasonic, Leitech, NEC, Thomson, dan lain-lain.
e. Pemasok Program
1 Asing
: Warner Brothers, Universal, Colombia, FOX, Dream Works, Sonny Corp, Warner
dan lain-lain. 2
Lokal : Rapi Film, Multivision, Teguh Bakti
Multivisitama, Starvision, GMM dan lain- lain.
4.1.9. Investasi
TRANS TV dibangun dengan modal investasi Rp. 600 milyar yang berasal dari grup PARA Rp. 300 milyar dan sisanya berupa
dana pinjaman komersial dari Bank Mandiri. Melihat prospek belanja iklan pada tahun 2002, TRANS TV
optimis mampu meraup pendapatan iklan yang cukup baik dan break event kembali modal pada tahun 2003. Jika target-target
tersebut tercapai, TRANS TV akan segera go public menjual bagian sahamnya pada masyarakat.
4.1.10. Program Acara
Siaran TRANS TV menganut konsep general entertainment, sehingga pemirsa dapat menikmati berbagai tayangan hiburan
drama maupun non drama, serta tayangan berita. Sampai saat ini, program in house sebesar 70 dan sisanya 30 out source. Pada
Lampiran 6 dan 7 disajikan performance TRANS TV program.
4.2. Profil Program Acara “Extravaganza” 4.2.1.
Latar Belakang
Awalnya ide untuk membuat tayangan ini berasal dari managing director TRANS TV, yaitu Bapak Wisnutama pada
tahun 2004. Idenya yaitu membuat satu acara variety, tetapi
terdapat sketsa komedi. Sketsa merupakan suatu penggalan- penggalan cerita yang hanya beberapa menit. Pilihan komedi
karena ingin menghibur orang dengan hal yang tidak terlalu serius. Selain itu juga, ingin membedakan komedi tayangan ini dengan
tayangan komedi lainnya. “Extravaganza” lebih memperkuat skrip dengan pemain-pemain yang bisa memainkan skrip dengan baik.
Sedangkan, tayangan komedi lain benar-benar dari pelawak yang berimprovisasi. Kemudian, Bapak Wisnutama menunjuk M.
Ikhsan, Andrian Saputra dan tim kreatif sebagai pelaksana program ini.
Setelah melewati tahap diskusi yang cukup lama, akhirnya tercetuslah sebuah program acara variety show dan comedy
bernama “Extravaganza”. “Extravaganza” mulai ditayangkan pada stasiun TRANS TV pada tanggal 5 April 2004, dan merupakan
pioner comedy scripted di Indonesia. “Extravaganza” berasal dari kosa kata bahasa Inggris yang berarti kemeriahan, gemerlap atau
pertunjukkan yang spektakuler, dan kesan tersebut yang ingin ditampilkan kepada audiens ketika menonton “Extravaganza”.
4.2.2. Personel “Extravaganza”
Para pemain yang menjadi pengisi acara bukanlah para pelawak, tetapi memiliki kemampuan untuk bercerita, karena
kemampuan story telling dituntut dalam pemahaman suatu cerita. Para pemain “Extravaganza” terdiri dari sembilan orang, antara
lain 1 Tora Sudiro, 2 Indra Birowo, 3 Virnie Ismail, 4 Mieke Amalia, 5 Tike Priyatnakusumah, 6 Sogi Indra Dhuaja, 7
Ronal Surapradja, 8 Roni Dozer dan 9 Aming Sugandhi. Struktur utama program acara “Extravaganza” dapat dilihat pada
Lampiran 8.
4.2.3. Kegiatan Syuting
Jam tayang “Extravaganza” yaitu pada setiap hari Senin dan Sabtu pukul 19.00 WIB. Evaluasi terhadap pra-proses-pasca
produksi dilakukan setiap minggu. Jika terdapat masalah yang
membutuhkan tindakan koreksi secepatnya, maka evaluasi dilakukan setelah syuting Senin dan Selasa. Akan tetapi, jika
masalah tersebut relatif tidak terlalu gawat, maka evaluasi dilakukan pada hari Rabu. Pada mulanya kegiatan syuting
dilakukan secara live, kemudian berubah menjadi taping merekam kegiatan syuting. “Extravaganza” mengalami perubahan jam
tayang sebanyak empat kali yaitu 1 10-11 malam, 2 9-10 malam, 3 8-9 malam dan sekarang 4 7-9 malam. Selain itu juga,
“Extravaganza” menambah jam tayangnya menjadi dua kali dalam seminggu.
4.2.4. Divisi-Divisi Pendukung
Divisi-divisi lain yang mendukung kelancaran proses produksi yaitu facilities, wardrobe, set, property, dan technical
support.
4.2.5. Penghargaan
Sejumlah penghargaan telah diraih oleh “Extravaganza” dari berbagai media, diantaranya yaitu Harian Jawa Pos, Majalah
Gadis, Majalah Bobo, Tabloid Bintang, dan lain-lain. Penghargaan diraih sebagai kategori program terfavorit dan program yang paling
berkilau. Akan tetapi, sangat disayangkan “Extravaganza” gagal meraih penghargaan dalam ajang pertelevisian “Panasonic
Awards” tahun 2005. Namun, dua pemain “Extravaganza”, yaitu Tora Sudiro dan Aming meraih penghargaan dengan masing-
masing kategori yaitu sebagai aktor terbaik dan pelawak terbaik Bintang, 2005
b
. 4.2.6.
Strategi
Beberapa trik yang dilakukan agar penonton tidak bosan, yaitu mempertahankan apa yang orang suka dan mencoba materi-
materi baru. Seperti sekarang, “Extravaganza Malam Mingguan” menghadirkan segmen talkshow. Pada segmen tersebut, bintang
tamu diwawancarai oleh salah satu pemain. Bedanya, setiap bintang tamu diduetkan dengan karakter-karakter yang diciptakan.
Strategi tersebut dilakukan untuk mengurangi tingkat kejenuhan audiens, serta sebagai pembeda antara “Extravaganza” dengan
“Extravaganza Malam Mingguan”. Pada Lampiran 9 disajikan performance TV rating “Extravaganza” dalam Top 100 program
all station.
4.3. Analisis Faktor Internal 4.3.1. Segmentasi,
Targeting dan Positioning A. Segmentasi
Segmen audiens yang dituju yaitu golongan A, B dan C. Alasannya yaitu dari segi bisnis masyarakat Indonesia mayoritas
berada pada golongan C D E, akan tetapi sebagai pemilik uang adalah golongan A, B dan C. Jadi, semakin banyak golongan A,
B dan C, maka berimplikasi pada semakin banyak pengiklan. Akhir-akhir ini segmen audiens melebar, yaitu anak-anak
dan orang berusia 50 tahun. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan yang diraih oleh “Extravaganza” dari “Majalah
Bobo”, yaitu sebagai program terfavorit. Seperti yang kita ketahui, “Majalah Bobo” merupakan majalah untuk anak-anak
Nova, 2005. Sedangkan segmen audiens melebar ke segmen berumur 50 tahun, karena audiens yang menonton tayangan ini
secara langsung di studio 1 TRANS TV, terdapat orang yang sudah berusia lanjut. Selain itu, loyalitas audiens merupakan
suatu faktor yang membuat tayangan ini terus berjalan.
B. Targeting
Target audiens yaitu golongan A, B dan C pria dan wanita yang berusia antara 17-45 tahun. Semakin luas segmen audiens
tayangan “Extravaganza”, hal ini memberi nilai lebih kepada pengiklan, karena iklan yang ditampilkan dapat disaksikan oleh
audiens dari semua umur. Selain itu, “Extravaganza” merupakan salah satu program acara yang menduduki “Top 10 Program
Unggulan TRANS TV”, semakin menarik pengiklan untuk
beriklan di TRANS TV. Hal tersebut dapat dijadikan dasar sebagai indikator kekuatan “Extravaganza”.
C. Positioning