Konsep Wilayah Wilayah diartikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria

dalam masyarakat, seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi atau terbukanya pasar-pasar baru. Faktor penyebab dimulainya masa lepas landas berbeda-beda yang terpenting dari perubahan-perubahan tersebut akan mengakibatkan pembaharuan-pembaharuan dan peningkatan penanaman modal. Rostow menekankan berlakunya proses kenaikan penanaman modal sebagai prasyarat untuk mencapai lepas landas karena hanya dengan terciptanya keadaan tersebut perekonomian dapat berkembang lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan penduduk. Tahap gerakan ke arah kedewasaan diartikan sebagai masa di mana masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alamnya. Ciri-ciri lain dari tahap gerakan ke arah kedewasaan yang bukan bersifat ekonomi antara lain 1 struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Sektor industri bertambah penting peranannya, sedangkan sektor pertanian menurun peranannya terhadap perekonomian. Tahap terakhir dari teori pertumbuhan Rostow adalah tahap konsumsi tinggi yang dicirikan dengan masa dimana perhatian masyarakat lebih ditekankan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi kepada masalah produksi.

2.3. Konsep Wilayah Wilayah diartikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria

tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal. Batas-batas wilayah didasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut : 1. Konsep Homogenitas. Menurut konsep homogenitas wilayah dipandang dari satu aspekkriteria yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama. Misalnya daerah dengan struktur produksi dan konsumsi yang homogen, daerah dengan pendapatan yang rendah keadaan perekonomian sama, persamaan keadaan topografi, persamaan agama, suku, dan lain sebagainya. Dasar untuk wilayah homogen adalah suatu output yang dapat diekspor bersama, dimana seluruh wilayah merupakan suatu daerah surplus untuk suatu output tertentu, sehingga berbagai tempat di wilayah tersebut kecil kemungkinannya untuk perdagangan secara luas diantara satu sama lainnya. 2. Konsep Nodalitas. Menurut konsep nodalitas wilayah secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat inti dan daerah belakangnya hinterland. Konsep ini menekankan pada perbedaan struktur tata ruang di dalam wilayah, dimana terdapat hubungan saling ketergantungan yang bersifat fungsional. Batas wilayah nodal ditentukan oleh sejauh mana pengaruh dari suatu pusat kegiatan ekonomi jika diganti oleh pengaruh dari pusat ekonomi lainnya. 3. Konsep Administratif. Menurut konsep administratif batas-batas suatu wilayah ditentukan berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahanpolitik seperti provinsi dan kabupatenkota. Penentuan batas wilayah berdasarkan kriteria konsep administratif paling banyak digunakan karena 1 di dalam melaksanakan kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah diperlukan tindakan-tindakan dari berbagai badan pemerintah agar lebih praktis jika pembangunan wilayah didasarkan pada satuan wilayah administrasi yang telah ada; 2 wilayah yang batasnya ditentukan berdasarkan atas satuan administrasi pemerintahan lebih mudah dianalisis karena sejak lama pengumpulan data di berbagai wilayah berdasarkan satuan wilayah administrasi tersebut. Selain penggunaan batasan berdasarkan konsep homogenitas, konsep nodalitas, dan konsep administratif, klasifikasi wilayah dapat pula dibedakan menjadi wilayah formal, wilayah fungsional, dan wilayah perencanaan. Wilayah formal adalah wilayah yang mempunyai beberapa persamaan dalam kriteria tertentu. Wilayah fungsional ialah wilayah yang memperlihatkan adanya suatu hubungan fungsional yang saling tergantung dalam kriteria tertentu atau wilayah fungsional ialah wilayah nodal yang saling tergantung satu sama lain. Wilayah perencanaan adalah wilayah yang memperlihatkan koherensikesatuan keputusan- keputusan ekonomi. Ketimpangan seperti yang terjadi pada KTI dan KBI disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: perbedaan karakteristik potensi SDM, demografi kemampuan SDM, potensi lokal dan lain sebagainya. Berdasarkan perbedaan- perbedaan tersebut klasifikasi wilayah dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Wilayah Maju. Wilayah maju merupakan wilayah yang telah berkembang dan diidentifikasikan sebagai wilayah pusat pertumbuhan, pemusatan penduduk, industri, pemerintahan, pasar potensial, dan tingkat pendapatan serta kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Perkembangan wilayah pada wilayah yang maju didukung oleh potensi sumber daya yang ada di wilayah tersebut atau di hinterland, potensi lokasi strategis, sarana pendidikan yang memadai, serta adanya kelengkapan infrastruktur. 2. Wilayah Sedang Berkembang. Wilayah sedang berkembang ditandai dengan adanya pertumbuhan penduduk yang cepat sebagai implikasi dari peranannya sebagai penyangga wilayah maju. 3. Wilayah Belum Berkembang. Potensi sumber daya alam yang terdapat pada wilayah ini belum dikelola dengan baik. Karakteristik dari wilayah yang belum berkembang antara lain tingkat aksesibilitas yang masih rendah terhadap wilayah lain, struktur ekonomi yang masih didominasi oleh sektor primer. 4. Wilayah Tidak Berkembang. Wilayah ini ditandai dengan tidak adanya sumber daya alam, sehingga secara alamiah tidak dapat berkembang. Tingkat kepadatan penduduk, kualitas sumber daya manusia, dan tingkat pendapatan masih rendah, terjadinya regional linkages, infrastruktur yang tidak lengkap serta aksesibilitas yang masih rendah terhadap daerah lain. 2.4. Kerangka Teoritis 2.4.1. Analisis