2. Kawasan yang mempunyai keterkaitan kuat dengan daerah lain, meliputi
keterkaitan produksi, pemasaran dan transportasi. 3.
Kawasan yang memiliki infrasrtuktur yang relatif lebih baik.
4.2. Ketertinggalan Kawasan Timur Indonesia
Masalah di KTI terjadi pada tingkat internal maupun tingkat eksternal. Pada tingkat internal KTI, dinamika sosial dan politik yang ada terlihat kurang
mendukung upaya percepatan pembangunan yang ada. Dalam beberapa tahun terakhir wilayah KTI mengalami pergolakan sosial yang cukup besar seperti yang
terjadi di Maluku, Papua, dan Sulawesi. Secara teoritik, percepatan pertumbuhan ekonomi akan bisa dicapai secara maksimal apabila didukung oleh stabilitas sosial
dan politik. Stabilitas sosial dan politik memberikan ruang yang kondusif bagi investasi dan akumulasi modal.
Masalah lain yang terjadi di KTI adalah KTI merupakan kawasan cukup luas dengan wilayah sekitar 61,69 persen Tabel 7 dari seluruh wilayah Indonesia dan
tersebar di pulau dan kepulauan dan jauh dari pemerintah pusat. Lokasi yang jauh dari pemerintah pusat inilah yang berimplikasi pada rendahnya tingkat perhatian
pemerintah pusat terhadap wilayah KTI. Pembangunan ekonomi lebih banyak dilakukan di lingkaran yang terdekat dengan pusat pemerintahan. Sebagai akibat
dari kondisi tersebut maka KTI kurang didukung dengan penyediaan sarana fisik dan prasarana yang memadai lack of physical infrastructure. Kurangnya sarana
dan prasarana fisik ini membawa dampak serius bagi pengembangan akses ekonomi dan sentra-sentra baru ekonomi.
Tabel 7. Luas Daerah Provinsi-Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, 2004
Provinsi Luas Wilayah km
² Persentase terhadap Luas
Indonesia NTB 19.708,79
1,06 NTT 46.137,87
2,48 Kalimantan Barat
120.114,32 6,46
Kalimantan Tengah 153.564,50
8,25 Kalimantan Selatan
38.884,28 2,09
Kalimantan Timur 194.849,08
10,47 Sulawesi Utara
13.930,73 0,75
Sulawesi Tengah 68.089,83
3,66 Sulawesi Selatan
46.116,45 2,48
Sulawesi Tenggara 36.757,45
1,98 Gorontalo 12.165,44
0,65 Maluku 47.350,42
2,55 Maluku Utara
39.959,99 2,15
Papua 309.934,40 16,66
Total 1.147.563,55 61,69
Sumber : BPS, 2005. Percepatan pembangunan KTI juga menemui persoalan pada wilayah
pengelolaan pemerintahan. Ketimpangan pembangunan antara KBI dan KTI telah mengakibatkan ketimpangan kualitas sumber daya manusia. Begitu pula dengan
sumber daya pemerintahan di KTI yang masih rendah bila dibandingkan dengan KBI. Akibatnya tidak terjadi maksimalisasi pengelolaan pemerintahan yang
mendukung bagi proses percepatan perkembangan ekonomi. Persoalan ini masih ditambah dengan lemahnya kelembagaan dan aparatur pemerintahan. Pada tingkat
operasionalisasi kelemahan tersebut berimplikasi pada penyerapan anggaran yang relatif rendah Kuncoro, 2005.
Pada tingkat masyarakat, persoalan kualitas sumber daya manusia yang rendah menjadikan produktivitas juga turut rendah karena improvisasi di wilayah
sosial dan ekonomi tidak bisa bergerak maksimal. Selain itu persoalan ini diperparah dengan kenyataan bahwa kepadatan penduduk di KTI yang masih
jarang serta penyebarannya yang terpencar dibandingkan luas wilayahnya sehingga pemanfaatan sumber alam belum optimal Kuncoro, 2005.
4.3. Kualitas Sumber Daya Manusia