Kriteria kreativitas pemecahan masalah menurut Silver 1997 diindikasikan dengan kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Kefasihan dalam pemecahan masalah
didasarkan pada kemampuan peserta didik menyelesaikan masalah dengan memberi jawaban yang beragam dan benar. Beberapa jawaban dikatakan beragam jika
jawaban-jawaban yang diberikan peserta didik tampak berlainan dan mengikuti pola tertentu. Fleksibilitas ditunjukkan dengan kemampuan peserta didik menyelesaikan
masalah dengan berbagai cara yang berbeda. Sementara kebaruan dalam pemecahan masalah didasarkan pada kemampuan peserta didik menyelesaikan masalah dengan
beberapa jawaban yang berbeda-beda tetapi bernilai benar atau satu jawaban yang “tidak biasa” dilakukan oleh peserta didik pada tingkat pengetahuannya.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif matematik sebagai kemampuan menemukan dan
menyelesaikan masalah
matematika yang
meliputi komponen-komponen:
kelancaran, fleksibilitas, elaborasi dan keaslian. Penilaian terhadap kemampuan kreatif peserta didik dalam matematika penting untuk dilakukan. Tugas-tugas yang
diberikan pada peserta didik yang bersifat penghadapan peserta didik dalam masalah dan pemecahannya digunakan peneliti untuk mengidentifikasi individu-individu yang
kreatif.
2.1.7 Keaktifan Peserta didik
Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha, mampu bereaksi dan beraksi, sedangkan arti kata keaktifan adalah kesibukan atau
kegiatan. Pembelajaran aktif bertitik tolak dari anggapan bahwa peserta didik memiliki potensi, dan dapat diwujudkan apabila diberi banyak kesempatan untuk
berpikir sendiri. Oleh karena itu cara memandang dan menyikapi tugas guru juga berorientasi bukan lagi sebagai seseorang yang serba tahu yang siap untuk memberi
kebijaksanaan, melainkan sebagai kasalisator terjadinya proses belajar dan peserta didik secara terus menerus berusaha menyempurnakan diri sehingga mampu menjadi
katalis yang semakin meningkat kemampuannya. Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan keaktifan
peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Aktifitas peserta didik menjadi hal yang penting karena kadangkala guru lebih menekankan pada
aspek kognitif, dengan menekankan pada kemampuan mental yang dipelajari sehingga hanya berpusat pada pemahaman bahan pengetahuan. Guru perlu
menyadari bahwa pada saat pembelajaran berlangsung, guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator.
Keaktifan peserta didik dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru dalam
proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosi dan fisik. Peserta didik merupakan manusia belajar
yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif saat lingkungannya memberikan ruang
yang baik untuk perkembangan keaktifan itu. Menurut Sudjana 2005: 72, keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses
belajar mengajar dapat dilihat dalam 1 turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; 2 terlibat dalam pemecahan masalah; 3 bertanya kepada peserta didik
lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; 4 berusaha
mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah; 5 melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal; serta 6 menilai kemampuan dirinya dan
hasil-hasil yang diperoleh.
2.1.8 Ketuntasan Belajar