44
2.3.3. Hukum dan nilai-nilai di dalam masyarakat
Hukum mencoba untuk menetapkan pola hubungan antar manusia dan merumuskan nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat ke dalam bagan-bagan.
Seperti halnya dengan norma, maka nilai itu diartikan sebagai suatu pernyataan tentang hal yang diinginkan oleh seseorang. Norma dan nilai itu menunjuk pada
hal yang sama tetapi dari sudut pandangan yang berbeda. Norma itu mewakili suatu perspektif sosial, sedangkan nilai melihatnya dari sudut perspektip
individual. Menurut Fuller ada beberapa nilai-nilai yang harus diwujudkan oleh
hukum, yaitu: 1.
Harus ada peraturan lebih dahulu. 2.
Peraturan-peraturan itu harus diumumkan secara layak 3.
Peraturan-peraturan itu tidak boleh berlaku surut. 4.
Perumusan peraturan-peratuaran itu harus jelas dan terperinci, dan dapat dimengerti oleh rakyat.
5. Hukum tidak boleh meminta dijalankannya hal-hal yang tidak mungkin.
6. Di antara sesama peraturan tidak boleh terdapat pertentangan satu sama
lain. 7.
Peraturan-peraturan harus tetap, tidak boleh sering diubah-ubah. 8.
Harus terdapat kesesuaian antara tindakan-tindakan para pejabat hukum dan peraturan-peraturan yang telah dibuat.
Berhubungan dengan hal ini, maka satu sudut penglihatan yang dapat dipakai untuk mengamati bekerjanya hukum itu adalah dengan melihatnya sebagai
45 suatu proses, yaitu apa yang dikerjakan oleh lembaga-lembaga hukum itu dan
bagaimana mereka melakukannya. Untuk dapat mengikuti bekerjanya sistem hukum sebagai proses itu, selanjutnya di uraikan dalam beberapa komponen,
yaitu: 1.
Komponen yang bersifat struktural, kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum itu dengan berbagai macam fungsinya dalam rangka
mendukung bekerjanya sistem tsb. 2.
Komponen yang bersifat kultural, yang terdiri dari nilai-nilai dan sikap- sikap yang merupakan pengikat sistem itu serta menentukan tempat sistem
hukum itu ditengah-tengah kultur bangsa sebagai keseluruhan. 3.
Komponen yang bersifat substantif, merupakan segi output sistem hukum, pengertian ini dimasukkan norma-norma hukum sendiri, baik ia berupa
peraturan-peraturan, doktrin-doktrin, keputusan-keputusan, baik oleh pihak yang mengatur maupun yang diatur.
Ketiga unsur hukum ini berada di dalam proses interaksi satu sama lain dan dengan demikian membentuk totalitas yang dinamakan sistem hukum.
2.3.4. Pelaksanaan Hukum di Masyarakat