99 Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel 4.1. tersebut diatas, maka dapat dilihat bahwa industri yang paling banyak terdapat di wilayah Semarang Timur adalah industri
transportasi sebanyak 34 perusahaan 33,33 baik perseorangan maupun dalam bentuk badan usaha sedangkan yang paling sedikit adalah industri tekstil yang
hanya 2 perusahaan 1,90.
4.5.6. Verifikasi hasil analisa pengukuran lingkungan tentang karakteristik,
jenis-jenis zat pencemar udara dan volume limbah yang dibuang di wilayah Semarang Timur
Tabel 4.5.
Karakteristik, jenis-jenis zat pencemar udara dan volume limbah yang dibuang di wilayah Semarang Timur Tahun 2012
No Jenis Zat
Pencemar Udara
Karakteristik Sumber
Volume Limbah Yang
dibuang
1. Nitrogen
Dioksida NO
x
Nitrogen dioksida adalah gas yang
tidak berwarna dan tidak berbau
sebaliknya nitrogen dioksida berwarna
coklat kemerahan dan berbau tajam
pembakaran arang,
minyak, gas,
dan bensin
25,16 µgrm³
9. Lain – lain
11 10,92
Total 102
100,00
100
2. Sulfur Dioksida
SO
2
bau yang tajam dan tidak mudah terbakar
diudara proses-proses industri
seperti pemurnian petroleum,
industri asam sulfat, industri
peleburan baja 25,28
µgrm³
3. Karbon
Monoksida CO Gas yang tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa Pembakaran
bahan bakar
fosil dengan
udara, gas buangan, aktifitas industri
1001 µgrm³
4.
Hidrogen Sulfida H
2
S
Gas yang
tidak berwarna,
beracun, mudah terbakar dan
berbau Hidrogen
Sulfida terbentuk dari proses
penguraian bahan-
bahan organis oleh bakteri.Maka dari itu
H2S terdapat dalam minyak dan gas bumi,
selokan, air
yang tergenang
0,000 ppm
4.
Amoniak NH
3
gas dengan bau tajam yang khas
0,021
ppm
5 Ozon Ox
18,90
µgrm³ 6
Debu 58,93
µgrm³ Sumber : Data Sekunder diolah, tanggal 29 Desember 2012
101 Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, maka dapat dilihat bahwa
jenis zat pencemar dengan volume limbah udara di wilayah Semarang timur adalah terbanyak adalah Carbon Monoksida sebanyak 1001 µgrm³ dan zat jenis
pencemar udara yang paling sedikit di wilayah Semarang Timur adalah H
2
S sebanyak 0,000 ppm .
Penapisan terhadap jenis usaha danatau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan
hidup UKL-UPL perlu dilakukan mengingat besarnya rentang jenis usaha danatau kegiatan yang wajib dilengkapi UKL-UPL.
Pasal 34 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur bahwa setiap usaha
danatau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib amdal, wajib memiliki UKL-UPL.
Pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur pula bahwa usaha
danatau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL, wajib membuat surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup SPPL.
Pasal 36 ayat 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur bahwa ketentuan
lebih lanjut mengenai UKL-UPL dan SPPL diatur dengan peraturan Menteri.
Secara skematik, pembagian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema 4.6. Pembagian amdal, UKL-UPL dan SPPL
102 Skema tersebut di atas dalam pelaksanaannya berbeda-beda untuk setiap
daerah sehingga menimbulkan perbedaan pembebanan tanggung jawab bagi pemrakarsa usaha danatau kegiatan untuk daerah yang berbeda walaupun jenis
usaha danatau kegiatannya adalah sama. Untuk menjamin bahwa UKL-UPL dilakukan secara tepat, maka perlu dilakukan penapisan untuk menetapkan jenis
rencana usaha danatau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL.
Adapun usaha danatau kegiatan di luar daftar jenis rencana usaha danatau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL dapat langsung diperintahkan
melakukan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai prosedur operasional standar POS yang tersedia bagi usaha danatau kegiatan yang
USAHA DANATAU KEGIATA
WAJIB AMDAL
USAHA DANATAU KEGIATAN
WAJIB UKL-UPL SPPL
Batas amdal
Batas UKL-UPL
103 bersangkutan, dan melengkapi diri dengan surat pernyataan kesanggupan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup SPPL.
Mekanisme perizinan telah berkembang ke arah lebih sempurna, sehingga dengan kondisi tersebut beban kajian lingkungan dapat didorong untuk dapat
menjadi bagian langsung dari mekanisme penerbitan izin.
Sebagai contoh, dalam setiap pemberian izin mendirikan bangunan IMB telah termaktub kewajiban pemrakarsa untuk melakukan upaya pengelolaan
lingkungan hidup antara lain: wajib membuat sumur resapan, berjarak tertentu dari batas daerah milik jalan DAMIJA, dan lain-lain.
UKL-UPL merupakan salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam pelaksanaan penerbitan izin lingkungan, sehingga bagi usaha danatau kegiatan
yang UKL-UPLnya ditolak maka pejabat pemberi izin wajib menolak penerbitan izin bagi usaha danatau kegiatan bersangkutan. UKL-UPL dinyatakan berlaku
sepanjang usaha danatau kegiatan tidak melakukan perubahan lokasi, desain, proses, bahan baku danatau bahan penolong. Bagi UKL-UPL yang telah
dinyatakan sesuai dengan isian formulir atau layak, maka UKL-UPL tersebut dinyatakan kadaluarsa apabila usaha danatau kegiatan tidak dilaksanakan dalam
jangka waktu 3 tiga tahun sejak rekomendasi atas UKL-UPL diterbitkan.
4.6. Model Implementasi Kebijakan Peraturan Walikota