Faktor Kualifikasi Pendidikan Guru

Pembina dan TK Kemala Bhayangkari tidak lain bisa berjalan baik tidak lain karena adanya faktor pendukung. Faktor pendukung tersebut bisa internal dan eksternal. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan.

4.5.1. Faktor Pendukung Internal

Faktor pendukung internal pendekatan selaras perkembangan dalam pembelajaran keterampilan sosial di TK Negeri Pembina Brebes dan TK Kemala Bhayangkari Brebes yaitu faktor yang bersumber dari sekolah sendiri, antara lain:

4.5.1.1. Faktor Kualifikasi Pendidikan Guru

Sebagian besar guru di TK Negeri Pembina dan TK Kemala Bhayangkari sudah berkualifikasi S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini sehingga sudah mengetahui tentang pendekatan selaras perkembangan. Hal tersebut diakui oleh guru saat ditanyakan tentang perolehan informasi tentang pendekatan selaras perkembangan, dimana mereka peroleh dari perkuliahan waktu menempuh sarjana pendidikan Anak Usia Dini seperti yang dituturkan oleh guru TK Negeri Pembina: Dari perkuliahan, baca-baca buku dari pengalaman juga. Pendekatan selaras perkembangan itu pertumbuhan dan perkembangan dengan usianya. Sehingga anak tidak tertinggal.DAP.PEM.-G.B.1. Ya mengetahui. Saya mengetahui lewat pembelajaran kegiatan sehari- hari. Melalui pedoman –pedoman pembelajaran perkulihan, penataran dan membaca.DAP.PEM-G.A.1. Hal ini sesuai dengan praktek DAP menurut Bredenkamp, dimana guru harus berkualifikasi untuk bekerja dengan anak umur 4 sampai 6 tahun melalui persiapan tingkat universitas pada pendidikan taman kanak-kanak. Guru juga pernah mnegikuti pelatihan atau penataran. 4.5.1.2. Penggunaan Strategi Pembelajaran Dalam implementasi pendekatan selaras perkembangan dalam pembelajaran keterampilan sosial di TK Negeri Pembina dan TK Kemala Bhayangkari juga menggunakan metode bermain atau strategi dalam pembelajaran, seperti yang dituturkan dalam hasil wawancara sebagai berikut; Tidak selalu bersifat individu kadang klasikal kadang kelompok. Aktivitas kerja kelompok misal; permainan bola,kerja kelompok membuat montase ukuran kertasnya agak besar. DAP.PEM-G.A.8. Ya tentu saja mengajari. Keterampilan sosial yang kita ajarkan anak dengan metode bermain, bisa bercampur baur dengan yang lain kegiatan kelompok, kegiatan di luar kelas yang ditekankan pada fisik motorik. DAP.PEM-G.A.3. Permainan di luar kelas seperti main bola, bermain peran, pesan berantai, 4 M menggambar, mewarnai, menggunting, melipat, bermain lokomotif, menyusun balok.DAP.PEM-G.B.10 Setiap harinya kami 4 area. Kami memperbolehkan memilih. Misalnya anak diarea balok dulu baru bahasa. Kegiatannya disesuaikan dengan tema sekarang: misalnya tema sekarang kendaraan menjelaskan tentang kendaraan dengan bercakap-cakap, memasangkan kata dengan gambar, membuat kendaraan dengan balok untuk area balok, menggambar area seni. DAP.PEM-G.A.6. Ada individu ada kelompok. Kemarin minggu ini kami sering berkelompok, karena bila individu anak sudah bosan palagi anak yang dua tahun sudah bosen. Kami liat ketika mereka belajar kelompok anak lebih semangat dan selesai semua. Seperti kemarin kami kegiatan kelompok ada yang menggambar, menggunting, mewarnai dengan satu kelompok 5 orang. Kami juga membuat kolasi ada yang menempel, merobek, nah pada saat melaksanakan terjadi percakapan mau menggambar apa dan pembagian tugas. DAP.KB-G.B.8. Dari hasil wawancara diatas anak dibebaskan untuk memilih kegiatan yang diinginkan. Dengan metode bermain guru menyampaikan pembelajaran keterampilan sosial. Guru juga menyiapkan lingkungan tempat anak belajar dengan berbagai kegiatan sehingga anak dapat bebas memilih permainan atau kegiatan yangg diinginkan. Bermain adalah suatu wahana yang penting bagi perkembangan sosial, emosi, dan kognitif anak. Adapun menurut Ali Nugraha penggunaan strategi yang luas untuk memperkaya pengalaman belajar dan perkembangan anak dengan cara: 1 Membantu anak mengembangkan kemampuan berinisiatif, memilih dan merencanakan kegiatan belajarnya sendiri; 2 Mengajukan masalah, pertanyaan, komentar, dan saran yang menstimulasi berpikir anak dan memperluas pengalaman belajarnya; 3 Memperluas minat anak melalui penyajian pengalaman baru, gagasan, masalah, dan pengalaman yang menantang. 4 Memelihara upaya anak secara individual melalui berbagai cara motivasi, penguatan atau contoh. 5 Melatih anak menguasai keterampilan khusus yang diperlukan; 6 Menyesuaikan tingkat kesulitan kegiatan dengan taraf pengetahuan dan keterampilan anak, dan menambah tingkat kesulitan sesuai dengan pertambahan kompetensi dan pemahaman anak. 7 Mengembangkan bentuk-bentuk “tangga perkembangan” yang memungkinkan anak memperoleh keberhasilan melakukan sendiri suatu tugas secara bertahap. 8 Memperkuat rasa percaya diri anak sebagai pembelajar. Untuk itu, guru perlu mengembangkan pengalaman yang memungkinkan anak meraih sukses atas upaya sendiri. 9 Memperkaya pemahaman konseptual anak, serta menggunakan beragam dukungan kepada anak untuk merefleksikan dan “mengunjungi kembali” pengalaman belajarnya.

4.5.1.3. Faktor Tersedianya Media, Sarana dan Prasarana Sekolah