commit to user
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hakikat pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat
berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan benar. Pembelajaran tersebut akan lebih baik manakala dipelajari sejak dini dan
berkelanjutan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa disertakan dalam kurikulum. Hal ini berarti setiap peserta didik dituntut untuk mampu menguasai bahasa yang
mereka pelajari terutama bahasa resmi yang dipakai oleh negara yang ditempati peserta didik. Begitu pula di Indonesia, bahasa Indonesia menjadi materi
pembelajaran yang wajib diberikan di setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Hal itu dilakukan supaya peserta didik
mampu menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta mampu menerapkannya dalam kehidupan masyarakat.
Menulis sebagai suatu kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif merupakan kemampuan yang menuntut adanya kegiatan untuk menghasilkan atau
menyampaikan bahasa kepada pihak lain melalui tulisan. Kegiatan berbahasa yang produktif adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pikiran, atau perasaan
oleh pihak penutur, dalam hal ini penulis. Sebenarnya kegiatan produktif terdiri dari dua macam yaitu berbicara dan menulis. Meskipun sama-sama merupakan
kegiatan produktif, kegiatan tersebut mempunyai perbedaan yang utama, yaitu pada media dan sarana yang digunakan. Berbicara menggunakan sarana lisan,
sedangkan menulis menggunakan sarana tulisan. Di samping itu, berbicara merupakan aktivitas memberi dan menerima bahasa, yaitu menyampaikan
gagasan pada lawan bicara pada waktu yang bersamaan menerima gagasan yang disampaikan lawan bicara. Jadi, dalam berbicara terjadi komunikasi timbal-balik,
hal yang tidak dapat ditemui dalam menulis. Sementara itu, menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan yang tidak dapat secara langsung diterima dan
direaksi oleh pihak yang dituju.
1
commit to user
xviii
Aktivitas menulis merupakan salah satu manisfestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa paling akhir yang dikuasai pembelajar bahasa setelah
mendengarkan, membaca, dan berbicara Burhan Nurgiyantoro,2010: 422. Dalam buku yang sama juga dijelaskan apabila dibandingkan dengan keterampilan
berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa karena kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai aspek lain
di luar bahasa, untuk menghasilkan paragraf atau wacana yang runtut dan padu. Sejalan dengan pendapat sebelumnya Henry Guntur Tarigan 2008: 4
menyebutkan bahwa keterampilan menulis adalah yang paling sulit karena keterampilan ini membutuhkan kemampuan seseorang untuk menyajikan
grafologi, struktur bahasa dan kata-kata agar maksud penulis dimengerti oleh pembaca. Dengan demikian dalam pengajaran bahasa diperlukan adanya
kerjasama antara pendidik dan peserta didik, karena keterampilan menulis diperlukan banyak praktik dan latihan yang teratur. Tanpa adanya praktek dan
latihan teratur maka akan mempunyai kualitas tulisan yang kurang baik. Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
memiliki peranan penting dalam kehidupan, selain keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak, berbicara, dan membaca. Kehidupan dewasa ini telah
memasuki era globalisasi dan informasi, sehingga kemampuan menulis sangat diperlukan. Kemampuan menulis ini diperlukan karena dengan orang menuliskan
segala ide yang ada dalam pikiran mereka maka sampai kapan pun ide tersebut tidak akan hilang. Berbeda dengan orang yang tidak langsung menuliskan idenya.
Dengan sekejap saja ide yang ada akan hilang karena keterbatasan dalam mengingat. Dengan demikian keterampilan menulis sangat diperlukan untuk
mengingatkan seseorang terhadap ide-ide yang pernah ada dalam pikiran mereka dan telah ditransfer ke dalam bentuk tulisan.
Barnas 2007 menyatakan bahwa kemampuan menulis para siswa, khusus siswa Sekolah Menengah Atas saat ini masih menduduki peringkat paling bawah
apabila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya, yaitu menyimak, membaca, dan berbicara. Peringkat bawah ini ditunjukkan dengan salah satunya
dalam aktivitas pembelajaran menulis argumentasi yang memprihatinkan. Banyak
commit to user
xix
siswa menganggap bahwa menulis adalah kegiatan yang membosankan dan sangat sulit. Namun, mereka tetap harus melaksanakan kompetensi yang sudah ada
dalam kurikulum. Pada semester dua ini siswa harus dapat menyelesaikan standar kompetensi mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato.
Kompetensi dasar dari jabaran standar kompetensi tersebut meliputi: 1 menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentasi: 2
menulis gagasan untuk menyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasi; 3 menulis hasil wawancara
ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat; 4 menyusun teks pidato BSNP: 2006.
Selama ini pembelajaran menulis argumentasi dilakukan secara konvensional, dalam arti siswa diberi sebuah teori menulis argumentasi kemudian
siswa melihat contoh pada Lembar Kerja Siswa dan akhirnya siswa ditugasi untuk membuat paragraf atau wacana argumentasi. Oleh karena itu, suasana belajar
mengajar keterampilan menulis menjadi membosankan dan siswa merasa jenuh mengikuti proses pembelajaran tersebut. Selain itu siswa belum mampu
mengidentifikasikan sebuah peristiwa atau pun gambaran yang ada dalam pikiran masing-masing untuk dirangkai ke dalam bentuk tulisan atau dalam kata lain
siswa kurang dapat menggali ide dan gagasan. Fenomena yang saat ini terjadi dalam pembelajaran menulis di sekolah,
khususnya SMA Negeri 2 Karanganyar berdasarkan hasil survei yang telah dilaksanakan menunjukkan rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran
menulis siswa kelas X-5. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti rendahnya keterampilan menulis siswa, khususnya menulis argumentasi disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya 1 adanya minat dan motivasi siswa yang masih rendah, 2 kurangnya pembiasaan terhadap tradisi menulis menyebabkan siswa
menjadi terbebani apabila mendapatkan tugas untuk menulis, 3 sebagian siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat menuangkan ide dan
gagasannya, 4 siswa belum mampu dalam menuangkan idegagasan dengan baik, 5 siswa kurang bisa mengembangkan bahasa, 6 kurangnya pemahaman
commit to user
xx
siswa terhadapa kaidah tatabahasa yang baik, 7 hasil tulisan siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Berdasarkan data dapat dilihat pada lampiran halaman 140 diperoleh keterangan bahwa pada survai awal dari 38 siswa yang hadir hanya ada 13 siswa
yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM, sedangkan 25 siswa lainnya masih belum mencapai KKM sebesar 65. Untuk nilai rata-rata, kelas tersebut
mempunyai nilai 61,29. Selain penilaian hasil pembelajaran, dalam survai awal ini juga diambil penilaian proses pembelajaran. Dalam penilaian proses ini, ada
beberapa kriteria yang menjadi tolak ukur. Kriteria tersebut meliputi aspek keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi. Berdasarkan hasil
survai awal menunjukkan bahwa dari 38 siswa yang hadir, hanya ada 14 siswa yang mencapai nilai di atas 7 dapat dilihat pada lampiran halaman 128. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kualitas proses pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X-5 masih rendah.
Melihat kondisi demikian, akhirnya peneliti berusaha memberikan solusi alternatif dalam pembelajaran menulis supaya permasalahan yang terdapat pada
siswa dapat teratasi. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi di kelas X-5 SMA N 2 Karanganyar adalah menggunakan
strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan aktivitas belajar dan komunikasi di antara siswa adalah strategi think talk write TTW. Penerapan strategi TTW dapat mendorong siswa untuk
berfikir, aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, berkomunikasi dengan baik, siap mengemukakan pendapatnya, menghargai orang lain dan melatih siswa untuk
menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan secara sistematis. Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang dapat ditingkatkan melalui penerapan strategi
TTW adalah aktivitas melihat, berbicara, mendengarkan, menulis. Melalui penerapan strategi think talk write dalam pembelajaran bahasa
Indonesia siswa diajak untuk berpikir think melalui lembar permasalahan yang dibagikan guru pada siswa. Dengan adanya bacaan ini siswa dapat mempunyai
gambaran tema yang akan ditulisnya. Setelah permasalahan dibagikan dan siswa
commit to user
xxi
mencatat hal yang penting kemudian dikomunikasikan dalam kelompok kecil dalam aktivitas berbicara talk. Diskusi merupakan proses tatap muka interaktif
dimana siswa menukar ide tentang persoalan dalam rangka pemecahan masalah, menjawab pertanyaan, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman atau membuat
keputusan. Tahap terakhir dalam strategi ini adalah write yaitu mengonstruksi pengetahuan hasil dari think dan talk secara individual yang dapat meningkatkan
aktivitas menulis siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan
penelitian tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis. Penelitian tersebut diangkat dengan judul:
”Penerapan Strategi Pembelajaran Think Talk Write Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi Pada Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 2
Karanganyar Tahun Ajaran 20102011”.
B. Rumusan Masalah