99
Bentuk Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris, dan dipisahkan pemisahan struktur. Untuk menghindari adanya dilatasi perputaran atau
pergerakan bangunan saat gempa. Namun dilatasi ini pun menimbulkan masalah pada bangunan yaitu :
2 atau beberapa gedung yang dilatasi akan mempunyai waktu getar alami yang berbeda, sehingga akan menyebabkan benturan antar gedung,
Ketidak efektifan dalam pemasangan interior, seperti : plafond, keramik, dll
Perlunya konstruksi khusus balok korbel. Konstruksi Balok Korbel untuk dilatasi struktur adalah sebagai berikut.
Gambar 4.24. Konstruksi Balok Korbel untuk dilatasi Sumber : image.google.com, 2011
Berat bahan bangunan adalah sebanding dengan beban inersia gempa. Sebagai contoh penutup atap GENTENG menghasilkan beban gempa horisontal
sebesar 3X beban gempa yang dihasilkan oleh penutup atap SENG. Sama halnya dengan pasangan dinding BATA menghasiIkan beban gempa sebesar 15X beban
gempa yang dihasilkan oleh dinding KAYU.
5. StrukturAtap
Jika tidak terdapat batang pengaku bracing pada struktur atap yang
100
menahan beban gempa dalam arah horizontal, maka keruntuhan akan terjadi seperti, diperlihatkan pada gambar berikut:
Gambar 4.25. Konstruksi Bangunan dengan Pengaku Bracing Sumber : image.google.com, 2011
6. Konsep Desain Kapasitas Capasity Design
Konsep Desain Kapasitas adalah dengan meningkatkan daktalitas
elemen- elemen struktur dan perlindungan elemen- elemen struktur lain yang diharapkan dapat berperilaku elastik. Salah satunya adalah dengan konsep
“strong column weak beam”. Dengan metode ini, bila suatu saat terjadi goncangan yang besar akibat gempa, kolom bangunan di desain akan tetap
bertahan, sehingga orang- orang yang berada dalam Gedung masing mempunyai waktu untuk menyelamatka diri sebelum Bangunan roboh
seketika. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendesain kolom yang kuat antara lain :
Pengaturan jarak antar sengkang,
Peningkatan mutu beton, dan
Perbesaran penampang.
101
Serta untuk struktur bangunan dengan baja, bisa dimodifkasi sambungan hubungan antara balok dengan kolom. Berikut ini adalah ilustrasi
pembentukan sendi plastis dalam perencanaan bangunan tahan gempa.
Gambar.4.26. Konstruksi Bangunan dengan CapasityDesign Sumber : image.google.com, 2011
Tiap Negara mempunyai desain sendiri dalam merencanakan tingkat daktilitas untuk keamanan bangunan yang mereka bangun, hal ini
tergantung dari letak geologi negara masing- masing. Misalnya Jepang yang menerapkan tingkat daktilitas 1. Dengan desain ini, bangunan di
desain benar- benar kaku full elastic. Berikut ini adalah macam- macam tingkat daktlitas beserta kondisi yang ditimbulkan:
a. Daktilitas 1 : Keadaan elastis, dengan konsep ini tulangan di
desain besar- besar untuk membuat bangunan menjadi kaku full elastic. Contohnya : Jepang. Konsekuensinya, saat gempa
melebihi rencana, maka Gedung akan langsung roboh tanpa memberi tanda peringatan terlebih dahulu. Kalo kata Dosen
saya, ini Konsep desain bangunan yang menantang kekuatan Tuhan.
b. Daktilitas 2 : Keadaan Plastis intermediete
102
c. Daktilitas 3 : Keadaan plastis dengan struktur yang daktil,
perecanaan struktur dengan metode Capasity Design. Nah, ini dia yang menjadi dasar perencanaan bangunan tahan gempa di
Indonesia, yaitu dengan pembentukan sendi plastis di balok, sehingga saat ada gempa Bangunan akan memberi tanda atau
peringatan terlebih dahulu, sehingga orang- orang dalam gedung mempunyai waktu untuk menyelamatkan diri.
4.4.2 Transportasi Vertikal