4. Hakikat Berbicara sebagai Keterampilan Berbahasa
a. Keterampilan berbicara
Subana dan Surarti 2000: 36 me nyatakan, “Keterampilan berarti kemampuan
menggunakan pikiran nalar. Keterampilan mengandung beberapa unsur kemampuan, yaitu kemampuan oleh pikir psikis dan kemampuan oleh per
buatan fisik”. Keterampilan berfokus pada pengalaman belajar melalui gerak yang dilakukan
peserta didik Suprijono, 2012: 8. Tarigan 2008: 1-3 mendefinisikan bahwa keterampilan berbahasa sebagai berikut.
“ Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur. Mula-mula kepada masa kecil kita belajar
menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajarai sebelum memasuki
sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan caturtunggal. Berbicara adalah suatu keterampilan
berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului, keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara
berujar dipelajari”. Iskandarwassid dan Sunendar 2013: 241 juga mengartikan bahwa keterampilan
berbicara sebagai berikut. “Keterampilan berbicara pada hakekatnya merupakan
keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan pada orang lain. Dalam hal ini,
kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi,
tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar dan akan bertanggung
jawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti masa lalu, rendah diri, ketegangan, berat lidah, dan lain-lain
”. Lebih lanjut Iskandarwassid dan Sunendar 2013: 240
“Proses pembelajaran berbicara akan menjadi mudah jika peserta didik terlihat aktif dan berkomunikasi.” Terkait dengan proses pembelajaran berbicara,
Tagliante 1994: 99 menguraikan proses berbicara bahasa asing sebagai berikut. “
Prononcer ses premiers mots dans une langue étrangère est souvent dérountant.
L’apprenant va tout d’abord s’essayer de
répéter des sons auxquels il associe une signification assez confuse et sans toujours pouvoir; dans la
chaîne sonore; distinguer où commencent et se terminent les mots qui
composent ce qu’il dit.”
Dengan demikian dapat dipahami bahwa, dalam proses berbicara bahasa asing
untuk pertama kalinya, pembelajar akan merasa bingung untuk menghubungkan
sebuah makna, membedakan kapan ia harus memulai dan mengakhiri kalimat yang
diucapkannya dan ia akan tetap belajar berbicara dengan cara mengulang apa yang dikatakannya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa kedua setelah keterampilan mendengarkan yang bertujuan untuk menyampaikan pikiran dan
perasaan kepada orang lain secara lisan dengan rasa percaya diri dan bertanggung
jawab dengan apa yang diucapkannya. Selain itu pembelajar dapat berbicara bahasa asing dengan lancar maka pembelajar harus mengulang-ulang kalimat yang sama dan
diucapkan maka lama kelamaan pembelajar akan memahami bagaimana pembentukan kalimat dalam bahasa asing tersebut dan akhirnya dapat berbicara
bahasa asing dengan lancar. Oleh karena itu, pembelajar bahasa asing harus terus