Juwita Agustina Boru Situmeang S.H

79 membuat pengumpalan protein sehingga sel kanker yang kepadatan berprotein tinggi berubah warna menjadi putih. Tentu saja ada keraguan pada metode yang lebih sederhana seperti IVA, namun telah dibuktikan pada beberapa penelitian bahwa metode IVA cukup sensitif dan spesifik dalam upaya skrinning kanker serviks, sebagaimana hasil temuan kajian yang telah dilakukan di Indonesia Alodokter 2015, diakses pada 16 Juli2016.

3.9. Pengalaman Informan melakukan Pap Smear

Jumlah wanita yang mengikuti tes pap smear di Klinik Manda semakin meningkat setiap tahunnya. Selain karena harganya yang terjangkau, keakuratan hasil pap smear yang hampir 100 dapat dijadikan acuan pemeriksaan lanjutan jika terdapat indikasi infeksi kanker serviks. Pencapaian ini diharapkan akan lebih baik di tahun mendatang untuk menurunkan jumlah kematian wanita akibat kanker serviks di Kota Medan.

3.9.1. Juwita Agustina Boru Situmeang S.H

Ibu Juwita Agustina Boru Situmeang S.H adalah seorang wanita beretnis batak toba dan beragama Khatolik yang lahir di Medan pada 24 Agustus 1984. Beliau menikah pada saat berusia 28 tahun dan memiliki seorang suami yang bernama Alfredo Ginting berprofesi sebagai pengacara dan seorang anak yang bernama Joshua Ginting berusia 2 tahun. Sehari-hari kegiatan ibu Juwita adalah mengurus rumah tangga, sebelumnya ia pernah bekerja dengan suaminya sebagai pengacara, namun setelah anak pertama mereka lahir, ia pun memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mengurus anak dan rumah tangganya. Beliau berdomisili di Jalan Karya Universitas Sumatera Utara 80 Dame Gang Ayem No. 56A Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Ibu Juwita pertama kali melakukan pap smear pada bulan Maret 2016 di Klinik Manda ditangani langsung oleh Bidan Shanty. Beliau pertama kali mengetahui tentang pap smear dari informasi yang didapat oleh teman dekatnya yang telah melakukan pap smear terlebih dahulu di klinik yang berbeda. Hal ini berdasarkan pada pengalaman salah satu teman dekat mereka yang telah didiagnosis menderita kanker serviks stadium lanjut. Selain itu, faktor utama beliau melakukan pap smear adalah karena pengalaman pribadi beliau menggunakan toilet umum yang sangat kotor sehingga membuat beliau mengalami keputihan yang sulit untuk dihentikan pada saat menaiki kereta api umum jurusan Medan-Siantar pada bulan Januari 2016 yang lalu. Setelah melakukan pembersihan dan pengobatan yang tidak membuahkan hasil, akhirnya ia berinisiatif untuk memeriksakan dirinya ke klinik bidan terdekat. Kebetulan rumah beliau tidak terlalu jauh dari klinik Manda, sehingga ia pergi kesana untuk memeriksakan kesehatannya. Setelah menunggu antrian yang cukup lama karena pada hari itu banyak sekali pasien yang ingin berobat, beliau akhirnya dipanggil untuk masuk ruang bidan agar bisa berkonsultasi dengan bidan Shanty. Bidan pun menganjurkan ibu Juwita untuk melakukan pap smear dan vaksinasi HPV untuk pemeriksaan dan pencegahan lebih lanjut terhadap penyakit kanker serviks, karena dikhawatirkan keputihan yang dialaminya adalah gejala kanker serviks. Universitas Sumatera Utara 81 Beliau pun setuju, seminggu kemudian beliau datang lagi ke klinik Manda didampingi oleh suami dan anaknya. Semula ia takut untuk melakukan pap smear tapi keinginan yang besar untuk sembuh dan dukungan dari keluarga membuat ibu Juwita memberanikan diri melakukannya dan mengambil langkah selanjutnya untuk vaksinasi HPV setelah hasil pap smearnya keluar menunjukkan ia negatif kanker serviks. Hal yang ia takutkan ketika akan melakukan tes pap smear adalah saat melihat alat seperti gunting atau mirip cocor bebek akan dimasukkan ke vaginanya. Ia takut akan terjadi sesuatu seperti pendarahan di vaginanya,namun kekhawatiran ibu Juwita ditepis oleh penjelasan bidan Shanty yang mengatakan bahwa alat tersebut tidak akan membahayakan beliau, ia bertanggung jawab sepenuhnya. Hal itulah yang membuat kecemasan ibu Juwita berangsur-angsur menghilang sampai tes pap smearnya selesai dilaksanakan. Setelah pap smear, sebulan kemudian ia melakukan vaksinasi HPV dengan 3 kali suntik injeksi HPV bertahap. Setelah injeksi ketiga tidak ada masalah pada tubuh dan kesehatan ibu Juwita sampai saat ini. Berdasarkan pengalam ibu Juwita, dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan yang ia lakukan merupakan aplikasi komponen HBM yaitu tindakan nyata untuk melakukan perilaku kesehatan berupa melakukan pap smear.

3.9.2. Ernawati