4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan rendahnya motivasi belajar siswa. Jika pemilihan pendekatan pembelajaran
dapat meningkatkan motivasi belajar matematika, maka apakah prestasinya menjadi lebih baik.
5. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa ada kemungkinan disebabkan dalam pembelajaran matematika kurang memperhatikan tingkat kecerdasan
siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, apabila pemilihan pendekatan pembelajaran yang digunakan dapat disesusaikan dengan tingkat kecerdasan
siswa apakah prestasi belajar matematika siswa menjadi lebih baik. 6. Banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa apakah
mempengaruhi minat belajar pada mata pelajaran matematika. 7. Bimbingan belajar yang dilakukan siswa di luar jam pelajaran sekolah, apakah
prestasi belajar matematikanya dapat meningkat. 8. Model pembelajaran matematika yang hanya memberikan rumus-rumus dan
menyelesaikan soal-soal, apakah prestasi matematikanya menjadi lebih baik. 9. Jika siswa diberdayakan melalui pengalaman belajar dengan berinteraksi
dengan lingkungan dan berbagai kelompok atau individu yang bervariasi, apakah mereka dapat membangun pengetahuan dan pemahamannya terhadap
konsep matematika. 10. Adanya standart kelulusan mata pelajaran matematika secara nasional, apakah
dapat mengubah cara mengajar guru menjadi lebih baik.
C. Pemilihan Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti, maka tidak semua permasalahan di atas dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya membahas
masalah dalam menentukan sebuah model pembelajaran yang dapat melibatkan aspek pedagogis, psikologis dan didaktis secara bersamaan. Mengingat adanya
keberagaman motivasi dan tingkat inteligensi siswa maka ketiga aspek tersebut perlu dikemas dalam sebuah model pembelajaran, sehingga dapat diharapkan
meningkatkan motivasi belajar siswa baik yang mempunyai inteligensi tinggi, sedang maupun rendah.
D. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang dipilih adalah pembelajaran model kooperatif
Jigsaw dengan pendekatan matematisasi berjenjang dan pembelajaran model kooperatif Jigsaw tanpa pendekatan matematisasi berjenjang. Pemilihan
pendekatan matematisasi berjenjang didasarkan bahwa belajar matematika memerlukan suatu tahapan. Sedangkan pemilihan pendekatan tanpa
matematisasi berjenjang digunakan sebagai variabel kontrol untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran yang diusulkan. Pertimbangan lain bahwa
kedua model pembelajaran tersebut sama-sama melibatkan keaktifan siswa. 2. Motivasi belajar yang dimaksud adalah daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai.
3. Inteligensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan belajar yang terdapat dalam diri siswa. Data inteligensi diambil dari data
sekolah.
4. Pembelajaran yang dilakukan terbatas pada siswa SMA di Madiun untuk siswa kelas I semester I.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut : 1. Apakah prestasi belajar matematika pada pembelajaran model kooperatif
Jigsaw dengan pendekatan matematisasi berjenjang lebih baik dari pada model kooperatif Jigsaw tanpa pendekatan matematisasi berjenjang ?
2. Manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi tinggi, sedang, dan rendah ?
3. Manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara siswa yang mempunyai inteligensi tinggi, sedang dan rendah ?
4. Manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik pada pembelajaran model kooperatif Jigsaw dengan pendekatan matematisasi berjenjang dan
tanpa pendekatan matematisasi berjenjang baik pada siswa yang mempunyai motivasi, tinggi, sedang maupun rendah
5. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik pada pembelajaran model kooperatif Jigsaw dengan pendekatan matematisasi
berjenjang dan tanpa pendekatan matematisasi berjenjang baik pada siswa yang mempunyai IQ tinggi, sedang maupun rendah ?
6. Jika dilihat pada masing-masing tingkatan IQ, manakah yang mempunyai prestasi lebih baik antara siswa mempunyai motivasi tinggi, sedang dan
rendah ?
7. Jika dilihat pada masing-masing tingkatan motivasi belajar dan IQ, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa yang
diberi pembelajaran dengan model kooperatif Jigsaw dengan pendekatan matematisasi berjenjang dan tanpa pendekatan matematisasi berjenjang ?
F. Tujuan Penelitian