Latar Belakang Keluarga Sejarah Kehidupan Paku Buwono X

commit to user 43 kekuasaan Paku Buwono IX, dan penggantinya yaitu Paku Buwono X yang hanya berkuasa di lingkup keraton, dan nantinya pada awa abad ke-20 dia berperan besar terhadap usahanya melawan Belanda dalam masa Pergerakan Nasional.

3. Sejarah Kehidupan Paku Buwono X

a. Latar Belakang Keluarga

Sri Susuhunan Paku Buwono X adalah putra dari Sinuhun Paku Buwono IX dari permaisuri Kangjeng Ratu Paku Buwono, putri dari Pangeran Hadiwidjojo ke-II. Sinuhun Paku Buwono IX adalah putra dari Sinuhun Paku Buwono ke-VI, yang dibuang ke Ambon karena melawan Belanda. Jadi Sinuhun Paku Buwono X adalah cucu dari Sinuhun Paku Buwono VI, maka dalam garis perjuangannya melawan kekuasaan Belanda, Sinuhun tidak pernah mengabaikan pesan dan terus melanjutkan perjuangan jejak kakeknya. Ingkang Sinuhun Sri Susuhunan Paku Buwono X dilahirkan pada hari Kamis Legi tanggal 22 Rejeb 1795 Jawi, atau 29 Nopember 1866 M jam 7 pagi dan dinobatkan sebagai Pangeran Adipati Anom. Setelah dinobatkan menjadi Pangeran Adipati Anom, sang Adipati diberi gelar Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamengkunegoro Sudibjo Rojo Putro Narendra Mataram Ingkang Kaping V, untuk kerajaan Surakarta Hadiningrat. Sinuhun Paku Buwono IX keras dalam mendidik puteranya. Sang putra digembleng dalam segala ilmu, dalam ilmu kebathinan, dalam ilmu menuntut ajaran-ajaran Jawa peninggalan leluhur, agar kelak tumbuh menjadi manusia yang berbudi luhur, berwatak utama, adil dan bijaksana, hal yang merupakan syarat menjadi Ratu. Pendidikan untuk ilmu barat juga diberikan, dengan mendatangkan guru-guru di keraton, karena semua pendidikan dilakukan dalam keraton R.M Karno, 1990: 24-27. K.G.P. Adipati Anom menyadari bahwa syarat untuk menjadi Raja ialah menguasai segala ilmu yang ada, yang nantinya perlu untuk bekal dalam mengatur negara, baik itu ilmu kebatinan dan ajaran-ajaran Jawa lainnya sebagai warisan dari leluhur, agar kelak menjadi manusia yang berbudi luhur dan berwatak utama, maupun ilmu dari barat agar dapat mangikuti dan memahami keadaan dunia. Segalanya ini dipelajari di Dathulojo keraton, segala macam guru baik dalam commit to user 44 ilmu barat maupun ilmu ketimuran didatangkan ke Keraton. Karena itu setelah K.G.P. Adipati Anom naik tahta menjadi Raja, maka beliau menjadi raja yang arif, adi dan bijaksana, seorang Raja yang wicaksono dan waskito R.M Karno, 1990: 35. Pendidikan diberikan secara Jawa yang diikuti Pangeran Adipati Anom, meliputi berbagai bidang, antara lain: 1 pengetahuan mengenai kesusateraan, agama termasuk mengaji, besi aji, dan segala hal tentang kuda; 2 kesenian termasuk seni tari; 3 keterampilan menggunakan senjata seperti keris, pedang, dan tombak secara timur, pencak silat dan bermain pedang secara Barat; 4 olahraga, seperti berenag dan bermain kuda; 5 pendidikan dari buku-buku lama dan ajaran dari ayahnya yang terkumpul dalam serat-serat piwulang Jawa; 6 pengetahuan psikologi, kejiwaan; 7 pelajaran bahasa seperti Arab, Melayu, Belanda Purwadi, dkk, 2009: 5. Ayahanda Sunan yaitu Sunan Paku Buwono IX wafat pada hari Jumat Legi 28 Ruwah Je 1822 atau 1893 M. Pada tahun yang sama, hari kamis Wage tanggal 12 bulan Siyam, K.G.P Adipati Anom dinobatkan menjadi Noto Raja manggantikan sang ayah dengan gelar Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sunan Paku Buwono Senopati Ing Ngalogo Ngabdurahman Syidin Panotogomo Ingkan Jumeneng Kaping Sadasa Ing Nagari Surakarta Hadiningrat atau ringkasnya Sunan Paku Buwono X. Adapun sebutan “Sajidin Panotogomo” tidak hanya sebutan tradisional belaka, sebab semalam sebelum upacara penobatan Sang Calon Raja pergi ke masjid Paromosono sekarang Bandengan, dahulu sebelah barat dari pandopo Parangkarso dengan pakaian serba putih R.M Karno, 1990: 28. Pemerintah Hindia Belanda menaikkan pangkat militernya menjadi Mayor Jenderal. Pemberian pangkat militer secara tituler oleh Belanda kepada raja-raja Jawa telah dimulai sejak pemerintahan Paku Buwono VII, raja pertama kerajaan Surakarta yang memerintah tanpa daerah mancanegara Purwadi, dkk, 2009: 7. Orang-orang yang dianggap sebagai guru yang menuntun hidupnya pertama-tama adalah ayahanda sendiri Sinuhun Paku Buwono IX. Selain itu juga para kesepuhan yang oleh Sinuhun sering diajak sarasehan tukar ilmu, seperti commit to user 45 eyang dalem Kusumoyudo ke-II, yang dimakamkan di Lawean, Kyai Surosemito dan Ngabehi Reksoniti. Jika ayahanda Paku Buwono IX, digambarkan sebagai Prabu Bolodewo, sakti mendoroguno, teteg, teguh pribadinya, maka Paku Buwono X digambarkan sebagai Prabu Yudhistira, asih paramarta lahir batin, wicaksono narendrotomo sang Jayeng Katon R.M Karno, 1990: 42.

b. Kepribadian