commit to user 29
fakta sejarah selalu mengandung unsur subyektivitas sehingga dalam menganalisa data diperlukan konsep dan teori sebagai ceritera penyeleksian, pengidentifikasian
dan pengklasifikasian Sartono Kartodirjo, 1992: 92. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengklasifikasikan
sumber data yang telah terkumpul yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Langkah selanjutnya adalah kritik sumber baik kritik intern maupun kritik ekstern.
Sumber data itu kemudian dibandingkan dengan sumber data yang lain guna mempreroleh kredibilitas sumber data. Mengacu pada kajian teori, fakta diberi
keterangan baik yang mendukung atau menolak sampai tersusun fakta yang saling menunjukan hubungan yang relevan guna mendapatkan hasil penelitian yang utuh
untuk sebuah karya ilmiah.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian merupakan langkah-langkah penelitian yang harus dijalani mulai dari pengumpulan data sampai penulisan hasilnya. Berkaitan
dengan tema penelitian langkah-langkah yang dilakukan adalah :
Heuristik Kritik Sumber Interpretasi
Historiografi
Jejak Peristiwa Fakta Sejarah
1. Heuristik
Heuristik berasal dari bahasa yunani “Heurishein” yang artinya
memperoleh. Heuristik adalah kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau dengan cara mengumpulkan bahan-bahan tertulis, tercetak atau sumber lain yang
relevan dengan penelitian ini. G.J Renier yang dikutip Dudung Abdurrahman 1999: 55 menyatakan heuristic merupakan suatu teknik, suatu seni dan bukan
suatu ilmu. Oleh karena itu heuristic tidak mempunyai peraturan umum menurut Sidi Gazalba 1981: 115 heuristik adalah mencari bahan atau menyelidiki sumber
sejarah untuk mendapatkan bahan penelitian.
commit to user 30
Pada tahap ini dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan sumber- sumber yang sesuai dengan penelitian. Sumber berupa buku-buku literatur
diperoleh dari beberapa perpusakaan diantaranya perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universias Sebelas Maret Surakarta, Perpusakaan Pusat
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Monumen Pers Surakarta, Perpustakaan Keraton Kasunanan Surakarta, Perpustakaan Ignatius Yogyakarta.
2. Kritik
Setelah sumber yang diperlukan terkumpul, maka langkah berikutnya adalah melakukan kritik sumber yaitu mengadakan penilaian atau pengujian
terhadap sumber-sumber sehingga dapat diketahui apakah sumber tersebut dapat dijadikan sebagai data bagi penelitian tersebut atau tidak. Menurut Dudung
Abdurrahman 1999: 58 kritik sumber ini meliputi:
a. Kritik Intern
Kritik intern berhubungan dengan kredibilitas dan reabilitas isi dari suatu sumber sejarah Hellius Sjamsudin, 1996: 118. Dalam kritik intern, hal
yang dilakukan adalah menyelediki isi dari sumber sejarah. Kritik ini bertujuan untuk menguji apakah isi, fakta dan cerita dari suatu sumber sejarah
dapat dipercaya dan dapat memberikan informasi yang diperlukan. Kritik intern yang berkenaan dengan isi sumber dilakukan dengan cara apakah
keaslian sumber tersebut dari pengarangnya asli atau turunan karya orang lain, dari tahap ini akan didapat validitas data.
Kritik intern dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang lain. Sumber
tersebut sesuai dengan yang ada atau banyak dipengaruhi oleh subjektifitas pengarang, dan apakah sumber tersebut sesuai dengan tema penelitian atau
tidak. Misalnya buku Riwayat dan Falsafah Hidup Ingkang Sinuwun Sri Susuhunan Paku Buwono X 1893-1939 karangan R.M Karno yang memuat
tentang Silsilah dan riwayat Paku Buwono X dibandingkan dengan Buku Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939 karangan Darsiti Soeratman.
commit to user 31
b. Kritik ekstern
Kritik Ekstern yaitu kritik terhadap keaslian sumber otensitas yang berkenaan dengan segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan, seperti: bahan
kertas atau tinta yang digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa, hurufnya, dan segi penampilan yang lain. Menurut Dudung Abdurrahman 1999: 59, uji otensitas
minimal dilakukan dengan pertanyaan kapan, dimana, siapa, bahan apa serta bentuknya bagaimana sumber itu dibuat. Sebelum semua kesaksian dikumpulkan
oleh sejarawan dapat digunakan untuk merekontruksi masa lalu, maka terlebih dahulu dilakukan pemerikasaan ketat.
Kritik ekstern dilakukan dengan cara melakukan pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sebuah sumber sejarah. Kritik ekstern berguna untuk
memeriksa sumber sejarah dan menjaga keaslian serta keutuhan sumber tersebut. Dalam kritik ekstern dilakukan pengujian sumber dari aspek luarnya seperti
pengarang dan asal sumber. Dalam penelitian ini kritik ekstern dilakukan dengan menyeleksi bentuk sumber data tertulis berupa buku dan literatur. Aspek fisik
kedua sumber dilihat dari pengarang, tahun, tempat penerbitan sumber, gaya bahasa dan ejaan yang digunakan. Misalnya buku Een Koel Hoofd En Een Warm
Hart Nationalisme, Javanisme En Jeugdbeweging In Nederlands-Indie, 1981- 1930 karangan Hans van Miert tahun 1995 diterbitkan De Bataafsche Leeuw
diterjemahkan oleh Sudewo Satiman judul Dengan semangat Berkobar Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia, 1981-1930 tahun 2003 dengan
hak terjemahan Indonesia pada Perwakilan KITLV dan Penerbit Hasta Mitra menggunakan gaya bahasa dan ejaan yang disempurnakan.
3. Interpretasi
Interpretasi atau penafsiran sejarah disebut pula dengan analisis sejarah. Interpretasi merupakan suatu kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh dari
data yang telah diseleksi pada tahap sebelumnya untuk selanjutnya análisis data. Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk menafsirkan data yang diperoleh,
kemudian mencari kaitan antara data yang satu dengan data yang lainnya. Setelah itu data yang salin berkaitan dihubungkan sehingga akan diperoleh gambaran
commit to user 32
yang jelas dan menyeluruh kemudian menjadi suatu fakta sejarah yang dapat dijadikan sebagai data sejarah.
4. Historiografi
Tahap historiografi merupakan langkah terakhir dalam metodologi atau prosedur penelitian sejarah, historiografi merupakan karya sejarah dari hasil
penelitian, dipaparkan dengan bahasa ilmiah dengan seni yang khas menjelaskan apa yang ditemukan beserta argumentasinya secara sistematis. Dalam historiografi
seorang penulis tidak hanya menggunakan keterampilan teknis, penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan tetapi penulis juga dituntut menggunakan
pikiran kritis dan analisis Hellius syamsudin, 1992: 153. Historiografi merupakan langkah merangkai fakta sejarah menjadi cerita
sejarah yang dilakukan dengan cara menyalin buku-buku linteratur,surat kabar, dan sumber tertulis lainnya. Dalam hal ini imajinasi sangat diperlukan untuk
merangkai fakta yang satu dengan fakta yang lain, sehingga menjadi suatu kisah sejarah yang menarik dan dapat dipercaya kebenarannya. Tahap historiografi ini
merupakan langkah terakhir dalam metodologi atau prosedur penelitian historis. Dari data-data yang sudah berhasil dikumpulkan oleh peneliti, maka peneliti
berusaha memaparkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan menggunakan bahasa yang ilmiah beserta argumentasi secara sistematis. Dalam
penelitian ini historiografi diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “Peran Paku Buwono X Dalam Pergerakan Nasional‟‟.
commit to user
33
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. USAHA-USAHA PAKU BUWONO X MEMBANGUN
KEHIDUPAN POLITIK 1.
Keadaan Geografis Surakarta
Karesidenan Surakarta terdiri atas wilayah Kasunanan dan wilayah Mangkunegaran. Batas wilayah sebagian dibentuk oleh Gunung Lawu di sebelah
Timur dan Gunung Merapi serta Merbabu di sebelah Barat. Di bagian tengah karesidenan berjajar deretan bukit kapur dan pegunungan Sewu. Sementara di
sebelah Utara wilayah ini bertemu dengan rangkaian pegunungan Kendeng. Bengawan Surakarta mengalir melalui dataran Surakarta dari Selatan ke Utara.
Dalam perjalanannya ke Jawa Timur dan laut Jawa, sungai ini melintasi kota Surakarta dan memberikan kesuburan bagi tanah di dataran Surakarta. Luas
Karesidenan Surakarta adalah 6217 ��
2
dan separo dari daerah itu merupakan milik Kasunanan, dan lainnya masuk daerah Mangkunegaran M. Hari Mulyadi,
dkk 1999: 20. Kota Surakarta terletak pada ketinggian 200 meter di atas permukaan laut,
di sebelah kiri Bengawan Solo, dan pada kedua belah tepi sungai Pepe. Sebagian besar kota tersebut masuk ke wilayah Kasunanan dan hanya seperlima saja, yaitu
sebelah barat laut merupakan daerah Mangkunegaran. Di kalangan penduduk, daerah Kasunanan di dalam kota dikenal dengan nama daerah Kidulan, walaupun
daerah milik Sunan ini terbentang diseluruh kota, selain bagian barat laut. Sebutan Kidulan ini mungkin dihubungkan dengan letak keraton yang berada di sebelah
selatan, sedangkan Istana Mangkunegaran di sebelah utara jalan raya Purwosari sekarang Jl. Slamet Riyadi dan jalan term yang menghubungkan Boyolali dan
Wonogiri seakan-akan menjadi batas kedua daerah itu Darsiti Soeratman 2000: 83-84. Surakarta berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan