xcvi Uji kelayakan instrumen dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama penulis
mengadakan uji kelayakan instrumen motivasi berprestasi yang terdiri dari 40 soal, dan kedua uji kelayakan tes prestasi belajar pada materi pembelajaran hukum
Newton yang terdiri dari 30 soal. Uji instrumen dilakukan untuk mengetahui: 1. Indeks kesukaran, 2. Daya pembeda, 3. Validitas, dan 4. Reliabilitas suatu
item soal. Waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes tersebut masing-masing 45 menit. Adapun penjelasan dari masing-masing tes tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Indeks Kesukaran
Menurut Suharsimi Arikunto 2002 indeks kesukaran difficulty index
adalah
bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran dihitung dengan rumus:
JS B
P =
Keterangan: P
: indeks kesukaran B
: banyak siswa yang memnjawab soal dengan benar JS : jumlah seluruh peserta test
Menurut Masidjo 1995 indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan P = 0,00 s.d. 0,20 adalah soal sukar sekali
Soal dengan P = 0,21 sampai 0,40 adalah soal sukar Soal dengan P = 0,41 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P = 0,71 sampai 0,90 adalah soal mudah
xcvii Soal dengan P = 0,91 sampai 1,00 adalah soal mudah sekali
Dalam penelitian ini penulis mengadakan uji taraf kesukaran instrumen pada Tes Prestasi Belajar. Hasil uji taraf kesukaran instrument Tes Prestasi Belajar
yang dilakukan terangkum pada table 3.3 di bawah ini:
Tabel 3.3 Rangkuman hasil uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Prestasi Belajar
Indek Kesukaran Jumlah
Soal Sukar Sekali
Sukar Sedang
Mudah Mudah Sekali
30 5
17 8
Berdasarkan uji coba tes prestasi belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Klirong pada materi pembelajaran Hukum-hukum Newton sebelum pelaksanaan
eksperimen, dari 30 butir soal, kriteria sukar sekali tidak dipakai, kriteria sukar dipakai 3 yaitu no 14,18, dan 23, Kriteria sedang dipakai 13 yaitu soal no 2, 4, 8,
9,10, 16, 17, 20, 21, 22, 26, 27 dan 29 sedangkan soal mudah dipakai 4 yaitu no1, 11,12, 13 dan dapat dilihat pada lampiran 19.
2. Daya Pembeda
Daya pembeda soal ialah kemampuan soal untuk membedakan siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Indeks diskriminasi D adalah angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda, antara 0,00 sampai 1,00. Hasil skor yang diperoleh siswa disusun dari skor
tertinggi sampai skor terendah. Menurut Suharsimi 2002 jika peserta test jumlahnya kurang dari 100 orang maka hasil skor tersebut dibagi dua sama besar
yaitu 50 kelompok atas dan 50 kelompok bawah. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
xcviii
PB PA
JB BB
JS B
P =
=
Keterangan: D
: indeks diskriminasi JU : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar PB : proposi peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar.
Berdasarkan nilai daya pembeda, satu item dibedakan menjadi 4 katagori Masidjo, 1995 yaitu:
D = 0,80 – 1,00 adalah sangat membedakan
D = 0,60 – 0,79 adalah lebih membedakan
D = 0,40 – 0,59 adalah cukup membedakan
D = 0,20 – 0,39 adalah kurang membedakan
D = negatif sampai 0,19 sangat kurang membedakan
Dalam penelitian ini penulis menyajikan satu buah uji daya pembeda yaitu uji daya pembeda pada tes prestasi belajar. Hasil uji daya pembeda instrumen Tes
Prestasi Belajar yang dilakukan terangkum pada table 3.4.
Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Prestasi
Daya Pembeda Jumlah Soal
Sangat Kurang Kurang
Cukup Lebih
Sangat
xcix 30
3 7
19 1
Dari hasil uji daya pembeda soal tes prestasi belajar, maka soal yang dipakai dalam penelitian ini adalah 20 soal yang terdiri dari 1 soal lebih membedakan, dan
19 soal cukup membedakan yaitu soal no. 1, 2, 4, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 26, 27, 29 dan 1 soal lebih membedakan yaitu soal no 23, dan
dapat dilihat pada lampiran 18.
3. Uji validitas