cxxx keaktifan siswa baik dalam bentuk pendapat ataupun berupa pertanyaan dengan
saling menghargai pendapat, yang berarti akan terjadinya sering di antara para siswa. Hal ini sejalan dengan teori belajar Vygotsky yang menyebutkan bahwa
hubungan sosial yang baik akan sangat membantu kelancaran dalam pembelajaran sehingga prestasi yang baik akan bisa diraihnya, lebih lanjut dijelaskan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe TAI menitik beratkan pada keberhasilan setiap individu yang didukung oleh kelompok dimana untuk melanjutkan pada materi
berikutnya siswa diharuskan telah lulus pada setiap unit soal, jika soal unit pertama belum bias berhasil maka siswa belum diperkenankan untuk
menyelesaikan soal pada unit kedua, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dan prestasi akan meningkat. Dengan demikian dari kedua bentuk pembelajaran
tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran khususnya pada materi Hukum Newton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.5 di atas.
Dari hasil analisis data memberikan gambaran bahwa pembelajaran kooperatif tipe TAI akan menghasilkan prestasi yang lebih baik dibandingkan
dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi waktu yang diperlukan cukup banyak.
2. Hipotesis Kedua
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap prestasi, p-value Motivasi Berprestasi siswa = 0,001 0,050. Hasil uji
lanjut memperkuat keputusan bahwa Motivasi Berprestasi memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar fisika pada materi Hukum Newton. Hal ini
berarti bahwa dalam proses pembelajaran materi Hukum Newton faktor Motivasi
cxxxi Berprestasi siswa menunjang keberhasilan dalam prestasi siswa khususnya materi
hukum Newton. Tingkat Motivasi Berprestasi siswa pada penelitian ini diketahui memberikan efek berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar fisika pada hasil
uji anava tiga jalan, hasil uji lanjutnya memberikan informasi dimana siswa yang memiliki tingkat Motivasi Berprestasi tinggi mendapatkan rerata prestasi lebih
tinggi yaitu 70,12 dengan standar deviasi 9,34 sedangkan siswa yang memiliki tingkat Motivasi Berprestasi rendah mendapatkan rerata prestasi 65,62 yang
memiliki standar deviasi 9,09. Lebih jelasnya perhatikan hasil anava satu jalan dan analisis mean pada tabel dan gambar 4.12 di atas.
p-value sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,050 sehingga melahirkan keputusan untuk menyatakan keputusan ada perbedaan pengaruh antara Motivasi Berprestasi
tinggi dengan Motivasi Berprestasi rendah terhadap prestasi siswa. Motivasi Berprestasi merupakan Motivasi yang berdasarkan pada standar keunggulan hal
ini ditandai oleh siswa untuk mendapatkan nilai yang lebih baik, baik dari teman- temannya maupun dari yang pernah diraihnya. Hal ini sejalan dengan Mc Clelland
yang mengemukakan adanya pola motivasi Hasibuan 1997: 97 untuk siswa yaitu Achlevemen Motivation dan Competence Motivation karena adanya dorongan
untuk mengalahkan suatu tantangan berprestasi di kelas dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam beraktualisasi melalui prestasi belajar serta
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardiati 2004 bahwa siswa dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan memperoleh prestasi yang tinggi
demikian untuk siswa dengan motivasi berprestasi yang rendah prestasi hasil belajarnya akan rendah. Sehingga orang yang motivasi belajarnya tinggi akan
cxxxii memperoleh prestasi yang setinggi tingginya, hal ini juga sejalan dengan teori
Johnson bahwa siswa yang motivasi berprestasinya tinggi hanya akan mencapai prestasi akademis yang tinggi. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa motivasi
berprestasi yang tinggi akan memperoleh prestasi yang tinggi seperti terlihat pada gambar 4.6.
3. Hipotesis Ketiga