BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengelolaan Manajemen Asuhan Keperawatan
Dalam rangka mewujudkan kemandirian dan mengoptimalkan derajat kesehatan masyarakat, berbagai upaya dalam bidang kesehatan dilakukan. Salah
satunya adalah bentuk upaya kesehatan berupa pelayanan kesehatan melalui Puskesmas dan Rumah sakit rujukan yang merupakan sistem pelayanan kesehatan
yang diterapkan dan dikembangkan dalam SKN Sistem Kesehatan Nasional dengan melibatkan peran serta masyarakat, peningkatan peran serta masyarakat
bertujuan untuk meningkatkan masyarakat secara aktif dan dinamis dalam berbagai upaya kesehatan masyarakat dan mendorong kemandirian dalam
memecahkan masalah kesehatan dengan penuh tanggung jawab. Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas di
Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor dapat diambil kesimpulan sebagai berikut, Masyarakat lingkungan IV memberikan respon yang
antusias khususnya gang Eka Rame, gang Eka Bakti, dan Eka Warni terhadap tindakan kesehatan yang dilakukan oleh mahasiswa pada saat Praktek Belajar
Lapangan dilingkungan IV, adanya kerjasama yang baik antara Kepala Lingkungan, Toma, Toga, Puskesmas, dan Kader pada saat dilakukan
implementasi keperawatan dalam menangani kasus yang ditemukan di masyarakat, ibu-ibu Kader hanya beberapa yang aktif dalam memotivasi
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan seperti posyandu bayi dan balita. Sementara untuk masalah kesehatan seperti kesehatan lingkungan,
pengolahan makanan dan gizi keluarga tidak ada kader yang berperan, ibu-ibu balita yang menjadi responden dapat menerima materi yang diberikan dengan
sangat baik.
2. Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan
Manajemen pelayanan keperawatan dimulai dari pengkajian, dilanjutakan dengan perumusan masalah, perencanaan tindakan keperawatan, implementasi
dan evaluasi. Masalah keperawatan komunitas pada ibu dan balita yang ditemukan di Lingkungan IV Kelurahan Gedung Johor Kecamatan Medan Johor
antara lain : a.
Resiko gangguan tumbuh kembang balita berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan ibu balita terhadap proses tumbuh kembang balita ditandai
dengan ibu belum pernah mendapat informasi tentang tumbuh kembang balita.
b. Resiko tinggi gangguan integritas kulit pada balita berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan akan kebersihan diripersonal hygiene balita ditandai dengan ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi
tentang personal hygiene. c.
Resiko tinggi diare pada balita berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu terhadap penyakit kecacingan ditandai dengan ibu belum
pernah mendapat informasi tentang kecacingan.
Universitas Sumatera Utara
d. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada balita berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan ibu dan anak terhadap cara mencuci tangan yang baik dan benar ditandai dengan kurangnya informasi yang didapat ibu,
belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang cara mencuci tangan.
e. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada balita
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu terhadap gizi balita ditandai dengan ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi
tentang gizi balita. f.
Resiko terjadinya karies gigi pada anak balita berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu balita terhadap kesehatan gigi ditandai dengan
ibu belum pernah mendapat penyuluhan atau informasi tentang perawatan gigi.
Setelah itu dilakukan intervensi dengan merencanakan tindakan yang akan dilakukan, tujuan dari tindakan tersebut, waktu dan tempat berlangsungnya
kegiatan. Kemudian dilakukan implementasi sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Implementasi berjalan sesuai dengan rencana, peserta mengikuti kegiatan
dengan sangat baik dan dapat berpastisipasi menerima informasi yang diberikan mahasiswa. Setelah dilakukan implementasi, dilakukan evaluasi dan perencanaan
keperawatan setelah implementasi. Diharapkan informasi yang telah diberikan oleh mahasiswa dapat diterapkan oleh masyarakat pada kehidupan sehari-harinya.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran