- Dengan menuju ke gudang 6 maka perjalanan bertambah jarak 80,2 Km
Dengan menggunakan prosedur Nearest Neighbour, maka diperoleh solusi adalah : langsung menuju gudang 3 dari DC
karena jaraknya paling dekat dengan DC, ukuran jarak tersebut dapat dilihat pada tabel 4.14.
Iterasi 2 : Perjalanan dari DC → Gudang 3 dilanjutkan menuju
gudang 6, dikarenakan tidak ada gudang lain yang akan di kunjungi pada rute A tersebut.
sehingga diperoleh solusi dengan perjalanan DC - G
3
- G
6
- DC
dengan panjang : = 71,81 + 49,2 + 80,2
= 201,21 Km
B. Untuk Rute B { G
2
, G
5
,
G
1
} Iterasi 1 : Awal perjalanan dimulai dari DC dengan total jarak = 0
- Dengan menuju ke gudang 2 maka perjalanan bertambah jarak 42,9 Km
- Dengan menuju ke gudang 5 maka perjalanan bertambah jarak 47,35 Km
- Dengan menuju ke gudang 1 maka perjalanan bertambah jarak 26,6 Km
Dengan menggunakan prosedur Nearest Neighbour, maka diperoleh solusi adalah : langsung menuju gudang 1 dari DC
karena jaraknya paling dekat dengan DC, ukuran jarak tersebut dapat dilihat pada tabel 4.14.
Iterasi 2 : Perjalanan dari DC → Gudang 1 dilanjutkan menuju
gudang terdekat berikutnya. Ada 2 kemungkinan yang terjadi yaitu menuju gudang 2 atau gudang 5.
- Dengan menuju ke gudang 2 maka perjalanan bertambah jarak 42,9 Km
- Dengan menuju ke gudang 5 maka perjalanan bertambah jarak 47,35 Km
Dengan menggunakan prosedur Nearest Neighbour, maka diperoleh solusi pada iterasi 2 adalah menuju gudang 2.
Iterasi 3 : Perjalanan dari DC → gudang 1 → gudang 2
dikarenakan tidak ada gudang lain yang akan dikunjungi pada rute B tersebut langsung dilanjutkan menuju gudang terakhir, yaitu
gudang 5 sehingga diperoleh solusi DC - G
1
- G
2
- G
5
- DC dengan panjang :
= 26,6 + 40,8 + 26,9 + 47,35 = 141,65 Km
C. Untuk Rute C { G
4
} Iterasi 1 : Awal perjalanan dimulai dari DC dengan total jarak = 0
- Dengan menuju ke gudang 4 maka perjalanan bertambah jarak 24,5 Km
Dengan menggunakan prosedur Nearest Neighbour, maka diperoleh solusi adalah : langsung menuju gudang 4 dari DG
karena jaraknya paling dekat dengan DC, ukuran jarak tersebut
dapat dilihat pada tabel 4.14. Perjalanan dari DC → Gudang 3,
dikarenakan tidak ada gudang lain yang akan di kunjungi pada rute
A tersebut.
sehingga diperoleh solusi dengan perjalanan DC - G - DC
dengan panjang :
4
= 24,5 + 24,5 = 49 Km
4.2.11 Penghitungan Biaya Transportasi Sesudah Penerapan Metode
Savings Matrix.
Dari tabel 4.5 dapat dihitung biaya transportasi sesudah penerapan metode Savings Matrix,
Biaya tenaga kerja = Rp. 33.500 hari. Biaya bahan bakar = jarak tempuh x 110 lt x harga bahan bakar
Sesudah penerapan metode Savings Matrix, maka didapatkan rute baru yaitu: - Rute A = 201,21 x 110 x Rp. 4500 = Rp. 90.544,5
- Rute B = 141,65 x 110 x Rp. 4500 = Rp. 63.742,5 - Rute C = 49 x 110 x Rp. 4500 = Rp. 22.050
Sehingga Didapatkan keseluruhan biaya transportasi pada rute usulan seperti pada tabel 4.22
Tabel 4.22 Perhitungan biaya transportasi pada rute usulan
No Rute Susulan Pengiriman Truk ke
Customer Jumlah
Truk Unit
Tenaga Kerja
Org Total Biaya
Tenaga kerja
Rp Jarak
Tempuh Km
Biaya Bahan Bakar
Rp Biaya
Retribusi Rp
Biaya konsumsi
Rp 1
DC - G
3
- G - DC
6
1 2 67.000 201,21 90.544,5 45.000
45.000 2
DC - G
1
- G
2
- G
5
- DC 1 2 67.000 141,65
63.742,5 65.000 45.000
3 DC - G
- DC
4
1 2 67.000 49 22.050
45.000 45.000
TOTAL
3 6 201.000
391,86 176.337 155.000
135.000
Biaya total = Total biaya tenaga kerja + Total biaya bahan bakar + total Biaya retribusi + Total biaya konsumsi
= Rp. 201.000 + Rp. 176.337 + Rp.155.000 + Rp. 135.000 = Rp. 667.337
Hari kerja dalam 1 bulan = 4 minggu maka : Biaya total 1 bulan = Rp. 667.337 x 4 = Rp. 2.669.348
4.2.12 Perhitungan Biaya Keseluruhan sebelum penerapan metode
Savings matrix.
- Rute 1 = 53,2 x 110 x Rp. 4500 = Rp. 23.940 - Rute 2 = 144,96 x 110 x Rp. 4500 = Rp. 65.232
- Rute 3 = 49 x 110 x Rp. 4500 = Rp. 22.050 - Rute 4 = 162,8 x 110 x Rp. 4500 = Rp. 73.260
Sehingga Didapatkan keseluruhan biaya transportasi pada rute awal seperti pada tabel 4.23
Tabel 4.23 biaya transportasi keseluruhan pada rute awal