analis peramalan sangat menentukan dalam pengambilan kesimpulan mengenai pola data.
Gambar 2.8 Random Component Pola Acak
2.4 Pengujian Peramalan
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan menggunakan metode MRC Moving Range Chart. Tujuannya adalah untuk memeriksa peramalan-peramalan
yang telah dilakukan, apakah dari data hasil peramalan sudah dalam kondisi yang terkecil atau belum. Langkah-langkah dalam pembuatan metode MRC adalah
sebagai berikut Hakim,2003: 1.
Menghitung rentang bergerak Moving Range. MR =
1 1
ˆ ˆ
t t
t
Dengan :
t
= Data aktual tahun tertentu ˆ = Data hasil penjumlahan tahun tertentu
2. Menghitung rata-rata rentang bergerak.
1 n
MR MR
3. Menghitung batas kontrol.
Batas atas BA = +2.66 MR Batas bawah BB = -2.66 MR
4. menghitung titik simpang
t t
ˆ
keadaan peta kendali Gambar 2.9. Fungsi peramalan yang terpilih dapat digunakan, apabila semua titik
berada dalam batas kontrol. Tetapi bila mendapatkan suatu titik tak terkendali Out of Control suatu memeriksa peramalan, maka kita akan mencari peramalan
yang baru. Hal ini membuktikan bahwa metode peramalan tersebut tidak cocok untuk digunakan.
Gambar 2.9 Bagan Peta Kendali
Kondisi Out of Control yaitu : 1.
Jika ada titik
t t
ˆ
yang berada diluar batas kontrol BA atau BB
2. Aturan tiga titik.
Dari tiga buah titik yang berurutan, apakah dua titik atau lebih yang terdapat dalam satu daerah A.
3. Aturan lima titik.
Dari lima buah titik yang berurutan, apakah empat titik atau lebih terdapat dalam satu daerah B.
4. Aturan delapan titik.
Dengan delapan titik yang berurutan pada salah satu sisi dari garis tengah.
2.5 Metode Savings Matrix
Savings Matrix merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
menjadwalkan sejumlah terbatas kendaraan dari suatu fasilitas dan jumlah kendaraan dalam armada ini dibatasi dan mereka mempunyai kapasitas
maksimum yang berlainan. Tujuan dari metode ini adalah untuk memilih penugasan kendaraan dan routing sebaik mungkin Bowersox, 2002
Metode savings matrix adalah metode yang diterapkan dan dapat digunakan untuk menugaskan pelanggan ke sarana atau alat angkut jika ada
batasan waktu penyerahan. Metode ini digunakan untuk menentukan rute distribusi produk ke outlet dengan cara menentukan urutan rute distribusi yang
harus dilalui dan jumlah alat angkut berdasarkan kapasitas dari alat angkut tersebut agar diperoleh rute terpendek dan biaya transportasi yang optimum
Chopra, Meindl, 2001
2.5.1 Langkah-langkah Penerapan Metode Savings Matrix
Metode ini
sederhana dilakukan dan dapat digunakan untuk memutuskan
konsumen ke kendaraan yang mana, walaupun terdapat kendala waktu dan yang lainnya. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan konsumen yang
harus dilayani oleh sebuah kendaraan serta rute pengiriman yang harus ditempuh masing-masing kendaraan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan matrix jarak Identify the Distance Matrix
Matrik jarak menyatakan jarak antara tiap pasang lokasi yang dikunjungi. Jarak antara lokasi A yang terletak pada koordinat
a a
Y X
, dan lokasi B yang
terletak pada koordinat
b b
Y X
, dicari dengan menggunakan rumus :
Dist A,B
=
2 2
b a
b a
Y Y
X X
Panjang =
2 2
b a
b a
Y Y
X X
Lokasi Pabrik DC
Panjang =
b a
Y Y
Panjang =
b a
X X
Skema Perhitungan Jarak 2.
Menentukan matrix penghematan savings matrix Matrik penghematan menunjukan penghematan yang terjadi jika
menggabungkan dua konsumen kedalam satu truk kendaraan. Penghematan bisa dievaluasi berdasarkan jarak atau waktu atau uang.
S x,y menyatakan jarak yang dihemat jika perjalanan yaitu DC →
konsumen x → DC dan DC → konsumen y →DC dikombinasikan ke sebuah
rute perjalanan tunggal yaitu DC → konsumen x → konsumen y → DC.
Rumus untuk mencari besarnya penghematan adalah : S x,y = Dist DC,y + Dist DC,y – Dist x,y
3. Mengalokasikan konsumen-konsumen kesebuah rutekendaraan atau
penugasan konsumen pada sebuah rute. a.
Pengalokasian konsumen kesebuah rutekendaraan harus bisa memaksimalkan penghematan.
b. Pencarian solusi dilakukan dengan prosedur iterative yaitu :
Pada tahap 1 : tiap konsumen dialokasikan pada rutekendaraan yang berbeda-beda atau terpisah.
Pada tahap 2 : Dua rute selanjutnya dapat digabungkan pada satu rutekendaraan dengan didasarkan pada penghematan yang paling tinggi
yang bisa diperoleh. Selanjutnya dilakukan pengecekan apakah pengkombinasian tersebut layak atau tidak. Dikatakan layak jika total
pengiriman yang harus dilalui melalui rute tersebut tidak melebihi kapasitas kendaraan.
4. Menentukan urutan konsumenurutan pengiriman pada sebuah rute.
Tujuan dari tahap ini adalah meminimalkan jarak perjalanan yang harus ditempuh tiap kendaraan.
Untuk mendapatkan rute pengiriman yang optimal dilakukan dua tahap : a.
Menentukan rute pengiriman awal untuk tiap kendaraan dengan menggunakan prosedur farthesr insert nearest insert dll.
b. Melakukan perbaikan dengan menggunakan prosedur.
Ada beberapa prosedur pengurutan yang dapat digunakan untuk mendapatkan rute pengiriman awal yaitu Chopra,Meindl, 2001 :
a. Farth insert : memasukkan konsumen yang memberikan perjalanan paling
jauh. b.
Nearest insert : memasukkan konsumen yang memberikan perjalanan terpendek.
c. Nearest neighbour : rute perjalanan dibuat dengan menambahkan
konsumen terdekat dari titik terakhir yang dikunjungi oleh kendaraan. Iterasi dimulai dari DC kemudian perjalanan dilakukan menuju ke
konsumen yang paling dekat dengan DC, dan seterusnya. d.
Sweep : dalam metode ini, pointtitik manapun pada jaringan dipilih umumnya DC itu sendiri dan jalur dibersihkan searah jarum jam atau
berlawanan arah jarum jam dari titik point. Perjalanan dibentuk dengan mengurutkan konsumen yang ditemui selama proses.
2.6 Analisa Keputusan
Analisa keputusan dapat dipandang sebagai gabungan dari dua disiplin ilmu yang telah ada lebih dahulu, yaitu Teori Keputusan dan Metodelogi
Pemodelan Sistem. Teori Keputusan adalah teori yang mempelajari bagaimana sikap fikir
yang rasional dalam situasi yang amat sederhana, tetapi yang mengandung ketidakpastian, seperti dalam permainan lotre. Karena itu maka peranannya dalam
menghadapi situasi yang kompleks adalah sangat kecil.
Sedangkan Metodologi Pemodelan Sistem mempelajari bagaimana memperlakukan aspek yang dinamis dan kompleks dari suatu lingkungan.
Jadi Analisa Keputusan yang merupakan gabungan dari keduanya, mengkombinasi kemampuan untuk menangani system yang kompleks dan
dinamis, dan kemampuan untuk menangani ketidakpastian dalam satu disiplin keilmuan.
Karenanya, Analisa Keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur logis dan kuantitatif yang tidak hanya menerangkan mengenai proses pengambilan
keputusan tetapi juga merupakan suatu cara untuk membuat keputusan. Dengan kata lain cara untuk membuat model suatu keputusan memungkinkan dilakukan
pemeriksaan dan pengujian Kuntoro,Trisnadi,1983.
2.6.1 Langkah-langkah Dalam Analisa Keputusan
Tahap Deterministik
Keputusan Tahap
informasional Tahap
Probabilistik
Pengumpulan Informasi
Informasi Baru Pengumpulan
Informasi Baru Tindakan
Informasi Awal
Gambar 2.10 Siklus Analisa Keputusan Dari gambar tersebut dapat dlihat bahwa didalam prosedur analisa
keputusan akan terdapat tiga tahapan utama, yaitu Kuntoro,Trisnadi,1983 :
1. Tahapan deterministik
Dalam tahap ini variable-variabel yang mempengaruhi keputusan perlu didefinisikan dan saling hubungkan, perlu dilakukan penetapan nilai dan
selanjutnya tingkat kepentingan variable ukur tanpa terlebih dahulu memperhatikan unsur ketidakpastiannya.
2. Tahapan probabilistik
Ini merupakan tahap penetapan besarnya ketidakpastian yang melingkupi variabel-variabel yang penting, dan menyatakannya dalam bentuk suatu nilai.
Dalam tahapan ini juga diulakukan penetapan preferensi atas risiko. 3.
Tahap informasional Intinya adalah meninjau hasil dari dua tahap terdahulu guna menentukan nilai
ekonomisnya bila kita ingin mengurangi ketidakpastian pada suatu variabel yang dianggap penting. Dengan demikian dari tahap ini kita dapat menentukan
apakah masih diperlukan pengumpulan informasi tambahan untuk dapat mengurangi ketidakpastian. Bila ternyata kita mendapatkan bahwa nilai
informasi lebih kecil dari ongkos yang dikeluarkan, maka tidak perlu mencari informasi tambahan, sehingga hasil dari proses pertamalah yang kita jalankan.
2.7 Vehicle Routing Problem
Vehicle routing problem dapat didefinisikan sebagai penentuan sejumlah
rute untuk sekumpulan kendaraan yang harus melayani sejumlah pemberhentian node dari depot pusat. Asumsi yang bisa digunakan dalam Vehicle routing
problem standart adalah setiap kendaraan mempunyai kapasitas yang sama dan
jumlah kendaraan tidak terbatas, jumlah permintaan tiap pemberhentian node
diketahui dan tidak ada jumlah permintaan tunggal yang melebihi kapasitas kendaraan. Rute dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Daily routing yaitu sejumlah kendaraan yang harus dioperasikan untuk 1 hari
pengiriman. 2.
Period routing yaitu rute dari sejumlah kendaraan yang harus dioperasikan untuk beberapa waktu periode.
3. Fixed routing yaitu rute dari sejumlah kendaraan yang harus dioperasikan dan
tidak berubah untuk beberapa periode tertentu.
2.7.1 Klasifikasi Penentuan Rute dan Penugasan Kendaraan
Permasalahan rute dan penjadwalan kendaraan diklasifikasikan berdasarkan karakteristik-karakteristiknya, yang dapat digunakan untuk
membantu menganalisa dan mengidentifikasi jenis dari permasalahan yang berlawanan.
Algoritma-algoritma yang ada dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan sesuai dengan karakteristik-karakteristiknya dalam klasifikasi
tersebut. Adapun secara garis besar kliasifikasi tersebut adalah sebagai berikut : No Karakteristik
Pilihan yang
mungkin 1. Ukuran
kendaraan yang tersedia
Satu kendaraan Banyak kendaraan
2. Jenis armada
kendaraan yang tersedia
Sejenis hanya satu jenis kendaraan Heterogen jenis kendaraan banyak
Khusus jenis kendaraan yang dikelompokkan 3. Penampatan
kendaraan Depot tunggal
Depot banyak 4. Sifat
permintaan Deterministik
Stokastikprobabilistic Memilih permintaan yang disukai
Pilihan yang mungkin 5. Lokasi
armada Pada node
Pada busurarc Kombinasi pada node dan busur
6. Network Undirected
Directed Kombinasi directed dan undirected
Euclidean 7. Keterbatasan
kapasitas kendaraan Memaksakan sama untuk semua rute
Memaksakan berbeda untuk rute-rute yang berbeda
Tidak membatasi kapasitas tidak terbatas 8. Waktu
rute maksimum
Dibatasi sama untuk semua rute Dibatasi berbeda untuk semua rute yang
berbeda Tidak dibatasi
9. Operasi Hanya menjemput mengambil dan membawa
Kombinasi penjemputan dan pengantaran Membagi pengiriman menerima atau menolak
10. Biaya Biaya variable atau routing
Biaya-biaya tambahan operasi tetap atau kendaraan
Biaya-biaya karena permintaan tidak dilayani 11. Tujuan
Meminimalkan total biaya routing Meminimalkan jumlah dari biaya-biaya tetap dan
variable Meminimumkan jumlah kendaraan yang
dibutuhkan Memaksimalkan utukitas fungsi yang didasarkan
pada pelanggan atau waktu yang sebaik-baiknya Memaksimalkan utilitas fungsi yang didasarkan
pada prioritas customer No
Karakteristik
Tabel 2.1 Klasifikasi Penentuan Rute dan Penjadwalan Kendaraan
2.7.2 Aturan dalam Penentuan Rute dan Penugasan Kendaraan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan rute dan penjadwalan transportasi, yaitu dengan menggunakan 8 ketentuan sebagai berikut
Ballow, 2004 :
1. Muatan truk dengan jumlah kapasitas truk disesuaikan dengan jarak yang
saling berdekatan. Truk akan berhenti ketika tempat yang dituju saling berdekatan. Ini biasanya
meminimalkan perjalanan dalam satu rute. 2.
Pemberhentian pada hari yang berbeda harus tersusun untuk mengghasilkan cluster
yang baik. Ini akan membantu untuk meminimalkan jumlah truk yang diinginkan untuk
penyediaan pada titik pemberhentian, sebaik meminimalkan jarak dan waktu dari truk selama 1 minggu.
3. Membentuk rute dimulai dengan jarak yang jauh dari depot.
Efisiensi rute dapat ditingkatkan dengan cara membentuk cluster pemberhentian disekitarnya yang berada paling jauh dari depot dan kemudian
kembali menuju depot. 4.
Rangkaian titik berhentinya rute harus membentuk pola aliran yang baik, titik pemberhentian harus diurutkan agar tidak terjadi cross pada rute dan tampilan
rute memiliki bentuk aliran yang baik. 5.
Rute paling efisien akan diperoleh jika menggunakan kendaraan dengan kapasitas yang besar.
Idealnya pengguna kendaraan yang banyak cukup untuk menangani tempat pemberhentian pada satu rute dimana keadaan ini akan meminimalkan jumlah
jarak, atau waktu perjalanan untuk menyediakan barang pada tempat pemberhentian.
6. Pick up harus saling bergantian dalam rute penyebarannya lebih baik dari rute
tarakhir.
Pick up harus bisa melakukan sebanyak mungkin dalam sebuah perjalanan
untuk mengantar dan meminimalkan jumlah bagian yang tercantum yang dapat terjadi seperti halnya tempat pemberhentian setelah mereka memenuhi
pengiriman. 7.
Jika terdapat satu titik node jauh dari rute cluster, lebih baik menggunakan alternatif node angkutan pengiriman yang lain.
Node dengan jarak yang jauh dari titik node lainnya terutama dengan volume yang kecil, dengan pertimbangan waktu pebgiriman dan biaya sarana angkut.
Penggunaan truk dengan kapasitas lebih kecil lebih baik digunakan untuk menangani permasalahan tersebut karena alasan penghematan atau
menggunakan alat transportasi yang disewa pada jasa pelayanan akan menjadi alternatif.
8. Menghindarkan pembatasan rentang waktu pada titik pemberhentian.
Pembatasan rentang waktu pada titik pemberhentian dengan waktu yang sempit dapat menjadikan urutan pemberhentian, tidak seperti pada pola yang
benar. Karena pembatasan rentang waktu sering tidak pasti, jika pemberhentian diharuskan untuk dilayani dalam satu pola yang baik tidak
seperti yang diinginkan perlu ada batasan rentang waktu yang beru dengan maksud agar waktunya tidak terlalu sempit.
2.8 Penelitian Terdahulu
PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI PADA RANTAI SUPPLY DENGAN METODE SAVING MATRIKS
Julianus Hutabarat
Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi Nasional Malang
Kampus I ITN, JL Bend.Sigura-Gura No.2 Malang Email :
anggita_paramitayahoo.com
ABSTRAK
Lemahnya Manajemen Transportasi pada suatu Perusahaan bisa berakibat pada tinnginya biaya transportasi, hal ni ditandai dengan lemahnya perencanaan
untuk menentukan jenis alat angkut transportasi apa yang akan digunakan, berapa jumlahnya serta jalur mana saja yang akan dilalui, hingga sampai ke konsumen.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka perusahaan perlu melakukan evaluasi terhadap Manajemen Transportasi yang dilakukan saat ini.
Penelitian ini dilakukan di PT X, penelitian diawali dengan penentuan
rutejalur distribusi dari pabrik ke konsumen dengan metode Saving Matriks Dengan kombinasi perhitungan matriks jarak dan jumlah permintaan kertas tiap
konsumen diperoleh matriks penghematan atau Saving Matriks.
Dengan metode Saving Matriks diperoleh penghematan jarak sebesar
33,39 atau sepanjang 1693,69 km berdasarkan rute usulan yang dilalui untuk melayani customer di Pulau Jawa. Dan diperoleh penghematan biaya transportasi
sebesar 29,98 atau sebesar Rp. 47.435.143,8 bulan.
Kata kunci : Matriks Penghematan, Matriks Jarak, Rute, Minimasi Biaya Transportasi
PENDAHULUAN
PT X merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri kertas, mempunyai kapasitas produksi sebesar 14.000 ton kertas perbulan, yang
dihasilkan dari PM 1 sebesar 5000 ton kertas dan PM 2 sebesar 9.000 ton kertas. Hasil produksi PT X adalah Paper Roll dan Paper Tub, yang terdiri dari berbagai
jenis produk yaitu Fluting Medium, Wrapping Paper, Kraft Liner, Chip Board dan Core Board.
Disini peneliti akan membahas pendistribusian produk melalui jalan darat yaitu dengan menggunakan alat angkut berupa truk. Oleh karena pendistribusian
produk ke konsumen memerlukan perencanaan yang tepat, maka perlu dipertimbangkan rute serta jumlah truk yang perlu digunakan untuk
mendistribusikan produk kertas sehingga dicapai biaya transportasi yang optimum.
METODOLOGI Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Peramalan permintaan masing-masing costumer 2. Pembuatan Matriks Jarak
3. Penghitungan Saving Matriks 4. Penentuan alokasi customer ke dalam tiap alat angkut
5. Penentuan rute jalur distribusi 6. Penghitungan biaya transportasi sebelum dan sesudah penerapan metode
Saving Matrix 7.
Rekomendasi rutejalur distribusi dengan biaya transportasi terkecil
HASIL PENELITIAN Peramalan
Untuk menghitung peramalan permintaan kertas menggunakan bantuan program MINITAB 11. Data historis diinputkan ke dalam software minitab
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Single Exponential Smoothing, Double Exponential Smoothing
, Weighted Moving Average dan Winter’s Method
dan tentukan nilai MAPE terkecil dari masing-masing metode untuk direkomendasikan sebagai permintaan mendatang.
Tabel 1. Metode Peramalan Customer
Metode
PT Bentoel Winter’s Methods PT KSI Single Eksponential Smoothing
PT Kedawung Double Eksponential Smoothing PT Wong Hendri Single Eksponential Smoothing
PT Surya Zig-Zag Winter’s Methods PT Taman Sriwedari Double Eksponential Smoothing
PT Surya Pamenang Single Eksponential Smoothing PT Surya Bentata Weighted Moving Average
PT Purinusa Double Eksponential Smoothing PT Agung Abadi Weighted Moving Average
PT Alkindo Winter’s Methods PT Bintang Abadi Winter’s Methods
PT IKPP Serang Winter’s Methods PT Pindodeli Winter’s Methods
PT Conitex Sonoco Winter’s Methods PT Paul Buana Double Eksponential Smoothing
Setelah itu dilakukan uji Tracking Signal untuk menguji penyimpangan hasil
peramalan pada masing-masing metode di atas Hasil peramalan kemudian digunakan untuk menentukan order size dari masing-
masing kota customer.Untuk menentukan order size tiap kota customer dihitung berdasarkan metode terbaik dari hasil peramalan untuk 3 periode mendatang
dengan cara dicari rata-ratanya. Tabel 2. Koordinat Lokasi dan Order Size Customer
Customer Koordinat X Koordinat Y Order Sizerollhari
PT Bentoel 1 4,3 15 PT KSI 1,9 4,4 19
PT Kedawung 2,9 9,7 25 PT Wong Hendri 3 10 11
PT Surya Zig-Zag -4,1 5,9 9 PT Taman Sriwedari -6,3 5,2 10
PT Surya Pamenang -5 8,6 9 PT Surya Bentata -21,6 9,3 12
PT Purinusa -26,6 16,3 25 PT Agung Abadi -63 17,7 22
PT Alkindo -63,7 18,2 44 PT Bintang Abadi -74,4 26,5 9
PT IKPP Serang -80,2 27,3 32 PT Pindodeli -65,6 24,8 9
PT Conitex Sonoco -69,8 25,7 10 PT Paul Buana -73,9 25 10
Keterangan :
Koordinat jarak tersebut didapatkan dari peta Pulau Jawa dengan menentukan koordinat 0,0 pada PT X. sebagai tempat pabrik berada kemudian
pengukuran dilakukan dengan skala perbandingan. Adapun skala pada peta adalah 1 : 880.000.
Pembuatan Matriks Jarak
♦ Jarak dalam satuan Km Cara perhitungan jarak dalam satuan kilometer pada peta pulau Jawa
adalah disesuaikan dengan skala peta. Dengan rumus yang digunakan yaitu :
Jarak = Jarak pada Peta x Skala Peta cm 100.000 Km Skala peta yang digunakan adalah 1 : 880.000
Contoh perhitungan dari jarak pada Customer 1 Dari PT.Bentoel Jarak = 4,42 x 880.000 100.000 Km = 38,85 Km
Penghitungan Saving Matriks
Dari perhitungan matriks jarak, maka selanjutnya dihitung penghematan masing-
masing customer dengan rumus : S x,y = Dist DC,x + Dist DC,y – Dist x,y
Dengan menggunakan rumus tersebut maka penghematan untuk masing- masing
customer sebagai berikut : Sebagai contoh penghematan pada customer 1 adalah :
1. S C1,C2 = D DC,C1 + D DC,C2 – D C1,C2
= 38,85 + 42,18 – 7,97 = 73,06 Km 2. S C1,C3 = D DC,C1 + D DC,C3 – D C1,C3
= 38,85 + 89,09 – 50,38 = 77,56 Km 3. S C1,C4 = D DC,C1 + D DC,C4 – D C1,C4
= 38,85 + 91,87 – 53,16 = 77,56 Km
……..........................…..
16. S C15,C16 = D DC,C15 + D DC,C16 – D C15,C16 = 617,16 + 686,52 + 36,60 = 1267,08 Km
Penentuan Rute Jalur Distribusi Setelah Dilakukan Penentuan Alokasi Customer
Ke Tiap Alat Angkut Contoh:
- Iterasi 2: Dari saving matriks, diperoleh penghematan tertinggi sebesar 1389,02 = S C12 ,C13 dengan mengkombinasikan rute untuk customer 12 dan customer
13 dalam satu rute, yaitu rute A. Selanjutnya dilakukan pengecekan apakah pengkombinasian tersebut layak dilakukan atau tidak, layak dilakukan jika total
order size kurang dari kapasitas truk. Beban untuk rute A = order size custr 12 + order size custr 13
= 9 + 32 = 41 71 layak dst - Iterasi 6 : Penghematan tertinggi selanjutnya yaitu 1233,3 = SC12 ,C14 ,
1233,34 = SC13 ,C14 , 1230,62 = SC14 ,C16 tetapi karena sudah masuk rute A, maka dicari penghematan tertinggi selanjutnya yaitu 1162,7 = SC11 ,C13,
sehingga pada tahap ini dilakukan pengecekan apakah customer 11 dapat ditambahkan pada rute A.
Beban untuk rute A=order size custr.12 + custr.13 + custr.16 + custr. 15 + custr. 14 +
custr. 11 = 9 + 32 + 10 + 10 + 9 + 44 = 114 71 tidak layak Dari iterasi di atas kemudian diperoleh empat 4 rute yaitu :
• rute A : {12, 13, 16, 15, 14 }, • rute B : {11, 10 },
• rute C : {9, 8, 7, 6, 5 }, dan • rute D : {3, 4, 2, 1}
yang berarti pabrik membutuhkan 4 truk. Truk pertama akan mengirimkan atau
melayani produk ke customer 12, 13, 16, 15, 14, truk kedua melayani customer 11, 10,
truk ketiga melayani customer 9, 8, 7, 6, 5, dan truk keempat melayani customer3,4,2,1.
Pengurutan rute pengiriman dengan prosedur Nearest Neighbour Untuk Rute B {11, 10}
• Iterasi 1: Awal perjalanan dimulai dari DC dengan total jarak = 0 - Dengan menuju ke customer 11 maka perjalanan bertambah jarak 582,99
- Dengan menuju ke customer 10 maka perjalanan bertambah jarak 575,87 Dengan menggunakan prosedur nearest neighbour, maka diperoleh solusi
pada iterasi 1 adalah menuju customer 10.
• Iterasi 2 : Perjalanan dari DC customer 10 dilanjutkan menuju customer terdekat berikutnya yaitu customer 11.
- Dengan menuju ke customer 11 maka perjalanan bertambah jarak 7,57 sehingga
diperoleh solusi DC-C10-C11-DC dengan panjang : = 575,87 + 7,57 + 582,99
= 1166,43 dan seterusnya sampai rute D mendapatkan pengurutan rute pengiriman dengan
menggunakan prosedur Nearest Neighbour. Sehingga diperoleh rute pengiriman sesuai prosedur Nearest Neighbour
• Rute A : DC-C14-C15-C16-C12-C13-DC atau Pabrik, PT.Pindodeli , PT.Conitex
Sonoco, PT.Paul Buana, PT.Bintang Abadi, PT.IKPP Serang, Pabrik. Dengan panjang perjalanan 1411,54 km
• Rute B : DC-C10-C11-DC atau Pabrik, PT.Agung Abadi , PT.Alkindo, Pabrik
Dengan panjang perjalanan 1166,43 km • Rute C : DC-C5-C6-C7-C8-C9-DC atau Pabrik, PT.Surya Zig-Zag, PT.Taman
Sriwedari, PT.Surya Pamenang, PT.Surya Bentata, PT.Purinusa , Pabrik. Dengan panjang perjalanan 612,02 km
• Rute D : DC-C1-C2 -C3 -C4 -DC atau Pabrik, PT.Bentoel, PT.KSI , PT.Kedawung, PT.Wong Hendri, Pabrik.
Dengan panjang perjalanan 188,93 km
Penghitungan Biaya Transportasi Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Saving Matriks
• Sebelum Biaya tenaga kerja = Rp. 20.000 hari.
Biaya bahan bakar = jarak tempuh x 14 lt x harga bahan bakar. - Rute 1 = 89 x 14 x Rp. 4300,-
= Rp. 95.675,00 - Rute 2 = 183,74 x 14 x Rp.4300,- = Rp. 197.520,5
- Rute 3 = 203,12 x 14 x Rp.4300,- = Rp. 218.354,00 - Rute 4 = 557,18 x 14 x Rp.4300,- = Rp. 598.968,5
- Rute 5= 1166,43 x 14 xRp.4300,- = Rp. 1.253.912,25 - Rute 6= 1492,06 x 14 xRp.4300,- = Rp. 1.603.964,5
- Rute 7= 1378,08 x 14 xRp.4300,- = Rp. 1.481.350,00 Biaya total :
= Total biaya tenaga kerja + Total biaya bahan bakar + Biaya retribusi = Rp. 280.000,- + Rp. 5.449.744,75 + Rp. 600.000,-
= Rp. 6.329.744,75 hari
Hari kerja dalam 1 bulan = 25 hari, maka : Biaya total 1 bulan = Rp. 5.449.744,75 x 25
= Rp. 158.243.618,8 • Sesudah
Sesudah penerapan metode saving matriks, maka didapatkan rute baru yaitu : - Rute A = 1411,54 x 14 x Rp.4300,- = Rp. 1.517.405,5
- Rute B = 1166,43 x 14 x Rp.4300,- = Rp. 1.253.912,25 - Rute C = 612,02 x 14 x Rp. 4300,- = Rp. 657.921,5
- Rute D = 188,93 x 14 x Rp. 4300,- = Rp. 203.099,75 Biaya total = Total biaya tenaga kerja + Total biaya bahan bakar + Biaya retribusi
= Rp. 200.000,- + Rp. 3.632.339,- + Rp. 600.000,- = Rp. 4.432.339,- hari
Hari kerja dalam 1 bulan = 25 hari, maka : Biaya total 1 bulan = Rp. 4.432.339,- x 25
= Rp. 110.808.475,- KESIMPULAN
Alokasi customer pada tiap truk disesuaikan dengan kapasitas truk. Jumlah truk yang semula 7 unit untuk melayani Pulau Jawa menjadi 4 unit truk dengan
rute : • RuteA : DC-C12-C13-C16-C15-C14-DC
• Rute B : DC-C11-C10-DC • Rute C : DC-C9-C8-C7-C6-C5-DC
• Rute D: DC-C3-C4-C2-C1-DC
Rute atau jalur distribusi yang dilalui truk sampai ke customer setelah diurutkan
menggunakan prosedur Nearest Neighbour adalah : • Rute A : DC-C14-C15-C16-C12-C13-DC
• Rute B : DC-C10-C11-DC • Rute C : DC-C5-C6-C7-C8-C9-DC
• Rute D : DC-C1-C2-C3-C4-DC
Biaya transportasi sebelum dan sesudahpenerapan saving matriks terjadi
Penghematan sebesar Rp 158.243.618,8 – Rp. 110.808.475,- = Rp. 47.435.143,8 per bulan atau sebesar 29,98 setelah dilakukan penerapan metode saving
matriks yang mendapatkan rute baru.
1. Tria Melati, 2008 : PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI. Study Kasus di PT. SNS
Garuda Food Group Cabang Banjarmasin a.
Permasalahan : “Bagaimana menentukan rute pendistribusian produk kepada konsumen
agar memperpendek jarak dan meminimasi jarak dan meminimasi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan”.
b. Hasil Akhir
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Rute atau jalur distribusi yang dilalui truk sampai kedistributor setelah
diurutkan menggunakan prosedur Nearest Neighbour adalah : Rute A : DC-D2-D4-D11-D12-DC atau Warehouse, Banjarbaru,
Pelaihari, Batulicin, Kotabaru, Warehouse. Total jarak yang ditempuh 567 km.
Rute B : DC-D5-D6-D7-D8-D10-DC atau Warehouse, Marabahan, Rantau, Kandang, Barabal, Tanjung, Warehouse.
Total karak tempuh 504 km. Rute C : DC-D3-D9-DC atau Warehouse, Martapura, Amuntai,
Warehouse. Total jarak tempuh 305 km. Rute D : DC-D1-DC atau Warehouse, Banjarmasin,
Warehouse . Total jarak tempuh 46 km.
2. Kendaraan atau alat angkut yang akan ditugaskan pada tiap-tiap rute
yaitu
Rute A : Menggunakan 1 buah truk box roda 6 Rute B : Menggunakan 1 buah truk box roda 6
Rute C : Menggunakan 1 buah truk box roda 6 Rute D : Menggunakan 1 buah truk box roda 4
3. Dari kondisi awal perusahaan diketahui biaya pengiriman produk
sebesar Rp. 1.539.462 setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode savings matrix diperoleh biaya pengiriman
produk sebesar Rp. 1.189.325 sehingga didapatkan penghematan biaya pengiriman sebesar Rp. 350.135hari atau sebesar 22,75.
2. Danny Isyadi, 2008 : PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI PRODUK
KERTAS KE CUSTOMER UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT.
EKAMAS FORTUNA, MALANG a.
Permasalahan : “Bagaimana penentuan jalur distribusi produk ke customer dan urutan
pengiriman produk pada supply produk kertas”. b.
Hasil Akhir Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Alokasi customer pada tiap truk disesuaikan pada kapasitas truk. Jumlah truk yang semula 7 unit untuk melayani Pulau Jawa menjadi 4 unit truk
dengan rute : Rute A : DC-C12-C13-C16-C15-C14-DC
Truk melayani customer PT. Bintang Abadi, PT. IKPP Serang, PT. Pindodeli, PT. Conitex Sanoko, PT. Paul Buana dengan total
pengiriman 70 roll. Rute B : DC-C11-C10-DC
Truk kedua melayani ke customer PT. Alkindo, PT. Agung Abadi dengan total pengiriman 67 roll.
Rute C : DC-C9-C8-C7-C6-C5-DC Truk ketiga melayani ke customer PT. Puri Nusa, PT. Surya Bentata,
PT. Surya Pamenang, PT. Taman Sriwedari, PT. Surya Zig-Zag dengan total pengiriman 65 roll.
Rute D : DC-C3-C4-C2-C1-DC Truk keempat melayani ke customer PT. Kedawung, PT. Wong
Hendri, PT. KSI, PT. Bentol dengan total pengiriman 70 roll. 2. Kendaraan atau alat angkut yang akan ditugaskan pada tiap-tiap rute
yaitu : Rute A : Dengan panjang perjalaanan 1500,35 km
Rute B : Dengan panjang perjalanan 1166,85 km Rute C : Dengan panjang perjalanan 613,1 km
Rute D : Dengan panjang perjalanan 220,68 km 3.
Penghematan biaya transportasi setelah penerapan metode savings matrix
sebesar : Rp. 18.691.371,32 – Rp. 13.396.142,64 = Rp. 5.295.228,68 perbulan
atau sebesar 28,32 setelah dilakukan penerapan metode savings matrix.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari CV. Aria Duta Panel Surabaya yang berlokasi di Jl Tandes Lor 17, Surabaya. Waktu
pengambilan data sekunder dimulai bulan Juni 2009 sampai selesai.
3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini akan menentukan variabel-variabel sebagai ukuran performansi dan masalah yang diteliti. Variabel yang digunakan sebagai berikut :
3.2.1 Variabel Bebas
Yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat, meliputi : a.
Biaya transportasi Variabel ini menyatakan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam
setiap pengiriman dari perusahaan ke gudang dalam 1 rute. b.
Jarak Variabel ini menunjukan berapa jarak yang dibutuhkan untuk mencapai rute
yang optimal berdasarkan kapasitas alat angkut. c.
Permintaan gudang Variabel ini menunjukan berapa jumlah permintaan gudang selama penelitian
dan permintaan gudang diperiode yang akan datang. d. Koordinat
lokasi