Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional, tetapi dalam perencanaan dan evaliasi program, kepala sekolah juga sangat mendukung kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional sebagai media pembelajaran. Hal ini di kuatkan oleh pernyataan salah satu wali peserta didik yang lain mengenai keterlibatan guru dan kepala sekolah dalam kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional yang diungkapkan oleh wali peserta didik PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yang lain yaitu ibu “AL” yang mengemukakan bahwa : “Kepala sekolah sangat mendukung dengan berjalannya pembelajaran yang ada di PAUD Sarwo Agung mbak.” CW- 4 Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa memang benar bahwa kepala sekolah di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul juga terlibat dalam kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional. Kepala sekolah ikut andil dalam perencanaan dan kegiatan evaluasi. Semua media pembelajaran yang guru laksanakan untuk mendukung proses pembelajaran, kepala sekolah selalu mendukung dan mengarahkan permainan tradisional apa saja yang pantas diterapkan untuk anak- anak usia dini. Guru dan kepala sekolah bertugas untuk menginofasikan metode pembelajaran terutama pada hal ini yang di bahas adalah tentang permainan tradisional, jadi di dalam pelaksanaan permainan tradisional, guru harus selalu melestarikan dan mengambangkan permainan tradisional yang ada agar anak-anak merasa senang dan tidak bosan dalam mengikuti proses 79 pembelajaran. Hal ini di dukung oleh pendapat ibu “WW” selaku pendidik di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul, yang menungkapkan bahwa : “Perannya yaitu adalah kita harus selalu menginofasikan permainan tradisional yang ada dan mencari permainan tradisional yang cocok untuk anak- anak dan menyusun permainan- permainan tradisional berbasis budaya lokal dan tujuannya itu untuk mendorong PAUD itu agar berbasis potensi lokal. Kemudian untuk kepala sekolah PAUD Sarwo Agung sendiri juga selalu mendukung apapun kegiatan yang ada di PAUD Sarwo Agung. Selain itu Kepala sekolah senantiasa membantu berjalannya proses pembelajaran dengan memberikan masukan- masukan yang positif kepada pendidik dan memberikan informasi tentang pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan kemampuan guru dalam memanfaatkan media2 pembelajaran termasuk salah satunya yaitu permainan tradisional.” CW- 1 Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam pembelajaran menggunakan permainan tradisional yang dilaksanakan di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul, guru dan kepala sekolah memiliki peran yang besar dalam berjalannya proses pembelajaran yaitu sebagai pemandu dalam permainan tradisional dan penyelenggara permainan tradisional. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa : 1. Kepala sekolah terlibat dalam berjalannya proses pembelajaran menggunakan permainan tradisional, dengan memberikan masukan- masukan kepada guru tentang permainan tradisional apa saja yang pantas dilaksanakan dengan sasaran anak usia dini. 2. Kepala sekolah dan guru adalah pelaksana dalam kegiatan pembelajaran menggunakan permainan tradisional. 80 3. Guru sebagai pemandu pelaksanaan permainan tradisional. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dilapangan, dapat disimpulkan bahwa guru terlibat langsung dalam permainan tradisional dan berperan sebagai pelaksana dan pemandu berjalannya permainana tradisional yang dilaksanakan di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul. Hasil wawancara di atas dan pengamatan langsung menunjukkan bahwa peranketerlibatan pendidik dalam permainan tradisional adalah: 1 Pemandu permainan tradisional Pada kegiatan permainan tradisional terdapat pemandu permainan tradisional yang siap untuk mengatur, mengarahkan dan mengkondisikan peserta didik, selain itu pemandu juga berperan untuk menjelaskan setiap kegiatan permainan tradisional dan menjawab pertanyaan dari peserta permainan tradisional dengan tepat. Selain itu pendidik juga selalu berupaya agar seluruh tujuan yang direncanakan dengan melaksanakan permainan tradisional dapat tercapai dengan maksimal seperti untuk melestarikan budaya lokal yang dimiliki Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul, memanfaatkan kekayaan alam yang ada di Desa Bejiharjo dan untuk melatih anak agar memiliki jiwa sosial dan mampu bekerja sama dengan baik dan mencapai tujuan permainan tradisional yang 81 meliputi komunikasi yang efektif, kepercayaan diri, kerja sama, konsentrasi dan lain sebagainya. 2 Pelaksana permainan tradisional Permainan tradisional dalam kegiatan pembelajaran yang diadakan di PAUD Sarwo Agung diselenggarakan oleh pendidik PAUD dan kepala sekolah. Pendidik dan kepala sekolah terlibat secara langsung dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pembelajaran. Permainan yang diselenggarakan oleh pendidik dan kepala sekolah adalah permainan ombak banyu, lompat tali dan sundamandah. Kepala sekolah selalu memberikan dukungannya untuk pendidik apabila di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul akan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan media pembelajaran apapun, dan memberikan masukan-masukan, apa saja yang perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar mengajar. Pendidik selalu berusaha secara maksimal untuk selalu menginofasikan permainan tradisional yang ada agar anak merasa senang dan tidak bosan dalam mengikuti proses pembelajaran serta mengaplikasikan kemampuan yang dimiliki guru seperti pengetahuan yang dimiliki guru, pemahaman mengenai materi dan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Kepala sekolah selalu mendukung apapun kegiatan positif yang dilaksanakan di PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul. 82 b. Kemampuan guru dalam memanfaatkan permainan tradisional Salah satu kunci berjalannya dan tercapainya tujuan dari permainan tradisional adalah kemampuan guru dalam memanfaatkan permainan tradisional. Beberapa hal yang dimiliki guru untuk memanfaatkan permainan tradisional adalah mampu melaksanakan dan menguasai permainan tradisional yang ada. Berdasarkan pengamatan yang peneliti peroleh dari lapangan, terlihat bahwa pendidik di PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul sangat terampil dalam memanfaatkan permainan tradisional sebagai metode pembelajaran. Pada saat pelaksanaan permainan tradisional, pendidik sangat lincah dalam menuntun peserta didik untuk melaksanakan permainan tradisional. Pendidik dengan terampil mengkondisikan anak- anak sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar dan tujuan yang diperoleh didapatkan secara maksimal seperti anak- anak mampu bekerja sama dengan teman sebaya, disiplin, peserta didik lebih percaya diri dan lain sebagainya. Data yang peneliti peroleh dari lapangan juga diperkuat oleh pernyataan Bapak “YH” selaku kepala sekolah PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan yang mengungkapkan bahwa: “Kemampuan yang dimiliki guru dalam memanfaatkan permainan tradisional sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dengan setiap pembelajaran yang dilaksanakan berjalan dengan lancar dan setelah melaksanakan permainan tradisional , anak anak yang tadinya malu- malu menjadi lebih percaya diri, selain itu juga jiwa sosial mulai terlihat baik setelah diadakannya permainan tradisional yang berjalan dengan peraturan kelompok. Tetapi untuk mengembangkan model permainan ini guru masih perlu bimbingan 83 untuk membuat model permainan tradisional menjadi lebih berfariasi. Pendidik yang ada di PAUD Saerwo Agung cukup berkompeten dan profesional dalam melaksanakan dan memanfaatkan permainan tradisional sebagai batu loncatan agar peserta didik memiliki jiwa sosial dan kekompakan yang baik dengan mengikuti pembelajaran menggunakan permainan tradisional.” CW- 3 Penuturan Bapak “YH” memang benar adanya, di dalam proses pembelajaran melalui media permainan tradisional, guru mampu memanfaatkan permainan tradisional yang ada di PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul. Guru sudah memiliki kompetensi untuk memanfaatkan permainan tradisional, seperti diungkapkan oleh ibu “WW” pada saat peneliti melakukan observasi sekilas pertanyaan peneliti sampaikan kepada Ibu “WW” mengenai ilmu yang pendidik peroleh mengenai permainan tradisional itu dari mana, ibu “WW” selaku pendidik mengungkapkan bahwa beliau mendapatkan ilmu tentang permainan tradisional dari diklat- diklat yang dahulu pernah diikuti tetapi beliau lupa dengan nama diklat dan kapan berjalannya karena sudah lama pelaksanaannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa, pendidik di PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul sudah memiliki bekal pendidikan mengenai pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisional, hal ini didukung oleh pernyataan dari beberapa wali peserta didik PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul yaitu Ibu “AM”, Ibu “RS, dan Ibu “AL” yang mengatakan bahwa: 84 “AMKemampuan guru dalam memanfaatkan permainan tradisional sudah cukup baik tetapi untuk mengembangkan model permainan ini guru masih perlu bimbingan untuk membuat model permainan tradisional menjadi lebih berfariasi. RZ Bu Wiwin dan bu Lia selaku pendidik yang ada di PAUD Sarwo Agung cukup berkompeten dan profesional dalam melaksanakan dan memanfaatkan permainan tradisional sebagai batu loncatan agar peserta didik memiliki jiwa sosial dan kekompakan yang baik dengan mengikuti pembelajaran menggunakan permainan tradisional. AL Guru mampu menjadikan anak- anak menjadi lebih berani dan bisa bekerja sama di dalam sebuah kelompok mbak.” CW- 4 Penuturan beberapa wali peserta didik yang ada memang benar adanya bahwa pendidik yang ada di PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul cukup berkompeten dalam memanfaatkan permainan tradisional, hal tersebut terlihat dari penanganan yang pendidik lakukan terhadap anak- anak sudah baik. Kemampuan guru dalam memanfaatkan permainan tradisional di PAUD Sarwo Agung sudah cukup baik dengan pernyataan kepala sekolah dan juga beberapa wali murid. Pendidik diPAUD Sarwo Agung sudah cukup berkompeten dan profesional dalam melaksanakan dan memanfaatkan permainan tradisional. Data lapangan menunjukkan bahwa pendidik sangat sabar menghadapi peserta didik sehingga kegiatan permainan tradisional berjalan dengan lancar dan tujuan yang diperoleh dari permainan tradisional itu sendiri bisa tercapai secara maksimal. Penenliti melihat dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan, bahwa dalam kegiatan memiliki banyak sekali perubahan pada diri anak dari yang pada 85 awalnya anak tidak mau bermain sambil belajar sampai pada akhirnya mereka mau bermain sambil belajar dengan kemampuan yang pendidik miliki yaitu selalu menginofasikan kegiatan pembelajaran agar peserta didik mau mengikuti pelaksanaan pembelajaran. Terdapat berbagai perubahan dari kepercayaan diri peserta didik yang semakin baik, kerja sama yang dimiliki perta didik menjadi lebih baik dan kompak, peserta didik menjadi mempunyai jiwa sosial dan peserta didik menjadi tahu tentang permainan tradisional yang perlu dilestarikan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa : 1. Di dalam melaksanakan permainan tradisional, guru mampu menuntun peserta didik melaksanakan permainan tradisional dengan baik. 2. Hasil yang dicapai setelah melakukan permainan tradisional sudah baik. Hal ini di tunjukkan dengan tingkah laku anak- anak yang sebelumnya malu- malu, menjadi lebih percaya diri dan saat melaksanakan permainan tradisional, peserta didik terlihat lebih kompak dalam mengikuti proses pembelajaran menggunakan permainan tradisional. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa guru mampu memanfaatkan permainan tradisional dengan baik. Hal ini bisa dilihat pada saat melaksanakan permainan tradisional berjalan dengan lancar dan hasil yang dicapai juga maksimal. 86 Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa guru di PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul memiliki kemampuan dalam memanfaatkan permainan tradisional hal ini dapat dilihat dengan beberapa kompetensi yang dimiliki pendidik di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yang meliputi kompetensi mengenai kemampuan yang dimiliki oleh pendidik sudah baik, hal ini terlihat pada saat pendidik melakukan pembelajaran terhadap peserta didik dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Mengenai pemahaman yang pendidik miliki juga sudah ada, karena pendidik di PAUD Sarwo Agung memiliki penguasaan materi tentang permainan tradisional meskipun mereka tidak bias menginovasikan ke permainan yang lebih menarik. Kemampuan yang dimiliki oleh pendidik di PAUD Sarwo Agung pada saat melaksanakan permainan tradisional, pendidik memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sekitar omah pasinaon, hal ini bertujuan agar dana yang dikeluarkan tidak banyak. Pendidik di PAUD Sarwo Agung mempunyai keinginan yang tinggi terhadap sesuatu yang baru. pembelajaran yang dilaksanakan berjalan dengan lancar dan setelah melaksanakan permainan tradisional, anak anak yang tadinya malu- malu menjadi lebih percaya diri, selain itu juga jiwa sosial mulai terlihat baik setelah diadakannya permainan tradisional dan guru bisa 87 menjadikan peserta didik menjadi lebih berani dan bisa bekerja sama dengan baik antara teman yang satu dengan yang lainnya. 2. Pelaksanaan Permainan Tradisional di PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul a. Perencanaan Kegiatan 1 Perencanaan Pembelajaran Persiapan kegiatan permainan tradisional salah satunya adalah merencanakan kegiatan permainan tradisional. Perencanaan kegiatan dilakukan oleh kepala sekolah beserta pendidik berkumpul untuk menentukan kapan waktu pelaksanaan permainan tradisional yang tentunya disesuaikan dengan tema yang ada agar kegiatan pembelajaran dan tema yang ada sesuai dengan proses pembelajaran. Kepala sekolah dan pendidik juga menentukan jenis permainan tradisional apa saja yang pas untuk anak- anak dengan melihat dari sudut pandang kebudayaan dan kekayaan alam yang dimiliki oleh sekitar Omah Pasinaon. Pengamatan di lapangan juga menunjukkan bahwa setiap pelaksanaan permainan tradisional memiliki kegiatan yang berbeda-beda walaupun pada dasarnya memiliki tujuan yang sama. Perbedaan tersebut sangat mencolok pada pemilihan permainan tradisional yang terdiri dari bermacam-macam mainan dan jika kesemua permaianan tersebut dimainkan dalam kegiatan permainan tradisional akan sangat tidak efektif baik waktu maupun 88 kemampuan peserta didik. Data hasil obesrvasi yang peneliti lakukan di dukung oleh hasil wawancara di lapangan yang diungkapkan oleh Ibu “WW” selaku pendidik PAUD yang mengatakan bahwa: “Permainan yang ada ya kaya itu tadi, permainan sluku sluku batok, kaya permainan tali dan lain-lain. Intinya permainan – permainan yang memanfaatkan kekayaan-kekayaan alam di daerah Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul. Terus kebetulan pada saat itu kegiatan yang dilakukan kebetulan pas bermain tali dan sudamandah dengan mengunakan karet, kardus dan kapur sebagai alat untuk mendukung berjalannya proses pembelajaran.” CW- 1 Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa perencanaan yang dilakukan oleh pendidik maupun kepala sekolah PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul dilaksanakan pada awal kegiatan. Perencanaan permainan tradisional yang akan dilaksanakan adalah permainan ombak banyu sebagai awal kegiatan, permainan lomat tali yang dilaksanakan pada tahap kedua dan permainan sundamandah yang dilakukan di akhir kegiatan. Jadi kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan permainan tradisional yang dilaksanakan di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul adalah permainan yang juga memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sekitar PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul seperti karet-karet bekas dan batu kapur yang bisa digunakan pada saat membuat pola sundamandah. Pernyataan yang diungkapkan oleh Ibu “WW” juga didukung oleh dari pernyataan pendidik PAUD Sarwo Agung 89 Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yang lain yaitu Ibu “LI” yang mengatakan bahwa: “Permainan tradisional yang ada di PAUD Sarwo Agung semester ini paling bermain tali mbak. Tali kita manfaatkan untuk bermain ombak banyu dan lompat tali . Kami lebih memanfaatkan kekayaan alam yang ada di Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul karena mengingat minimnya dana yang ada di PAUD Sarwo Agung. Dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada, alhamdulillah kami dapat melaksanakan permainan tradisional .” CW- 2 Penuturan Ibu “WW” dan Ibu “LI” memang benar adanya, bahwa di dalam perencanaan program pembelajaran pendidik dan kepala sekolah merencanakan permainan ombak banyu, lompat tali dan sundamandah sebagai permainan yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional. Hal itu benar adanya karena pada saat observasi yang peneliti lakukan, peneliti melihat rencana kegiatan harian PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yang dituliskan bahwa permainan tradisional yang akan dilaksanakan oleh PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul adalah permainan ombak banyu yang dilaksanakan pada awal kegiatan, lompat tali yang dilaksanakan pada kegaiatan selanjutnya dan sundamandah yang dilaksanakan di akhir kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan permainan tradisional yang dilaksanakan di PAUD Sarwo Agung pada 90 semester ini ada tiga macam permainan yaitu bermain ombak banyu, lompat tali dan sundamandah denagn memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sekitar Omah Pasinaon Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa : 1. Guru merencanakan kegiatan dengan menentukan permainan tradisional apa saja yang akan dimainkan. 2. Guru mempersiapkan alat- alat yang akan diunakan dalam melakukan permainan tradisional dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sekitar Omah Pasinaon Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di lapangan, dapat disimpulkan bahwa dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, guru di PAUD Sarwo Agung membuat rencana permainan apa saja yang akan dilaksanakan dan mempersiapkan alat- alat yang diperlukan dalam melakukan permainan tradisional. Menurut hasil wawancara dan pengamatan peneliti di lapangan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyusun kegiatan permainan tradisional semester ini ada 3 jenis permainan tradisional yaitu bermain ombak banyu, lompat tali dan sundamandah dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sekitar lembaga Omah Pasinaon Karangmojo Bejharjo Gunung Kidul. 91 2 Materi Sistem pembelajaran permainan tradisional di PAUD Sarwo Agung adalah fun game yaitu permainan-permainan ringan yang menyenangkan bagi peserta. Walaupun permainan yang diberikan tidak begitu banyak, tetapi permainan tradisional ini tetap memiliki pengaruh besar bagi peserta didik seperti melestarikan budaya lokal yang dimiliki Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul, memanfaatkan kekayaan alam yang ada di Desa Bejiharjo dan untuk melatih anak agar memiliki jiwa sosial dan mampu bekerja sama dengan baik. Mengembangkan diri peserta didik dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki oleh pendidik PAUD Sarwo Agung bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul. Selain untuk mencapai tujuan dari permainan tradisional itu sendiri, permainan tradisional juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan guru dalam memanfaatkan permainan tradisional dalam pendidikan. 3 Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran permainan tradisional dilakukan dengan mengemas dan membentuk kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media permainan tradisional secara sistematis disesuaikan dengan sasaran permainan tradisional yaitu anak-anak. Bermain merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan bagi anak sehingga kegiatan permainan tradisional 92 dibentuk dalam permainan-permainan yang menyenangkan bagi anak sehingga kegiatan pembelajaran melalui permainan tradisional dibentuk dalam permainan-permainan yang menyenangkan yang lebih mengedepankan proses permainan yang banyak memberikan pengalaman-pengalaman untuk membentuk konsep pengembangan diri yang baik bagi anak. Program pembelajaran menggunakan permainan tradisional menarik dan materi kegiatan dapat tersampaikan dengan baik kepada peserta didik karena materi kegiatan permainan tradisional dikemas dalam beberapa kegiatan yang meliputi : bermain ombak banyu, lompat tali dan sundamandah. a Permainan ombak banyu Permainan ombak banyu dilaksanakan pada kegiatan awal pembelajaran. Kegiatan ini juga bertujuan untuk pemanasan kepada peserta didik, karena bermain ombak banyu akan melatih konsentrasi anak melakukan permainan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa permainan tradisional ombak banyu akan menjadi kegiatan awal yang baik karena akan memberikan pemanasan kepada peserta didik dengan melakukan permainan ombak banyu diawal kegiatan. b Permainan lompat tali 93 Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bermain lompat tali memanfaatkan karet sebagai alat yang digunakan dalam permainan ini. Berdasarkan pengamatan di lapangan, permainan yang digunakan dalam permainan lompat tali adalah menggunakan konsentrasi yang tinggi, oleh karena itu permainan lompat tali dilakukan pada tahap kedua. c Permainan sundamandah Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di lapangan, Desa Bejiharjo masih dapat dikatakan sebagai wilayah pedesaan yang banyak memiliki kekayaan alam yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan permainan tradisional. Permainan tradisional sundamandah memanfaatkan batu kapur untuk membuat pola sundamandah. Pada kegiatan ini peserta diajak untuk berkonsentrasi melewati rintangan yang ada di dalam permainan sundamandah yaitu dengan berkonsentrasi dalam melintasi pola menggunakan salah satu kakinya meloncat-loncat dan kaki yang satunya diangkat. 4 Sarana dan prasarana Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, ditemukan bahwa data yang ada di lapangan adalah penyelenggara menggunakan ruangan aula Omah Pasinaon untuk melaksanakan kegiatan. Aula Omah Pasinaon selalu dibersihkan agar peserta 94 didik bisa melaksanakan permainan tradisional dengan nyaman dan sehat. Penyelenggara juga menyediakan berbagai alat yang diperlukan untuk mendukung berjalannya permainan tradisional, mengajari peserta didik merangkai karet untuk dijadikan alat pada saat melakukan permainan tradisional, mencari batu kapur dari sekitar Omah Pasinaon untuk menggambar pola pada saat permainan sundamandah dan menyiapkan konsumsi untuk peserta didik berupa makanan ringan untuk dimakan setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Data observasi yang peneliti dapatkan di lapangan didukung oleh penuturan Bapak “YH” selaku kepala sekolah PAUD Sarwo Agung Karangmojo Bejiharjo Gunung Kidul yang mengungkapkan bahwa : “Jadi sarana dan prasarana yang ada dan mendukung berjalannya kegiatan belajar mengajar adalah PAUD Sarwo Agung Karangmojo Bejiharjo Gunung Kidul memiliki Aula Omah Pasinaon, Ruang Kelas, Perpustakaan Mini , Lesung, Alat Karawitan, Halaman, Lemari, Rak, Etalase, Meja Besar, Kompor, Alat Dapur, Kamar Mandi, Tempat Sampah, Alat Permainan, Tradisional, APE. Meskipun secara keseluruhan fasilitas ini dimiliki oleh Omah Pasinaon, tetapi apabila pihak PAUD Sarwo Agung Karangmojo Bejiharjo Gunung Kidul ya boleh- boleh saja mbak. selaion memanfaatkan sara dan prasarana yang ada, biasanya pendidik memanfaatkan kekayaan yang ada di lingkungan sekitar untuk dijadikan sara belajar.” CW- 3 Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang peneliti lakukan di PAUD Sarwo Agung Karangmojo Bejiharjo Gunung Kidul dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran dengan 95 memanfaatkan perminan tradisional adalah Aula Omah Pasinaon yang ada di PAUD Sarwo Agung serta memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sekitar PAUD seperti karet bekas yang dirangkai dan batu kapur untuk membuat pola sundamandah. b. Pelaksanaan Kegiatan 1 Pendahuluan Program pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional sebagai kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bentuk pelestarian kebuadayaan yang dimiliki oleh desa Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pada saat melakukan pendahuluan pada permainan tradisional, peneliti melihat bahwa guru terlebih dahulu memimpin doa dan mempersiapkan alat- alat yang akan digunakan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan permainan tradisional seperti ombak banyu, lompat tali dan juga permainan sundamandah. Pendidik memberikan ceramah kepada peserta didik mengenai permainan apa saja yang akan dilaksanakan pada hari itu. Setelah kegiatan awal dilakukan peneliti melihat alat-alat yang digunakan dalam melaksanakan permainan tradisional adalah karet yang dirangkai menjadi rangkaian tali yang disusun sendiri oleh peserta didik dengan dipandu oleh pendidik PAUD Sarwo Agung dan secara bersama- sama mencari batu kapur untuk kegiatan pembelajaran. Hal ini 96 seperti di ungkpakn oleh Ibu “WW” selaku pendidik yang ada di PAUD Sarwo Agung yang mengungkapkan bahwa : “Kalau itu sebenarnya untuk secaradetail yang tau adalah pendidiknya untuk kegiatan pemanasan, kami selaku pendidik selalu selalu diberikan awalan, ketika misalnya temanya adalah untuk melatih kekompakan, pada kegiatan awalnya guru menyampaikan dan mencontohkan bagaimana cara agar kita selalu kompak dan juga kekompakan secara fisik yang bertujuan agar anak anak tidak kaget dalam melaksanakan kegiatan inti seperti pelemasan badan.” CW_ 1 Hasil wawancara menunjukkan bahwa pelaksanaan di awal yang guru lakukan di lapangan adalah melatih kekompakan yang dimiliki oleh pserta didik supaya pada saat melaksanakan kegiatan. Peserta didik bisa melakukan kegiatan pembelajaran dengan permainan tradisional secara kompak. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan dapat disimpulakn bahwa pada saat kegiatan pendahuluan, pendidik mengajak peserta didik untuk berdoa dan mempersiapkan alat serta fisik agar peserta didik bisa bermain secara kompak dalam kegiatan pembelajaran. Seperti yang peneliti lihat di lapangan, terlihat bahwa alat-alat yang digunakan dipersiapkan untuk mendukung berjalannya aktifitas pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional, adalah permainan tradisional ombak banyu, menggunakan karet yang dirangkai menjadi panjang, sebelum melakukan kegiatan permainan tradisional, guru mengajari peserta didik untuk membuat alat yang digunakan untuk bermain ombak banyu. Hasil observasi yang peneliti lakukan, didukung oleh pernyataan dari salah satu 97 pendidik Ibu “WW” di PAUD Sarwo Agung didapatkan data sebgai berikut : “Sekarang alatnya itu, kami sebagai pendidik selalu melihat kekayaan yang ada di dusun bejiharjo, karangmojo, gunung kidul ya disekitar PAUD itu seperti ada kapur, kardus bekas, karet- karet bekas, kayu- kayu gitu yang ada di sekitar PAUD Sarwo Agung kan bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk permain tradisional. Sebenarnya masih banyak lagi hal – halyang bisa dimanfaatkan untuk melakukan permainan tradisional, tapi kan setiap semester kan beda- beda PAUD Sarwo Agung dalam melaksanakan permainan tradisional, kebetulan saat ini PAUD Sarwo Agung memanfaatkan tali , kardus dan kapur untuk melakukan permainan tradisional.” CW- 1 Berdasarkan hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran terutama dengan memanfaatkan permainan tradisional, pendidik selalu melihat mengenai kekayaan alam yang dimiliki oleh lingkungan sekitar PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul untuk mempersiapkan alat- alat apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung berjalannya proses pembelajaran. Hasil wawancara yang diungkapkan oleh ibu “WW” juga didukung oleh penuturan Ibu “LI” yang mengungkapkan bahwa: “Sebagai pendidik kami selalu melihat kekayaan yang ada di di sekitar PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo . Hal ini bertujan untuk meminimalisir dana yang keluar dari lembaga karena dana yang kami dapatkan tidak besar dan tidak sembarangan kami bisa membe lanjakan dana dengan bebas.” CW-2 Hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber yaitu Ibu “LI” dapat disimpulkan bahwa untuk meminimalisir dana yang 98 keluar dari lembaga, pendidik memanfaatkan kekayaan lingkungan sekitar PAUD Sarwo agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul untuk dimanfaatkan sebagai sarana yang digunakan unuk kegiatan belajar mengajar melalui permainan tradisional supaya kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil wawancara dan data observasi yang peneliti lakukan di lapangan tersebut, diperoleh data bahwa alat yang digunakan dalam permainan tradisional yang ada di PAUD Sarwo Agung , Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul adalah : a Kardus dan kapur untuk melakukan permainan sundamandah b Rangkaian karet untuk bermain lompat tali c Rangkaian karet untuk bermain ombak banyu Data di atas di dukung oleh hasil observasi yang telah peneliti lakukan, di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yang menunjukkan bahwa: 1 Permainan tradisional ombak banyu, menggunakan karet yang dirangkai menjadi panjang. 2 Sebelum melakukan kegiatan permainan tradisional, guru mengajari peserta didik untuk membuat alat yang digunakan untuk bermain ombak banyu. Data hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa alat yang digunakan di PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul adalah pendidik senantiasa 99 memanfaatkan kekayaan alam yang ada di PAUD Sarwo agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul untuk dijadikan alat untuk bermain permainan tradisional, pada langkah pendahuluan yang ada, pendidik menyiapkan peralatan- peralatan yang dibutuhkan untuk dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan permainan tradisional. 2 Pelaksanaan Permainan Tradisional a Waktu dan tempat pelaksanaan permainan tradisional Pada Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional, program pembelajaran dilakukan setelah pendidik melakukan semua persiapan program. Pendidik menyiapkan segala macam yang berkaitan dengan proses pembelajaran seperti menyiapkan alat-alat untuk bermain yang telah dilakukan pada tahap pendahuluan, kemudian pendidik mengkondisikan peserta didik untuk melakukan pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional yang meliputi permainan ombak banyu, permainan lompat tali dan permainan sundamandah. Hasil observasi yang peneliti lihat di lapangan terlihat bahwa pada saat pelaksanaan permainan tradisional, permainan awal yang dilakukan adalah permainann ombak banyu yang memanfaatkan karet sebagai alat untuk bermain permainan tradisional, permainan tradisional ombak 100 banyu dilakukan pada tahap yang pertama, hal ini bertujuan untuk melatih konsentrasi anak dalam melaksanakan pembelajaran. 1 Pelaksanaan permainan tradisional ombak banyu Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan terlihat bahwa permainan ombak banyu di PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul dilaksanakan pada awal pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan fokus anak di pagi hari sebelum pembelajaran pada kegiatan inti dimulai. Data yang peneliti dapatkan di lapangan melalui observasi ini diperkuat oleh pernyataan dari salah satu pendidik PAUD yaitu Ibu “LI” yang mengatakan bahwa : “Untuk pemanasannya pada awal kegiatan biasanya ya yang dilakukan bermain ombak banyu , karena dengan permainan ini kan anak menjadi lebih berkonsentrasi dalam permainannya.” CW- 2 Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan permainan tradisional, permainan ombak banyu dilakukan di awal kegiatan. Kegiatan ombak banyu dilakukan pada awal kegiatan karena memiliki tujuan yaitu melatih konsentrasi peserta didik di PAUD Sarwo Agung bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul. pendapat Ibu “LI” selaku pendidik PAUD, juga didukung oleh pendidik yang lainnya yaitu Ibu “WW” yang mengatakan bahwa : 101 “Kalau itu sebenarnya untuk secaradetail yang tau adalah pendidiknya untuk kegiatan pemanasan, kami selaku pendidik selalu selalu diberikan awalan, ketika misalnya temanya adalah untuk melatih kekompakan, pada kegiatan awalnya guru menyampaikan dan mencontohkan bagaimana cara agar kita selalu kompak dan juga kekompakan secara fisik yang bertujuan agar anak anak tidak kaget dalam melaksanakan kegiatan inti seperti pelemasan badan. Untuk permainan inti, yaitu kegiatan bermain permainan tradisionalnya itu dan pendidik mengambil poin- poin untuk diambil maknanya. Biasanya anak- anak di jelaskan tentang permainan itu seperti apa dan dijelaskan manfaatnya itu seperti apa. Penutupnya itu sama saja, anak- anak diminta untuk membersihkan area bermainnya di bagian ini, anak- anak diajarkan tentang tanggung jawab bahwa setiap kita melakukan sesuatu kita harus bertanggung jawab dengan cara itu tadi membereskan area bermainnya .” CW- 1 Dari hasil wawancara yang dilakukan di lapangan dapat disimpulkan bahwa untuk mengawali kegiatan pembelajaran, dilakukan kegiatan yang ringan-ringan terlebih dahulu, kemudian di inti dilakukan permainan yang cukup berat dan pada saat tahap akhir, dilakukan permainan yang cukup ringan untuk pendinginan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa : a Pada saat pemanasan, dilakukan permainan yang ringan terlebih dahulu . b Permainan ombak banyu yang bertujuan untuk memfokuskan anak anak agar nanti bisa berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa pada saat pemansan, dilakukan permainan 102 yang ringan- ringan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk memfokuskan peserta didik agar bisa berkonsentrasi dalam mengikuti permainan tradisional di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapangan, maka diperoleh data bahwa untuk mengawali permainan guru mengkondisikan peserta didiknya untuk antri bergantian melakukan permainan ombak banyu. Hal ini untuk melatih kesabaran dan kerjasama antara anak yang satu dengan yang lainnya. Kemudian anak berkonsentrasi melakukan permainan ombak banyu dengan cara memperhatikan gerak karet yang bergoyang-goyang agar bisa melampaui karet itu tanpa menyentuh. Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang sampai anak merasa dia bisa melampaui karet yang di goyang-goyangkan itu tanpa menyentuhnya. Permainan tradisional ini awalnya dilakukan bersama pendidiknya, tetapi setelah anak-anak paham dengan aturan mainnya, maka anak-anak dipersilahkan untuk mencoba permainan ini dengan mandiri . 2 Permainan lompat tali a Pelaksanaan permainan tradisional lompat tali Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan bermain lompat tali dilakukan di urutan ke dua, hal ini 103 dilakukan karena permainan lompat tali merupakan permainan yang cukup memerlukan konsentrasi setelah melakukan pemanasan. Kegiatan bermain lompat tali mengajak peserta didik untuk memainkan permainan tradisional yang alatnyapun dibuat sendiri oleh peserta didik dengan dibantu peserta didik. Permainan tradisional lompat tali juga memiliki tujuan tersendiri yaitu melatih peserta didik agar lebih mandiri dan lebih berani. Hal ini didukung oleh pernyataan dari salah satu pendidik yang ada di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yaitu Ibu “WW” yang mengatakan bahwa : “Menggunakan permainan tradisional juga memiliki tujuan tersendiri mbak, bahwa dari kegiatan bermain permainan tradisional ini dapat mendorong kemandirian dan keberanian anak sekaligus mengenal permainan tradisional yang mungkin anak- anak sudah jarang memainkan.” CW- 1 Hasil wawancara tersebut di dukung oleh pernyataan wali murid yaitu Ibu “RI” yang mengatakan bahwa : “Terus kebetulan pada saat itu kegiatan yang dilakukan kebetulan pas bermain tali dan sundamandah dengan mengunakan karet, kardus dan kapur sebagai alat untuk mendukung berjalannya proses pembelajaran. Pada kegiatan awal, bermain ombak banyu, kemudian kedua bermain lompat tali dan yang ketiga ber main sundamandah. ” CW- 4 Dari hasil wawancara yang di paparkan oleh pendidik maka dapat di simpulkan bahwa pada saat melaksanakan permainan gtradisional peserta didik dapat mengambangkan tingkat kekompakan, konsentrasi dan sosialisasi yang baik. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa : 104 1 Pada saat pelaksanaan permainan lompat tali, peserta didik bisa bekerja sama dengan temannya dengan cara membentuk 2 kelompok dan mampu melampaui karet yang menjadi rintangannya. 2 Pendidik menjadi lebih percaya diri dan tidak malu-malu lagi untuk bermain Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa pada saat mengikuti permainan tradisional, peserta didik mampu bekerja sama, bersosialisasi dengan teman sebaya dan kompak dalam mengikuti permainan tradisional. Dari hasil wawancara yang telah dipaparkan dan didukung oleh hasil pengamatan di lapangan dapat disimpulkan bahwa pada saat memainkan permainan tradisional seperti permainan lompat tali, peserta dituntut untuk dapat bekerja sama dengan kelompoknya, bermain sportif, jujur dan saling menjaga satu sama lain. Selain itu pengembangan diri melalui permainan tradisional juga terlihat pada permainan ini yang dimainkan secara bergantian dengan membentuk antrean panjang dan memainkan dengan cara bergantian. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan lapangan yang dilakukan peneliti maka dapat disimpulkan bahwa pada saat memainkan permainan tradisional peserta dapat mengembangkan kemandirian, keberanian, kerjasama, jujur, sportivitas, saling 105 menjaga, dan saling menghargai antara anak satu dengan anak yang lainnya. 3 Permainan sundamandah a Pelaksanaan permainan tradisional sundamandah Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pada kegiatan permainan sundamandah dilakukan pada tahap ketiga, peserta didik diajak bermain dengan mnggunakan otak kanan dan otak kirinya yaitu bermain sundamandah yang dilakukan dengan cara melompat dengan satu kaki dan pada permainan ini anak dituntut untuk memanfaatkan otak kanan dan otak kirinya supaya seimbang. Hasil pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan di dukung oleh pendapat dari salah satu pendidik yang ada di PAUD Sarwo Agung yaitu Ibu “LI” yang mengatakan bahwa : “Untuk pemanasannya pada awal kegiatan biasanya ya yang dilakukan bermain ombak banyu , karena dengan permainan ini kan anak menjadi lebih berkonsentrasi dalam permainannya.Kalau itu sebenarnya untuk secara detail yang tau adalah pendidiknya untuk kegiatan pemanasan, kami selaku pengurus selalu mengarahkan kepada pendidik untuk selalu diberikan awalan, ketika misalnya temanya adalah untuk melatih kekompakan, pada kegiatan awalnya guru menyampaikan dan mencontohkan bagaimana cara agar kita selalu kompak dan juga kekompakan secara fisik yang bertujuan agar anak anak tidak kaget dalam melaksanakan kegiatan inti seperti pelemasan badan. Untuk permainan inti, yaitu kegiatan bermain permainan tradisionalnya itu dan pendidik mengambil poin- poin untuk diambil maknanya. Biasanya pada saat melakukan permainan inti seperti sundamandah anak- anak susa untuk menyeimbangkan tubuh mereka mbak,karena mungkin otak kanan dan otak kirinya belum bekerja dengan baik. Biasanya anak- anak di jelaskan tentang permainan itu seperti apa dan dijelaskan manfaatnya itu seperti apa. Penutupnya itu sama saja, anak- anak diminta 106 untuk membersihkan area bermainnya di bagian ini, anak-anak diajarkan tentang tanggung jawab bahwa setiap kita melakukan sesuatu kita harus bertanggung jawab dengan cara itu tadi membereskan area bermainnya.” CW- 2 Pernyataan ibu “LI” tersebut didukung oleh pendapat salah satu wali murid Ibu “AM” yang mengatakan bahwa : “Kadang- kadang pada saat media pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan permainan tradisional , biasanya anak- anak tidak mau berhenti memainkannya mbak sebelum permainan tersebut terlampaui, misalnya pada saat bermain sundamandah mereka masih belum bisa seimbang, maka akan dilakukan berkali- kali sampai mereka berhasil melampaui rintangan yang ada.” CW- 4 Berdasarkan wawancara tersebut, diperoleh data bahwa peserta didik melakukan permainan tradisional dengan baik. Dengan permainan tradisional, anak –anak bisa bermain sambil belajar dengan senang. Dengan didukung oleh hasil penelitian yang peneliti lakukan di lapangan yang mendapatkan hasil bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional, peserta didik merasa senang dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan tidak mau berhenti melakukan permainan tradisional kemudian hasil yang kedua adalah pada saat melakukan permainan sundamandah peserta didik mendapatkan berbagai ilmu karena permainan ini memiliki manfaat yaitu melatih otak kanan serta otak kiri peserta didik. Secara tidak langsung hal ini melatih keseimbangan peserta didik. 107 Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan permainan tradisional, maka anak-anak bisa bermain yang di dalamnya mengandung unsur belajar dan yang memiliki banyak sekali manfaat seperti melatih konsentrasi, tidak mudah menyerah dan putus asa. b Metode pembelajaran Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul adalah metode bermain sambil belajar, pada saat kegiatan belajar mengajar, guru mengajak peserta didik untuk bermain padahal di sela-sela kegiatan permainan, guru selalu memperhatikan tingkat perkembangan anak pada saat melakukan pembelajaran dengan permainan tradisional. Metode bermain sambil belajar dipilih sebagai metode pembelajaran di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul karena pada dasarnya peserta didik sangat menyukai kegiatan bermain. Hal ini sangat sesuai dengan ungkapan kepala sekolah PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yaitu Bapak “YH” yang menyatakan bahwa: “Strateginya itu yang jelas di PAUD Sarwo Agung modelnya bermain sambil belajar disini anak anak di ajak untuk bermain, tetapi sebenarnya disini itu anak anak di ajak belajar dan melakukan sebuah pembelajaran jadi anak- anak contohnya dalam permainan beregu , ketika dia tidak saling komunikasi 108 antara teman yang satu dengan teman yang lain, maka tidak akan jadi .” Hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisional adalah bermain sambil belajar karena pada dasarnya anak- anak menyukai kegiatan bermain. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa metode yang dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional itu sendiri adalah dengan metode bermain sambil belajar karena dengan metode ini anak akan mersa senang dan tujuan yang diinginkan setelah selesai melaksanakan pembelajaran ini dapat tercapai dengan maksimal. 3 Penutup Kegiatan penutup yang dilakukan di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul, pada saat peneliti melakukan pengamatan di lapangan terlihat pada saat kegiatan penutup, guru meminta peserta didik untuk membereskan mainannya, melakukan kegiatan pendinginan dengan duduk melingkar dan bernyanyi bersama lalu berdoa untuk pulang. Pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan didukung oleh hasil wawancara yang diungkapkan oleh salah satu pendidik PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yaitu Ibu “WW” yang mengatakan bahwa : 109 “Penutupnya itu sama saja, anak- anak diminta untuk membersihkan area bermainnya di bagian ini, bernyanyi dan berdoa untuk pulang dan diberikan makanan kecil, anak- anak diajarkan tentang tanggung jawab bahwa setiap kita melakukan sesuatu kita harus bertanggung jawab dengan cara itu tadi membereskan area bermainnya .” Hasil wawancara yang diungkapkan oleh Ibu “WW” selaku pendidik PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul dapat disimpulkan bahwa kegiatan penutup yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran adalah guru meminta peserta didik untuk membereskan mainan yang sudah selesai mereka gunakan untuk melakukan permainan tradisional pada saat pembelajaran tadi. Hal ini mengajarkan peserta didik untuk selalu bertanggung jawab apabila telah melakukan sesuatu. Hasil pengamatan dan wawancara menyimpulkan bahwa di akhir kegiatan, kegiatan yang dilakukan adalah peserta didik membersihkan area bermain, bernyanyi bersama untuk pelemasan otot dan berdoa bersama untuk pulang ke rumah masing-masing. Sebelum pulang, peserta didik dibagikan makanan kecil untuk dibawa pulang. c. Evaluasi Kegiatan Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pendidik tidak mengadakan evaluasi secara khusus seperti tes ataupun yang lainnya, melainkan pada akhir kegiatan, pendidik biasanya langsung membereskan peralatan dan menanyakan kepada peserta didik bagaimana kegiatan pembelajaran pada hari itu. Dengan jawaban- 110 jawaban, yang diungkapkan oleh peserta didik maka pendidik dapat menyimpulkan mengenai keberhasilan pelaksanaan program yang telah mereka laksanakan. Evaluasi yang dilaksanakan pendidik yaitu pada saat sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, pendidik mencari kekurangan yang mereka temui di permainan-permainan sebelumnya dan mencoba untuk memperbaiki pada saat pelaksanaan berikutnya agar kesalahan tidak terulang lagi. Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi program dilaksanakan secara internal oleh lembaga. Dalam kegiatan wawancara yang peneliti laukan di lapangan diperoleh hasil wawancara dari kepala sekolah yaitu Bapak “YH” selaku kepala sekolah PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yang mengungkapkan bahwa : “Evaluasi yang dilaksanakan di PAUD Sarwo Agung adalah dilakukan oleh pendidik dengan cara mengamati kegiatan selama kegiatan berjalan, apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak . apakah sudah mencapai tujuan yang diinginkan atau belum , serta melihat hal- hal apa saja yang membuat tujuan permainan tradisional tidak tercapai.” CW- 3 Hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa pendidik tidak mengadakan evaluasi pendidikan secara khusus seperti tes atau yang lain, melainkan pendidik langsung membereskan peralatan permainan tradisional dan melakukan evaluasi secara internal. Pendidik mencari kekurangan-kekurangan yang ada pada saat pelaksanaan permainan tradisional berlangsung. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, pendidik menanyakan kepada peserta didik mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisional. Dari 111 pernyataan-pernyataan yang dilontarkan oleh peserta didik, maka pendidik dapat menyimpulkan bagaimana tinkat pencapaian tujuan permainan tradisional, tidak hanya dengan menanyakan kepada peserta didik, pendidik juga mengamati proses berjalannya permainan tradisional dan menyimpulkan tujuan permainan dengan pengamatan yang pendidik lakukan. Pernyataan dari Bapak “YH” selaku kepala sekolah PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul juga didukung oleh pernyataan dari ibu “WW” selaku pendidik di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yang mengungkapkan bahwa : “Evaluasi yang kami lakukan yaitu dengan mencari hal- hal apa saja yang menghambat permainan tradisional dan berusaha untuk memperbaiki agar tujuan dari permainan tradisional tercapai dengan baik.” CW- 1 Penuturan Bapak “YH” dan Ibu “WW” memang benar adanya, di dalam evaluasi pendidikan, pendidik tidak melaksanakan evaluasi pembelajaran secara khusus seperti tes ataupun yang lainnya. Pendidik lebih melaksanakan evaluasi program secara internal seperti mengamati berjalannya kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan permainan tradisional dan mencari apa saja hal-hal yang mendorong berjalannya permainan tradisional dan yang menghambat tujuan dari permainan tradisional. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dituturkan oleh Bapak “YH” dan Ibu “WW” juga diperkuat oleh pernyataan yang diungkapkan oleh Ibu “LI” yang menjabat sebagai 112 pendidik PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul, yang mengungkapkan bahwa: “Evaluasi yang kami lakukan yaitu dengan melihat apakah anak- anak sudah mampu melaksanankan permainan tradisional dengan baik atau belum? Dan tujuan dari permainan tradisional itu sudah tercapai atau belum . jika sudah tapi belum maksimal, kami sebagai pendidik akan memperbaiki untuk proses pembelajaran selanjutnya.” CW- 2 Menurut hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran melalui permainan tradisional tidak ada evaluasi pembelajaran secara khusus seperti tes atau yang lain. Setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, pendidik mengevaluasi kegiatan dengan cara pengamatan pendidik tentang berjalannya proses pembelajaran, apakah sudah mencapai tujuan dengan maksimal atau belum. Pengamatan di lapangan yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa: 1. Pendidik tidak melakukan evaluasi secara khusus kegiatan di akhir kegiatan. 2. Pendidik mencatat apa saja hal-hal yang menghambat berjalannya permainan tradisional dan pada saat melaksanakan permainan 3. Pendidik memperbaiki agar kegiatan berjalan lebih baik. Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa pendidik tidak melakukan evaluasi secara khusus pada saat permainan selesai. Pendidik melakukan evaluasi dengan cara mengamati berjalannya 113 permaian tradisional dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang menyebabkan permainan tradisional tidak berjalan dengan lancar. Menurut hasil wawancara dan observasi di lapangan dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran melalui permainan tradisional tidak ada evaluasi secara khusus setelah kegiatan pembelajaran melainkan dengan cara pengamatan pendidik tentang berjalannya proses pembelajaran, apakah sudah mencapai tujuan dengan maksimal atau belum. Kekurangan yang membuat tujuan dari permainan tradisional tidak tercapai dengan maksimal dijadikan catatan pendidik agar kegiatan selanjutnya dapat diperbaiki dan tujuan dari permainan tradisional dapat tercapai dengan maksimal. 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Permainan Tradisional Pada pelaksanaan kegiatan permainan tradisional terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan maupun pengelolaan program permainan tradisional. Pengamatan di lapangan berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di lapangan di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul, peneliti melihat ada berbagai macam hal-hal yang mendukung berjalannya permainan tradisional. Selain melihat berbagai macam faktor pendukung permainan tradisional, peneliti juga melihat beberapa hal yang menghambat berjalannya permianan tradisional. Faktor-faktor yang mendukung berjalannya pembelajaran melalui permainan tradisional antara lain yaitu pada saat peserta didik mengikuti berjalannya permainan tradisional, peserta didik sangat senang 114 mengikuti proses belajar mengajar karena bermain adalah salah satu kegiatan yang suka dilakukan oleh peserta didik, tanpa peserta didik sadari bahwa di dalam permainan tradisional mengandung unsur pembelajaran. Hasil pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan benar adanya dengan didukung oleh hasil wawancara yang di ungkapkan oleh salah satu wali peserta didik PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yaitu Ibu “AM”, “RS”, dan “AL” selaku wali murid yang mengatakan bahwa : “AM Tentang pengetahuan pendidik juga harus ditingkatkan, dengan cara mengikuti pelatihan –pelatihan. RI Mungkin sudah mempunyai kemampuan tapi kan harus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan zaman. AL Anak - anaknya juga senang mbak dengan permainan tradisional, karena dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak juga melakukan permainan tradisional.” CW- 4 Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa salah satu faktor pendukung berjalannya proses pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisional adalah dari peserta didik itu sendiri yaitu peserta didik menyukai dengan proses pembelajaran yang diadakan di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul dengan kemampuan yang dimiliki oleh pendidik mengenai kemampuan tentang bagaimana cara menginofasikan proses pembelajaran agar peserta didik tidak merasa bosan dengan proses pembelajaran yang ada. Pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan juga mendapatkan hasil tentang sarana dan prasarana yang ada di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul. Peneliti melihat bahwa sarana dan prasarana yang ada di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul sangat mendukung berjalannya 115 proses pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional. Mengingat dana yang Omah Pasinaon miliki tidak begitu banyak, maka pengelola dan pendidik memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sekitar PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul untuk dijadikan alat- alat sebagai media pembelajaran seperti batu kapur yang digunakan untuk membuat pola sundamandah dan karet-karet bekas yang dirangkai untuk lompat tali dan sundamandah. Sarana dan prasarana yang ada juga sangat mendukung berjalannya proses pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisional. Penelitian di lapangan benar adanya dengan didukung oleh pernyataan dari salah satu pendidik yang ada di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yaitu Ibu “WW” yang mengungkapkan bahwa : “Pertama, sarana dan prasarana yang ada di PAUD Sarwo Agung sangat mendukung , jadi pengelola dan guru itu mengambil potensi yang ada saja dalam lingkungan sekitar tanpa harus mengeluarkan biaya mahal. Jadi alat- alat yang didapatkan itu dari lingkungansekitar tanpa harus mengeluarkan biaya mahal, yang kedua tentang budaya yang ada di sekitar PAUD Sarwo Agung jadi faktor pendukung yang lain yaitu banyaknya permainan tradisional yang sudah dilakukan disana.” CW- 1 Dari hasil wawancara yang diungkapkan oleh Ibu “WW” dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor pendorong berjalannya permainan tradisional adalah sarana dan prasarana yang ada di sekitar PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul. Kekayaan alam yang dimiliki sekitar PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul juga mendukung berjalannya proses pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional. Dengan memanfaatkan potensi alam yang ada, 116 lembaga tidak perlu mengeluarkan biaya mahal karena mengingat dana yang dimiliki oleh lembaga tidak banyak. Dari hasil observasi dan hasil wawancara, membuktikan bahwa di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul salah satu faktor pendorong berjalannya proses pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional adalah sarana dan prasarana yang ada mendukung berjalannya proses pembelajaran. Selain sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya proses pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional dan perasaan senang yang dimiliki oleh anak-anak dalam mengikuti proses pembelajaran, peneliti juga melihat hal yang lain yang mendukung berjalannya proses pembelajaran yaitu dengan dukungan orang tua peserta didik dan minat belajar yang dimiliki peserta didik di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yang tinggi. pengamatan di lapangan tersebut, didukung oleh hasil wawancara yang peneliti lakukan di lapangan yang menghasilkan bahwa salah satu guru yaitu Ibu “LI” beliau mengungkapkan pernyataan bahwa ada beberapa faktor yang mendorong berjalannya proses pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional, beliau mengungkapkan bahwa : “Jadi gini mbak, faktor-faktor yang mendukung berjalannya permainantradisional itu antara lain tentang minat belajar sambil bermain anak- anak yang tinggi , selain itu para orang tua wali yang mendukung terselenggaranya permainan tradisional dengan mempercayakan anak- anaknya bersekolah di PAUD Sarwo Agung.” CW- 2 Berdasarkan data hasil wawancara menunjukkan bahwa faktor pendorong yang mendukung berjalannya proses belajar mengajar dengan 117 memanfaatkan permainan tradisional adalah dengan dukungan orang tua atau wali murid tentang permainan tradisional dan minat belajar perserta didik yang tinggi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa dukungan dari orang tua peserta didik dan minat belajar anak yang tinggi masuk ke dalam faktor pendorong berjalannya permainan tradisional. Selain faktor pendukung, terdapat juga faktor penghambat pada pelaksanaan kegiatan permainan tradisional, beberapa hal yang menghambat faktor penghambat pelaksanaan maupun pengelolaan program permainan tradisional berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan menunjukkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh pendidik belum begitu luas, pendidik mesih terlalu monoton dalam melaksanakan permainan tradisional, meskipun menurut beberapa wali murid kemampuan yang dimiliki pendidik dalam menginofasikan sudah bagus, tetapi masih ada saja kekurangan yang pendidik miliki pada saat menginofasikan permaianan tradisional, apabila pendidik tidak diberikan bekal tentang penginofasian permainan tradisional yang lain, cepat ataupun lambat, peserta didik pasti akan merasakan kejenuhan, pengamatan di lapangan didukung oleh pendapat wali murid yang ada di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yang didapatkan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan di lapangan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa, di ungkapkan oleh wali murid Ibu “AM”, “RI”, dan “AL” yang menyatakan : 118 “AM Faktor- faktor yang menghambat berjalannya permainan tradisional di PAUD Sarwo agung adalah tentang pengetahuan pendidik juga harus ditingkatkan, dengan cara mengikuti pelatihan – pelatihan .RIFaktor- faktor yang menghambat berjalannya permainan tradisional di PAUD Sarwo agung adalah mungkin sudah mempunyai kemampuan tapi kan harus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan zaman.AL Faktor- faktor yang menghambat berjalannya permainan tradisional di PAUD Sarwo agung adalah jika mood anak- anak jelek juga itu bisa menjadi kendala mbak biasanya kan ada yang menangis atau malu – malu dalam mengikuti kegiatan.” CW- 4 Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa salah satu faktor penghambat berjalannya permainan tradisional adalah mengenai pengetahuan yang dimiliki pendidik kurang maksimal dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan permainan tradisional, jadi untuk mengatasi hal ini perlu diadakannya pelatihan- pelatihan yang mengajarkan tentang bagaimana cara meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh pendidik khususnya pendidik PAUD. Pendapat yang diungkapkan oleh beberapa wali murid Ibu “AM”, “RI” dan AL di dukung oleh hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari pendapat Ibu “LI” yang mengungkapkan bahwa: “Pertama tentang pengetahuan pendidik juga harus ditingkatkan, dengan cara mengikuti pelatihan – pelatihan . pendidik mungkin sudah mempunyai kemampuan tapi kan harus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan zaman, selain itu juga agar peserta didik tidak cepat bosan dengan permainan tradisional yang itu- itu saja karena salah satu sifat anak- anak kan gampang bosan, jadi ketika mereka sudah merasa bosan, maka tujuan yang di capai dalam pelaksanaan permainan tradisional tidak maksimal.” CW- 2 Pendidik yang ada di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul sebenarnya sudah memiliki kompetensi atau kemampuan dalam menginofasikan permainan tradisional, tetapi akan lebih baik jika 119 pengetahuan yang pendidik miliki diperluas agar PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul menjadi lebih baik lagi. Faktor- faktor yang lain yang menghambat kegiatan belajar mengajar kurang maksimal yaitu tentang mood peserta didik yang tidak menentu kadang malu untuk mengikuti kegiatan, kadang mau mengikuti kegiatan. Kedua data yang peneliti temukan melalui metode wawancara dan observasi yang dilakukan di lapangan menunjukkan bahwa salah satu faktor penghambat berjalannya kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan permainan tradisional adalah pengetahuan pendidik mengenai permainan tradisional kurang maksimal dalam menginofasikan permainan tradisional dan mood peserta didik yang tidak menentu dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan permainan tradisional. Selain itu ada beberapa hal yang peneliti lihat di lapangan mengenai faktor yang menghambat berjalannya kegiatan belajar mengajar menggunakan permainan tradisional di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yaitu pada saat pelaksanaan permainan tradisional, peserta didik sangat menyukai permainan yang guru berikan, tetapi pada saat waktu telah habis, peserta didik tidak mau berhenti bermain dan guru kwalahan menghadapi peserta didik yang tidak mau berhenti bermain, akibatnya kegiatan berjalan tidak sesuai waktu yang ada pada rencana kegiatan harian. Hasil pengamatan yang peneliti lakukan di lapangan didukung oleh pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu pendidik yang 120 ada di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yaitu Ibu “WW” yang mengatakan bahwa : “Tentang peserta didik yang tidak mau berhenti melakukan permainan tradisional . Karna pada dasarnya, anak- anak sangat menyukai kegiatan bermain. Jika waktu sudah habisdan anak- anak tidak mau berhenti pendidik sering kwalahan mengahdapi anak- anak dan solusi agar peserta didik mau berhenti bermain adalah guru membagikan makanan ringan di akhir permainan.” CW- 1 Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa dalam pelaksnaan permainna tradisional terdapat faktor penghambat yang lain yaitu tentang peserta didik yang tidak mau berhenti bermain. Berdasarkan hasil wawancara dan obeservasi yang peneliti lakukan di lapangan menunjukkan bahwa benar adanya mengenai peserta didik yang tidak mau berhenti bermain permainan tradisional. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa peserta didik senang dengan pembelajaran yang dilaksanakan melalui permainan tradisional, sarana dan prasarana yang ada sangat didukung baik dari faktor sekolah maupun kekayaan alam yang ada. Namun hal tersebut tidak didukung dengan kemampuan yang dimiliki oleh pendidik mengenai cara menginofasikan permainan tradisional dan anak-anak yang kadang-kadang malu-malu dalam melakukan permainan tradisional. Menurut hasil wawancara dan obsevasi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran melalui permainan tradisional memiliki faktor penghambat kegiatan dan faktor pendukung 121 kegiatan. Adapun faktor pendukung pembelajaran melalui permainan tradisional agar tetap berjalan adalah : 1 Sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya permainan tradisional. 2 Minat belajar peserta didik mengikuti pembelajaran melalui permainan tradisional tinggi. 3 Dukungan orang tuawali murid. 4 Anak-anak merasa senang mengikuti permainan tradisional. 5 . Peserta didik yang berangkat ke sekolah adalah peserta didik yang sehat jasmani. Faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran melalui permainan tradisional adalah : 1 Pengetahuan pendidik mengenai permainan tradisional yang kurang pandai dalam menginofasikan permainan tradisional. 2 Mood peserta didik yang tidak menentu. 3 Peserta didik yang tidak mau berhenti bermain dalam kegiatan bermain permainan tradisional. 4 Peserta didik tidak mau berangkat sekolah apabila tidak di antar oleh ibunya. 4. Kesimpulan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, berdasarkan indikator hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 122 No. Indikator Hasil Penelitian 1 Kemampuan guru dalam Berdasarkan hasil wawancara dan memanfaatkan permainan pengamatan yang peneliti lakukan di tradisional di PAUD lapangan, dapat disimpulkan bahwa guru Sarwo Agung Karangmojo di PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Bejiharjo Gunung Kidul. Karangmojo, Gunung Kidul memiliki kemampuan dalam memanfaatkan permainan tradisional hal ini dapat dilihat dengan beberapa kompetensi yang dimiliki pendidik di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul yang meliputi kompetensi mengenai kemampuan yang dimiliki oleh pendidik sudah ada, hal ini terlihat pada saat pendidik melakukan pembelajaran terhadap peserta didik dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Mengenai pemahaman yang pendidik miliki juga sudah ada, karena pendidik di PAUD Sarwo Agung memiliki tentang pengetahuan materi tentang permainan tradisional meskipun mereka tidak bisa secara maksimal menginovasikan ke permainan yang lebih menarik. Kemampuan yang dimiliki oleh pendidik di PAUD Sarwo Agung pada saat melaksanakan permainan tradisional, pendidik memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sekitar Omah Pasinaon, hal ini bertujuan agar dana yang dikeluarkan tidak banyak. Pendidik di PAUD Sarwo Agung mempunyai keinginan yang tinggi terhadap sesuatu yang baru. Pembelajaran yang dilaksanakan berjalan dengan lancar dan setelah melaksanakan permainan tradisional, anak-anak yang tadinya malu-malu menjadi lebih percaya diri, selain itu juga jiwa sosial mulai terlihat baik setelah diadakannya permainan tradisional dan guru bisa menjadikan peserta didik menjadi lebih berani dan bisa bekerja sama dengan baik antara teman yang satu dengan yang lainnya. 123 No. Indikator Hasil Penelitian 2. Pelaksanaan permainan 1. Pendahuluan tradisional yang a. Perencanaan dilaksanakan di PAUD Perencanaan kegiatan Sarwo Agung Karangmojo permainan tradisional semester ini Bejiharjo Gunung Kidul. ada 3 jenis permainan tradisional yaitu bermain ombak banyu, lompat tali dan sundamandah dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di sekitar lembaga Omah Pasinaon Karangmojo Bejharjo Gunung Kidul. b. Materi Sistem pembelajaran permainan tradisional di PAUD Sarwo Agung adalah fun game yaitu permainan-permainan ringan yang menyenangkan bagi peserta. Selain untuk mencapai tujuan dari permainan tradisional itu sendiri, permainan tradisional juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan guru dalam memanfaatkan permainan tradisional dalam pendidikan. c. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran permainan tradisional dilakukan dengan mengemas dan membentuk kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media permainan tradisional secara sistematis disesuaikan dengan sasaran permainan tradisional yaitu anak-anak. d. Sarana dan Prasarana PAUD Sarwo Agung Karangmojo Bejiharjo Gunung Kidul dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan perminan tradisional adalah Aula Omah Pasinaon yang ada di PAUD Sarwo Agung serta memanfaatkan 124 No. Indikator Hasil Penelitian kekayaan alam yang ada di sekitar PAUD seperti karet bekas yang dirangkai dan batu kapur untuk membuat pola sundamandah. 2. Pelaksanaan a. Pendahuluan Guru terlebih dahulu memimpin doa dan mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan permainan tradisional seperti ombak banyu, lompat tali dan juga permainan sundamandah. Pendidik memberikan ceramah kepada peserta didik mengenai permainan apa saja yang akan dilaksanakan pada hari itu. Setelah kegiatan awal dilakukan peneliti melihat alat- alat yang digunakan dalam melaksanakan permainan tradisional adalah karet yang dirangkai menjadi rangkaian tali yang disusun sendiri oleh peserta didik dengan dipandu oleh pendidik PAUD Sarwo Agung dan secara bersama- sama mencari batu kapur untuk kegiatan pembelajaran. b. Inti 1 Permainan tradisional ombak banyu permainan ombak banyu di PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul dilaksanakan pada awal pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan fokus anak di pagi hari sebelum pembelajaran pada kegiatan inti dimulai. 2 Permainan tradisional lompat tali kegiatan bermain lompat tali dilakukan di urutan ke dua, hal ini dilakukan karena permainan lompat tali merupakan permainan yang cukup memerlukan konsentrasi setelah melakukan pemanasan. 125 No. Indikator Hasil Penelitian Kegiatan bermain lompat tali mengajak peserta didik untuk memainkan permainan tradisional yang alatnyapun dibuat sendiri oleh peserta didik dengan dibantu peserta didik. Permainan tradisional lompat tali juga memiliki tujuan tersendiri yaitu melatih peserta didik agar lebih mandiri dan lebih berani. 3 Permainan gtradisional sundamandah sundamandah kegiatan permainan dilakukan pada tahap ketiga, peserta didik diajak bermain dengan mnggunakan otak kanan dan otak kirinya yaitu bermain sundamandah yang dilakukan dengan cara melompat dengan satu kaki dan pada permainan ini, anak dituntut untuk memanfaatkan otak kanan dan otak kirinya supaya seimbang c. Penutup Pada akhir kegiatan, kegiatan yang dilakukan adalah peserta didik membersihkan area bermain, bernyanyi bersama untuk pelemasan otot dan berdoa bersama untuk pulang ke rumah masing- masing. Sebelum pulang, peserta didik dibagikan makanan kecil untuk dibawa pulang. 2. Evaluasi Dalam pelaksanaan pembelajaran melalui permainan tradisional tidak ada evaluasi secara khusus setelah kegiatan pembelajaran melainkan dengan cara pengamatan pendidik tentang berjalannya proses pembelajaran, apakah sudah mencapai tujuan dengan maksimal atau belum. Kekurangan yang membuat tujuan dari permainan tradisional tidak tercapai dengan maksimal dijadikan 126 No. Indikator Hasil Penelitian catatan pendidik agar kegiatan selanjutnya dapat diperbaiki dan tujuan dari permainan tradisional dapat tercapai dengan maksimal. 3. Faktor pendukung dan Faktor pendukung tersebut meliputi ; penghambat permainan 1 sarana dan prasarana seperti ruang tradisional dalam kelas, aula, halaman yang luas, dan pembelajaran anak usia keperluan dalam kegiatan belajar dini di PAUD Sarwo mengajar tersedia dengan baik sehingga Agung Karangmojo mendukung kelancaran pelaksanaan Bejiharjo Gunung Kidul. pembelajarn dengan menggunakan permainan tradisional. 2 Peserta yang kebanyakan adalah anak-anak dan bermain merupakan tahap perkembangannya memiliki minat dan antusias mengikuti pembelajaran melalui media paermainan tradisional yang tinggi. 3 Dukungan dari orang tua agar anaknya mau mengikuti pembelajaran tradisional sangat berperan besar disini karena sebagian besar anak, jika belum disuruh orang tuanya belum mau bergabung dalam kegiatan pembelajaran. 4 Pada saat berjalannya permainan tradisional, anak- anak merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran menggunakan media pembelajaran permainan tradisional. 5 peserta didik yang berangkat ke sekolah adalah peserta didik yang sehat jasmani. Faktor penghambat dalam pelaksanaan permainan tradisional meliputi; 1 di dalam proses pembelajaran, peran pendidik sangat tinggi karena apabila pendidik tidak menguasai materi, maka kegiatan yang berjalan tidak maksimal, disini kemampuan pendidik dalam mengembangkan permainan tradisional agar lebih bervariasi belum maksimal krena pengetahuan pendidik mengenai permainan tradisional kurang. 2 Anak- anak cenderung memiliki sifat yang tidak menentu kadang mau bermain kadang tidak mau mengikuti kegiatan belajar 127 No. Indikator Hasil Penelitian mengajar, apabila peserta didik tidak mau mengikuti kegiatan belajar mengajar, disitu hambatan yang ada pada saat melaksanakan permainan tradisional. 3 Apabila peserta didik sudah merasa senang mengikuti kegiatan belajar mengajar, mereka tidak mau berhenti bermain. 4 peserta didik tidak mau berangkat sekolah apabila tidak di antar oleh ibunya. Tabel 2. Tabel Hasil Penelitian

C. Pembahasan

1. Kemampuan guru dalam memanfaatkan permainan tradisional di PAUD Sarwo Agung Salah satu kunci berjalannya dan tercapainya tujuan dari permainan tradisional adalah kemampuan guru dalam memanfaatkan permainan tradisional. Beberapa hal yang dimiliki guru untuk memanfaatkan permainan tradisional adalah mampu melaksanakan dan menguasai permainan tradisional yang ada. Berdasarkan pengamatan yang peneliti peroleh dari lapangan, terlihat bahwa pendidik di PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul sangat terampil dalam memanfaatkan permainan tradisional sebagai metode pembelajaran. Pada saat pelaksanaan permainan tradisional, pendidik sangat lincah dalam memandu peserta didik untuk melaksanakan permainan tradisional. Pendidik dengan terampil mengkondisikan anak-anak sehingga kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar dan tujuan yang diperoleh didapatkan secara maksimal seperti 128 anak-anak mampu bekerja sama dengan teman sebaya, disiplin, peserta didik lebih percaya diri dan lain sebagainya. Menurut Mulyasa 2003: 38, ada beberapa aspek yang terkandung dalam kompetensi ialah sebagai berikut: a. Pengetahuan knowledge yaitu kesadaran seseorang dalam bidang kognitif yang dimilikinya. b. Pemahaman understanding yaitu kedalaman kognitif atau bias juga dikatakan seseorang yang memiliki pengetahuan tentang sesuatu secara lebih mendalam dan efektif yang dimiliki oleh individu. c. Kemampuan skill yaitu seuatu yang dimiliki oleh individu dalam mengatasi keadaan yang dihadapinya. d. Nilai value adalah suatu sumber perilaku yang telah diyakini dan secara psiologis telah menyatu dalam diri seseorang. e. Sikap attitude yaitu reaksi terhadap rangsangan yang datang dari luar atau tindakan sosial maupun perasaan yang dilakukan oleh seseorang. f. Minat interest adalah kecenderungan seorang untuk melakukan suatu perbuatan yang ingin dia geluti, misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan perbuatan. Pendidik yang ada di PAUD Sarwo Agung, Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul cukup berkompeten dalam memanfaatkan permainan tradisional, hal tersebut terlihat dari penanganan yang pendidik lakukan terhadap anak-anak sudah baik. Kemampuan guru dalam memanfaatkan permainan tradisional di PAUD Sarwo Agung sudah cukup baik dengan pernyataan kepala sekolah dan beberapa juga wali murid. Pendidik diPAUD Sarwo Agung sudah cukup berkompeten dan profesional dalam melaksanakan dan memanfaatkan permainan tradisional. Data lapangan menunjukkan bahwa pendidik sangat sabar menghadapi peserta didik sehingga kegiatan permainan tradisional berjalan dengan lancar 129 dan tujuan yang diperoleh dari permainan tradisional itu sendiri bisa tercapai secara maksimal. Penenliti melihat dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan, memiliki banyak sekali perubahan pada diri anak dari yang pada awalnya anak tidak mau bermain sambil belajar sampai pada akhirnya mereka mau bermain sambil belajar dengan kemampuan yang pendidik miliki yaitu selalu menginofasikan kegiatan pembelajaran agar peserta didik mau mengikuti pelaksanaan pembelajaran. Terdapat berbagai perubahan dari kepercayaan diri peserta didik yang semakin baik, kerja sama yang dimiliki peserrta didik menjadi lebih baik dan kompak, peserta didik menjadi lebih mempumyai sosial dan peserta didik menjadi tahu tentang permainan tradisional yang perlu dilestarikan. Permainan Tradisional memiliki berbagai macam manfaat bermanfaat Siagawati, 2006:55, antara lain: a. Aspek jasmani, yang meliputi unsur kekuatan dan daya tahan tubuh serta kelenturan b. Aspek psikologis, yang meliputi kemampuan berpikir, berhitung, kemampuan membuat strategi, mengatasi hambatan, daya ingat, kreativitas, fantasi serta perasaan irama. c. Aspek sosial, yang meliputi kerjasama, keteraturan, serta hormat menghormati. Kemampuan yang dimiliki guru di PAUD Sarwo Agung dalam memanfaatkan permainan tradisional yaitu : 1 Aspek jasmani, yang meliputi unsur kekuatan dan daya tahan tubuh serta kelenturan. Di dalam melaksanakan permainan tradisional, guru mampu menuntun peserte didik melaksanakan permainan tradisional dengan 130 baik. Pada saat melaksanakan permainan tradisional dari awal sampai akhir, anak-anak masih tetap bersemangat dalam mengikuti permainan tradisional padahal kegiatan yang dilaksanakan tergolong pada permainan yang cukup berat. Permainna yang dilakukan di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul adalah ombak banyu, lompat tali dan sundamandah. Ketiga permainan tersebut bisa membantu anak untuk bergerak aktif dan membuat otot-otot bekerja dengan maksimal sehingga kesehatan anak setelah mengikuti permainan ini akan lebih bugar. 2 Aspek psikologis, yang meliputi kemampuan berpikir, berhitung, kemampuan membuat strategi, mengatasi hambatan, daya ingat, kreativitas, fantasi serta perasaan irama. Dengan mengikuti permainan tradisional di PAUD Sarwo Agung Bejiharjo Karangmojo Gunung Kidul, dilihat dari aspek psikologis anak setelah mengikuti permainan tradisional, kemampuan berpikir dan cara mengatasi hambatan yang dimiliki anak, menjadi lebih baik hal ini ditunjukan pada saat mereka mengikuti permainan tradisional ombak banyu karena mereka akan berfikir bagaimana cara bisa melintasi ombak tanpa menyentuh karet. Kemampuan berhitung dan mengingat juga terlatih disini pada saat peserta didik antri dalam memainkan permainan tradisional, mereka berhitung dan mengingat pada urutan keberapakah mereka mendapat giliran untuk bermain. Kreatifitas dan fantasi anak juga berkembang setelah mereka diajarkan cara melompat, 131