Teknik Pengambilan Sampel Sejarah Perusahaan
untuk analisis variabel bebas atau independen variabel X
1,
X
2
, X
3,
X
4
,…..X
5
, dimana akan diukur tingkat asosiasi keeratan hubungan atau pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui
besaran koefisien
korelasi r.
Dikatakan terjadi
multilinearitas, jika koefisien korelasi antar variabel bebas X
1
dan X
2
,X
2
dan X
3,
X
3
dan X
4
dan seterusnya lebih besar dari 0,60. Dikatakan tidak terjadi multilinearitas jika koefisien
korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60r ≤ 0,60.
Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
tolerance
dan lawannya, yaitu dengan melihat
varian inflation factor
. Dimana
tolerance
mengukur variabel-variabel bebas yang terpilih tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai
tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi karena VIF = I
tolerance
dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai
cut-off
yang umum dipakai untuk menjelaskan adanya multilinearitas adalah nilai
tolerance
0,10 atau sama dengan nilai VIF 10 Ghozali dalam Nugroho, 2011: 102.
Secara manual VIF bisa dihitung dengan persamaan: VIF =
Tolerance
= I - R
2
Dimana: R
2
= koefisien determinasi
b Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu analisis regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual, dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians
dari residual
adalah tetap,
maka disebut
homokedastisitas. Umumnya
heteroskedastisitas banyak
ditemukan pada data
cross-sectional
karena pengamatan dilakukan pada individu yang berbeda pada saat yang sama.
Untuk mendeteksi heterokedastisitas, dapat dilihat pada grafik scattarplot diagram, dengan dasar mengambil keputusan
adalah sebagai berikut: Apabila sebaran data berpencar disekitar angka 0 nol
pada sumbu Y, baik di atas maupun di bawah, maka tidak terjadi heterokedastisitas
Apabila sebaran tersebut membentuk pola atau trend garis tertentu maka telah terjadi heterokedastisitas
c Uji Autokorelasi
Persamaa regresi yang baik adalah yang tidak memiliki autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut
menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linear antara
kesalahan penganggu periode t berada dengan kesalahan penganggu periode t-1 sebelumnya
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson DW dengan
ketentuan sebagai berikut: Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2
DW ≤ 2 Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada
diantara -2 dan +2 atau - 2 ≤ DW ≤ +2
Terjadi autokorelasi negative, jika nilai DW diatas +2 atau DW +2
d Uji Normalitas
Uji Normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi
secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang berdistribusi secara normal. Uji
normalitas yang digunakan untuk penelitian ini adalah uji
one sample Kolomogorov Smirnov
, dalam hal ini untuk mengetahui apakah residual terdistribusi normal, jika nilai
signifikan lebih dari 0,05. Priyatno, 2012: 144. Nilai signifikasi nilai
probabilitas ≤ 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
Nilai signifikasi nilai probabilitas maka data berdistribusi normal.
Selain itu untuk melihat normalitas data juga dapat menggunakan grafik
chart
dengan dasar pengambilan keputusan adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi dikatakan memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan jika data menyebar jauh dari garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas Santoso, 2005.
b. Membuat persamaan regresi
Berdasarkan rumusan masalah pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah persepsi karyawan pada lingkungan fisik X
1
dan non fisikX
2
sebagai variabel bebas berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan sebagai variabel terikat Y. Dengan
rumus sebagai berikut: Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+e Keterangan:
Y : variabel terikat Kepuasan Kerja
X
1
: Persepsi Karyawan Pada Lingkungan Kerja Fisik X
2
: Persepsi Karyawan Pada Lingkungan Kerja Non Fisik a
: Konstanta b
1,
b
2
: Koefisien regresi e
: variabel penganggu c.
Uji Hipotesis 1
Uji F
Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh signifikan variabel bebas secara simultan
terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui apakah persepsi karyawan pada lingkungan kerja fisik dan non fisik berpengaruh
terhadap kepuasan kerja karyawan secara simultan maka digunakan uji F. Maka dapat ditulis sebagai berikut:
Merumuskan Masalah Ho : b
1
= b
2
= 0 artinya persepsi karyawan pada lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik
secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan.
Ha : tidak semua b
i
sama dengan 0 atau minimal satu b
i
= 0 artinya persepsi karyawan pada lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik berpengaruh secara
bersama-sama terhadap kepuasan kerja karyawan. Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikan si α = 5 atau 0,05
Menentukan F hitung Lihat pada tabel ANOVA
Menentukan F tabel Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95, α 5,
besarnya F tabel dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:
df1 = k-1
df2 = n-k berdasarkan tabel F pada sig = 5
k = jumlah variabel, n = jumlah sampel Kriteria Pengujian
Jika F
hitung
≤ F
tabel
maka H diterima dan H
a
ditolak. Artinya variabel persepsi karyawan pada lingkungan
kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik secara simultan tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
Jika F
hitung
F
tabel
maka H ditolak dan H
a
diterima. Artinya variabel persepsi karyawan pada lingkungan
kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik secara simultan
berpengaruh terhadap
kepuasan kerja
karyawan 2
Uji t Parsial Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara persepsi
karyawan pada lingkungan kerja fisik dan non fisik terhadap kepuasan kerja karyawan maka digunakan uji signifikan variabel
individu. Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut: Rumusan hipotesis
H : b
1 ;
b
2
= 0, artinya persepsi karyawan pada lingkungan kerja fisik dan non fisik tidak berpengaruh
secara parsial terhadap kepuasan kerja karyawan.
H
a
: b
1 ;
b
2
≠ 0, artinya persepsi karyawan pada lingkungan kerja fisik dan nonfisik berpengaruh secara
parsial terhadap kepuasan kerja karyawan Menentukan taraf signifikansi
Taraf signifikansi menggunakan 0,05 Menentukan t tabel dan t hitung
t
tabel
dapat dicari pada tabel statistika pada signifikansi 0,052 = 0,025 Uji 2 sisi dengan df = n-k-1
t
hitung
untuk persepsi karyawan pada lingkungan fisik
dan non fisik lihat pada tabel
Coefficients
. Pengambilan keputusan
H diterima t
hitung
≤ t
tabel
atau –t
hitung
≥ -t
tabel
H ditolak t
hitung
t
tabel
atau –t
hitung
-t
tabel
Kesimpulan H
diterima artinya variabel persepsi karyawan pada lingkungan kerja fisik dan non fisik tidak berpengaruh
secara parsial terhadap kepuasan kerja karyawan. H
ditolak, artinya variabel persepsi karyawan pada lingkungan kerja fisik dan non fisik berpengaruh secara
parsial terhadap kepuasan kerja karyawan 3
Koefisien Determinasi R
2
Koefisien Determinasi R
2
digunakan untuk mengetahui seberapa besar prosentase sumbangan pengaruh variabel
independen X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap variabel dependenY Priyatno, 2010: 83.Besarnya koefisien determinasi
adalah 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati nol, maka semakin kecil pengaruh semua variabel independen terhadap nilai variabel
dependen. Sedangkan jika koefisien determinasi mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut dalam
menerangkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
42