Pemerintahan setelah dinasti Warmadewa

Kehidupan Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara 37 Pengganti Sri Wijaya Maha- dewi bernama Dharma Udayana Warmadewa. Ia memerintah ber- sama permaisurinya, Gunapriya Dharmapatni atau lebih dikenal dengan nama Mahendradatta, putri dari Raja Makutawangsa- wardhana dari Jawa Timur. Sebelum naik takhta, diperkirakan Udayana berada di Jawa Timur sebab namanya tergores dalam prasasti Jalatunda. Pada tahun 1001 M, Gunapriya meninggal dan dicandikan di Burwan. Udayana meneruskan pemerintahannya sendirian hingga wafat pada tahun 1011 M. Ia dicandikan di Banuwka. Hal ini disimpulkan dari prasasti Air Hwang 1011 yang hanya menyebutkan nama Udayana sendiri. Adapun dalam prasasti Ujung Hyang disebutkan bahwa setelah wafat, Udayana dikenal sebagai Batara Lumah di Banuwka. Raja Udayana mempunyai tiga orang putra, yaitu Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu. Airlangga tidak pernah memerintah di Bali karena menjadi menantu Dharmawangsa di Jawa Timur. Oleh karena itu, yang menggantikan Raja Udayana dan Gunapriya adalah Marakata. Setelah naik takhta, Marakata bergelar Dharmawang- sawardhana Marakata Pangkajasthana Uttunggadewa. Marakata memerintah dari tahun 1011 hingga 1022. Masa pemerintahan Marakata sezaman dengan Airlangga. Setelah pemerintahannya berakhir, Marakata digantikan oleh Raja Anak Wangsu. Ia bergelar Paduka Haji Anak Wungsu Nira Kalih Bhatari Lumah i Burwan Bhatara Lumah i Banu Wka. Anak Wungsu adalah Raja Bali Kuno yang paling banyak meninggalkan prasasti lebih dari 28 prasasti yang tersebar di Bali Utara, Bali Tengah, dan Bali Selatan. Anak Wungsu memerintah selama 28 tahun, yaitu dari tahun 1049 sampai 1077. Ia dianggap sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. Anak Wungsu tidak memiliki keturunan. Ia wafat pada tahun 1077 dan dimakamkan di Gunung Kawi, Tampaksiring. Berakhirlah dinasti Warmadewa.

b. Pemerintahan setelah dinasti Warmadewa

Setelah berakhirnya pemerintahan dinasti Warmadewa, Bali diperintah oleh beberapa orang raja silih berganti. Raja-raja yang perlu diketahui sebagai berikut. 1 Jayasakti Jayasakti memerintah dari tahun 1133 sampai tahun 1150 M, sezaman dengan pemerintahan Jayabaya di Kediri. Dalam menjalankan pemerintahannya, Jayasakti dibantu oleh penasihat pusat yang terdiri atas para senopati dan pendeta, baik dari agama Hindu maupun dari agama Buddha. Kitab undang-undang yang digunakan adalah kitab Utara Widhi Balawan dan kitab Rajawacana. Inskripsi Ada perbedaan pendapat mengenai Sri Wijaya Mahadewi. Menurut Stein Callemfels, Sri Wijaya Mahadewi berasal dari Kerajaan Sriwijaya. Namun, Damais menduga bahwa ratu itu adalah putri Mpu Sindok Jawa Timur. Hal ini didasarkan pada pemberian nama jabatan-jabatan yang termuat dalam prasasti yang dikeluarkan Ratu Wijaya sendiri yang sangat lazim disebut dalam prasasti-prasasti di Jawa, tetapi sebelumnya tidak dikenal di Bali. Seperti jabatan makundur, madihati, dan pangkaja. Di unduh dari : Bukupaket.com 38 Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI Bahasa 2 Ragajaya Ragajaya mulai memerintah pada tahun 1155 M, namun kapan berakhirnya tidak diketahui sebab tidak ada sumber tertulis yang menjelaskan hal tersebut. 3 Jayapangus 1177 – 1181 Raja Jayapangus dianggap sebagai penyelamat rakyat yang terkena malapetaka akibat lalai menjalankan ibadah. Raja ini menerima wahyu dari dewa untuk mengajak rakyat kembali melakukan upacara keagamaan yang sampai sekarang dikenal dan diperingati sebagai upacara Galungan. Kitab undang-undang yang digunakannya adalah kitab Mana Wakamandaka. 4 Ekajalancana Ekajalancana memerintah pada sekitar tahun 1200 – 1204 M. Dalam meme- rintah, Ekajalancana dibantu oleh ibunya yang bernama Sri Maharaja Aryadegjaya. 5 Sri Asta Asuratna Bumi Banten Sri Asta Asuratna Bumi Banten diyakini sebagai raja Bali yang terakhir. Setelah itu, Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada dan menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit.

c. Kehidupan sosial masyarakat