Kerajaan Banten Anambas Johor

Kehidupan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara 59 dikepalai oleh wedana jawi wedana luar. Kedelapan wedana luar ini dikoordinasi oleh patih luar patih jawi. Wilayah Mancanegara, baik wetan maupun kilen, masing-masing dikepalai oleh wedana bupati, sama seperti di wilayah Mancanegara. Selain bergelar tumenggung atau adipati, wedana bupati di wilayah Pesisiran juga bergelar Kiai Demang atau Kiai Ngabehi. Di bidang pengadilan, terdapat jabatan jeksa yang berhak mengemukakan bukti dan mengajukan tuntutan. Adapun yang berhak mengadili adalah raja. Sementara itu, pejabat-pejabat seperti wedana dan bupati tidak mendapat gaji, tetapi mereka mendapat hak tanah gaduhan sebagai tanah lungguh. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan diciptakan peraturan-peraturan yang dinamakan angger- angger. Angger-angger ini harus ditaati oleh seluruh penduduk. Diskusi Bagaimana hubungan atau keterkaitan antarraja Kerajaan Demak, Pajang, dan Mataram? Perjelas jawaban Anda dengan silsilah para raja Diskusikan dengan kelompok Anda dan laporkan hasilnya pada guru

6. Kerajaan Banten

Semula, Banten merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Hindu Pajajaran. Kemudian, Banten direbut dan diperintah oleh Syarif Hidayatullah dari Demak. Berdirilah kerajaan Banten pada tahun 1527. Pada tahun 1552, Syarif Hidayatullah menyerahkan Banten kepada putranya, Hasanuddin. Syarif Hidayatullah sendiri pergi ke Cirebon dan berdakwah di sana sampai wafat 1570. Ia dimakamkan di desa Gunung Jati. Oleh karena itu, ia disebut Sunan Gunung Jati. Di bawah pemerintahan Hasanuddin 1552 – 1570, Banten mengalami kemajuan di bidang perdagangan dan wilayah kekuasaannya meluas sampai ke Lampung dan Sumatra Selatan. Setelah wafat, Hasanuddin digantikan oleh putranya, Panembahan Yusuf 1570 – 1580. Pada masa pemerintahannya, Pajajaran berhasil ditaklukkan 1579. Panembahan Yusuf wafat pada tahun 1580 dan digantikan putranya, Maulana Muhammad 1580 – 1597. Pada masa pemerintahannya, datanglah Belanda. Ia menyambut kedatangan Belanda dan oleh Belanda ia diberi gelar Ratu Banten. Sepeninggal Ratu Banten, pemerintahan dipegang oleh Abdulmufakir yang masih kanak-kanak 1597 – 1640. Ia didampingi oleh walinya, Pangeran Ranamenggala. Pada tahun 1640, Abdulmufakir diganti oleh Abu Mali Ahmad 1640 – 1651. Sumber: Atlas dan Lukisan Sejarah Nasional Indonesia Gambar 2.6 Lokasi Kerajaan Banten Di unduh dari : Bukupaket.com 60 Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI Bahasa Inskripsi Faktor-faktor penyebab Kerajaan Makassar menjadi besar: 1. letaknya strategis, baik sekali untuk pelabuhan; 2. jatuhnya Malaka ke tangan Portugis yang menyebabkan pedagang Islam pindah ke Makassar. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh Abdul Fatah yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa 1651 – 1682. Pada masa pemerintahannya, Banten mencapai kejayaan. Sultan Ageng mengadakan pembangunan, seperti jalan, pelabuhan, pasar, masjid yang pada dasarnya untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat Banten. Namun sejak VOC turut campur tangan dalam pemerintahan Banten, kehidupan sosial masyarakatnya mengalami kemerosotan. Keadaan semakin memburuk ketika terjadi pertentangan antara Sultan Ageng dan Sultan Haji, putranya dari selir. Pertentangan ini berawal ketika Sultan Ageng mengangkat Pangeran Purbaya putra kedua sebagai putra mahkota. Pengangkatan ini membuat iri Sultan Haji. Berbeda dengan ayahnya, Sultan Haji memihak VOC. Bahkan, dia meminta bantuan VOC untuk menyingkirkan Sultan Ageng dan Pangeran Purbaya. Sebagai imbalannya, VOC meminta Sultan Haji untuk menandatangani perjanjian pada tahun 1682 yang isinya, antara lain, Belanda mengakui Sultan Haji sebagai sultan di Banten; Banten harus melepaskan tuntutannya atas Cirebon; Banten tidak boleh berdagang lagi di daerah Maluku, hanya Belanda yang boleh mengekspor lada dan memasukkan kain ke wilayah kekuasaan Banten; Cisadane merupakan batas antara Banten dan Belanda. Perjanjian tersebut mengakibatkan Banten berada pada posisi yang sulit karena ia kehilangan peranannya sebagai pelabuhan bebas sejak adanya monopoli dari Belanda. Pada tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap oleh VOC sedangkan Pangeran Purbaya dapat meloloskan diri. Setelah menjadi tawanan Belanda selama delapan tahun, Sultan Ageng wafat 1692. Adapun Pangeran Purbaya tertangkap oleh Untung Suropati, utusan Belanda, dan wafat pada tahun 1689.

7. Kerajaan Gowa – Tallo