42
Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI Bahasa
D. Kehidupan Masyarakat pada Masa Kerajaan-Kerajaan Hindu- Buddha di Indonesia
1. Sistem perdagangan dan transportasi
Kekayaan bumi Nusantara telah dikenal luas sejak dahulu. Kemenyan, kayu cendana, dan kapur barus dari Indonesia telah dikenal di Cina menyaingi bahan wangi-wangian
lainnya dari Asia Barat. Begitu pula berbagai jenis rempah-rempah, seperti lada dan cengkih, serta hasil-hasil kerajinan dan berbagai jenis binatang khas yang unik. Awalnya,
pedagang-pedagang dari India yang singgah di Indonesia membawa barang-barang tersebut ke Cina.
Dalam berbagai prasasti yang ditemukan, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Masehi, bangsa Indonesia telah mampu turut serta dalam perdagangan maritim internasional Asia.
Perkembangan ini dipicu pula oleh perkembangan teknologi transportasi pelayaran. I-Tsing, musafir dan pendeta Buddha dari Cina yang mampir ke Indonesia pada abad
ke-7 dalam perjalanannya ke India dengan menumpang kapal milik Sriwijaya, mengatakan bahwa pada awalnya bangsa Indonesia memang telah akrab dengan dunia pelayaran, meski
baru terbatas pada pulau-pulau yang berdekatan. Alat transportasi yang digunakan adalah kapal cadik berukuran kecil. Bersamaan dengan munculnya kerajaan-kerajaan besar,
seperti Sriwijaya, Singasari, dan Majapahit, mulailah dikenal teknologi pembuatan kapal-
kapal yang lebih besar dan pelayaran yang dilakukan dapat menjangkau jarak yang
lebih jauh. Bangsa Indonesia jadi dapat berperan lebih aktif dalam perdagangan
internasional dengan berlayar sendiri ke negara-negara yang biasanya berdagang
dengan Indonesia. Hal ini tergambar dalam relief candi Borobudur. Tiga jenis kapal
yang digambarkan dalam relief tersebut adalah perahu lesung, kapal besar tidak
bercadik, dan kapal bercadik.
2. Sistem penguasaan tanah
Tanah dalam lingkungan sebuah kerajaan secara umum menjadi milik kerajaan. Namun, pengolahan atau pemanfaatan diserahkan kepada rakyat yang hidup dalam
lingkup kerajaan tersebut. Hak pemanfaatan lahan ini disebut hak anggaduh, artinya rakyat hanya dipinjami tanah oleh raja. Tanah garapan itu dapat dipindahtangankan kepada
rakyat lainnya dalam lingkup kerajaan yang sama dan hak anggaduh tersebut dapat digunakan secara turun temurun. Akan tetapi, jika sewaktu-waktu raja memintanya
kembali, misalnya, untuk keperluan pendirian candi atau bangunan milik kerajaan atau suatu kepentingan umum lainnya, rakyat tidak dapat menolak.
Sumber: Indonesian Heritage, Ancient History
Gambar 1.14 Relief perahu
Di unduh dari : Bukupaket.com
Kehidupan Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara
43 3. Sistem pajak
Pengembangan dan jaminan kelangsungan suatu kerajaan tentu memerlukan biaya. Biaya ini diambil dari hasil perdagangan, pertanian, dan pungutan pajak kepada rakyat.
Pajak dipungut oleh pejabat di tingkat daerah dari desa-desa yang ada di wilayahnya. Setiap habis panen, pajak tersebut wajib diserahkan pada kerajaan. Di tingkat pusat, ada petugas
khusus yang bertugas mencatat luas tanah di wilayah kerajaan untuk dijadikan dasar perhitungan penetapan pajak yang wajib dipungut. Rakyat diwajibkan untuk membayar
pajak tepat waktu.
4. Tenaga kerja