Sebab-sebab khusus Jalannya perang

Perkembangan Budaya dan Masyarakat Indonesia .... 111 a. Sebab-sebab umum 1 Rakyat menderita akibat pemerasan Belanda dengan menarik pajak. 2 Kaum bangsawan merasa dikurangi haknya, misalnya, tidak boleh menyewakan tanahnya. 3 Campur tangan Belanda di istana, misalnya, dalam pengangkatan sultan, mengubah tata cara istana, sajian sirih dihapus, dan orang-orang Belanda duduk sejajar dengan sultan.

b. Sebab-sebab khusus

Pembuatan jalan melalui makam leluhur Pangeran Diponegoro tanpa izin di Tegalrejo merupakan penghinaan sehingga Pangeran Diponegoro mengangkat senjata pada tanggal 20 Juli 1825. Pembantu-pembantu Pangeran Diponegoro adalah Kiai Mojo , Sentot Ali Basa Prawirodirjo, dan Pangeran Mangkubumi. Pusat pergerakannya ialah di Selarong. Sistem yang dipergunakannya adalah perang gerilya dan perang sabil.

c. Jalannya perang

Pangeran Diponegoro juga dianggap penyelamat negara dan seorang pemimpin yang besar sehingga mendapat julukan Sultan Abdul Hamid Erucokro Amirulmukminin Syayidin Panotogomo Kalifatullah Tanah Jawa. Pada saat itu, Belanda dipimpin Jenderal De Kock yang mempergunakan cara: 1 siasat benteng stelsel, yaitu setiap daerah yang dikuasai didirikan benteng yang mempersempit gerak gerilya Pangeran Diponegoro sehingga pasukannya terpecah- pecah; 2 mengangkat kembali Sultan Sepuh, agar tidak dibenci oleh rakyat Mataram; 3 mempergunakan politik devide et impera. Melihat sistem Belanda yang cukup berbahaya ini, Pangeran Diponegoro memindahkan markasnya ke Plered, Dekso, dan Pengasih. Daerah Pacitan dan Purwodadi juga berhasil dipertahankan. Serdadu Belanda terus digempur oleh pasukan Diponegoro sehingga 2.000 tentara Belanda tewas. Pada tahun 1828 – 1830, Pangeran Diponegoro menghadapi kesulitan-kesulitan akibat hal-hal berikut. 1 Tahun 1838 Kiai Mojo mengadakan perundingan dengan Belanda di Mangi, tetapi gagal. Kiai Mojo ditangkap dan diasingkan ke Minahasa dan tahun 1849 wafat lalu dimakamkan di Tondano. 2 Tahun 1839 Pangeran Mangkubumi menyerah karena sudah tua. 3 Tahun 1829 Sentot Prawirodirjo mengadakan perundingan dengan Belanda. Ia bersedia menyerah, asalkan menjadi pemimpin pasukan. 4 Tahun 1830 Pangeran Dipokusumo menyerahkan putra Pangeran Diponegoro. Kenyataan tersebut tidak melemahkan Pangeran Diponegoro. Ia terus berjuang, bahkan Belanda sampai mengeluarkan sayembara: Apabila ada yang berhasil menyerahkan Pangeran Diponegoro akan mendapat uang 20.000 ringgit . Namun, tidak ada yang bersedia. Akhirnya Belanda berhasil menangkap Pangeran Diponegoro Di unduh dari : Bukupaket.com 112 Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI Bahasa pada tanggal 28 Maret 1830 dan dibawa ke Batavia dengan kapal Pollaz, terus diasingkan ke Manado. Pada tahun 1834, ia dipindahkan ke Makassar dan akhirnya wafat pada tanggal 8 Januari 1855.

d. Akibat Perang Diponegoro