VIF dibawah 10, maka tidak terjadi multikolonearitas. Apabila nilai VIF lebih tinggi dari 10 maka akan terjadi multikolonearitas.
3. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas bertujuan unutuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain Ghozali, 2006: 125. Maksud dari penyimpangan heteroskedastisitas adalah varian variabel dalam model
tidak sama konstan. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
digunakan korelasi Rank Spearman antara residual dengan variabel independen, adalah :
Nilai probabilitas 5 tidak mengandung adanya heteroskedasitas.
Nilai probabilitas 5 mengandung adanya heteroskedasitas.
3.4.3. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi linear berganda yang dilakukan untuk mengetahui
ketergantungan variabel bebas X terhadap variabel terikat Y dengan rumus sebagai berikut:
Y =
α + β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ ε
Djarwanto, 2004: 304
Keterangan: Y =
Return saham α
= Konstanta β
1,
β
2,
β
3
= Koefisien regresi variabel X
1,
X
2,
dan X
3
X
1
= Economic value added
X
2
= Return on asset
X
3
= Earning per share
ε =
Kesalahan baku
3.4.4. Uji Hipotesis
1. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji kecocokan model regresi variabel bebas X terhadap variabel terikat Y, dengan prosedur sebagai
berikut: a.
Hipotesis H
: β
1
= β
2
= β
3
= 0 Model regresi tidak cocok
H
1
: β
1
= β
2
= β
3
≠ 0 Model regresi cocok
b. Level of signifikan
α = 0,05 c.
Ketentuan pengujian: 1
Jika tingkat signifikan p-value 0,05 maka H diterima dan H
1
ditolak. 2
Jika tingkat signifikan p-value 0,05 maka H ditolak dan H
1
diterima
2. Uji t
Uji t dapat digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh antara variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen, digunakan uji t dengan prosedur sebagai berikut: a.
Hipotesis H
: β
i
= 0 secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
H
1
: β
i
≠ 0 secara parsial terdapat pengaruh positif variabel bebas terhadap variabel terikat.
Dimana i = 1, 2, 3, 4 b.
Level of signifikan α = 0,05
c. Ketentuan pengujian:
1 Jika tingkat signifikansi p-value 0,05 maka H
diterima dan H
1
ditolak. 2
Jika tingkat signifikansi p-value 0,05 maka H ditolak dan
H
1
diterima.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal
Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di Indonesia pernah di bentuk suatu perserikatan perdagangan Uang dan Efek yaitu pada
tanggal 11 Januari 1952 atau tiga belas tahun setelah dibentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta 1912. Kemudian pada tahun 1927 dibentuk bursa-
bursa efek di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Semarang dan Surabaya. Masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan efek di bursa-bursa
efek tersebut praktis berhenti karena situasi politik saat ini. Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia tepatnya tahun 1951 pemerintah memberlakukan
Undang-Undang Darurat No. 15 tahun 1952 tentang Bursa Efek.
Tanggal 10 Agustus 1990 berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52 tahun 1976, Pasar Modal di Indonesia dari tahun 1977 sampai
tahun 1987 relatif kurang memberikan hasil seperti yang diharapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang
menarik dana dari pasar modal. Tersedat–sedatnya perkembangan pasar modal selama itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain mengenai prosedur emisi
saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi return saham dan campur tangan pemerintah pasar perdana.
74