Persepsi siswa terhadap profesionalisme guru

4. Persepsi siswa terhadap profesionalisme guru

a. Persepsi siswa Persepsi didefinisikan sebagai proses yang mengorganisir dan menggabungkan data-data indera kita penginderaan untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri sendiri Davidoff, 1988:232. Hal-hal yang mempengaruhi persepsi menurut Davidoff 1988:234 adalah kesadaran, ingatan, proses informasi, bahasa, pengujian hipotesis. Persepsi dapat pula diartikan sebagai pengamatan secara global, belum disertai kesadaran, sedang subjek dan objeknya belum terbedakan satu dari lainnya atau baru ada proses memiliki tanggapan Kartini kartono, 1980:59 Dari definisi para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses mengetahui sesuatu hal melalui panca indera. Seorang guru bagi siswa merupakan pendamping sekaligus pendidik yang sangat membantu siswa dalam pencapaian kompetensi- kompetensi belajar dalam diri siswa. Dengan kecakapan dan penguasaan diri yang baik maka tujuan pengajaran akan dapat tercapai. Sementara itu persepsi akan timbul pada diri siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Agar individu dapat menyadari dan dapat mengadakan persepsi maka harus ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi Bimo Walgito, 1994:54, yaitu: 1 Adanya objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera, dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. 2 Alat indera atau reseptor Yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu, harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. 3 Adanya perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan pula perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi. Menurut Miftah Thoha 1983:145-153, ada berbagai macam faktor-faktor perhatian yang berasal dari luar maupun dari dalam yang dapat mempengaruhi proses seleksi persepsi, yaitu : 1 Faktor-faktor dari luar, yang terdiri pengaruh-pengaruh lingkungan luar antara lain : a Intensitas Prinsip intensitas dari suatu perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal-hal itu dapat dipahami. b Ukuran Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar ukuran suatu objek, maka semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami. c Keberlawanan Prinsip keberlawanan ini menyatakan bahwa stimuli luar yang penampilannya berlawanan dengan latarbelakangnya atau sekelilingnya atau yang sama sekali diluar sangkaan orang banyak, akan menarik banyak perhatian. d Pengulangan Pada prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan yang sekali dilihat. e Gerakan Prinsip gerakan ini antaranya menyatakan bahwa orang akan memberikan banyak perhatian terhadap objek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dari objek yang diam. f Baru dan familier Prinsip ini menyatakan baik situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat digunakan sebagai penarik perhatian. 2 Faktor-faktor dari dalam, yang terdiri dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi proses seleksi persepsi antara lain : a Proses belajar learning Adalah semua faktor dari dalam yang membentuk adanya perhatian kepada sesuatu objek sehingga menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan dari kekompleksan kejiwaan. Kekompleksan kejiwaan ini selaras dengan proses pemahaman atau belajar learning dan motivasi yang dipunyai oleh masing-masing orang. b Motivasi Selain proses belajar dapat membentuk persepsi, faktor dari dalam lainnya yang juga menentukan terjadinya persepsi antara lain motivasi dan kepribadian pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari proses belajar, tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang amat penting dalam proses pemilihan persepsi. c Kepribadian Dalam membentuk persepsi unsur ini sangat erat hubungannya dengan proses belajar dan motivasi yang mempunyai akibat tentang apa yang akan diperhatikan dalam menghadapi suatu situasi. b. Profesionalisme guru Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab dan rasa kejawatan yang didukung oleh etika profesi yang kuat. Kematangan professional guru ditandai dengan perwujudan guru yang memiliki: 1 keahlian, 2 rasa tanggung jawab dan 3 rasa kesejawatan yang tinggi Mohamad Surya, 2003:95. Guru profesional adalah mereka yang mempunyai keahlian, baik yang mempunyai materi keilmuan yang dikuasainya maupun ketrampilan metodologinya. Dalam http:jufrisyahruddin.wordpress.com ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu : 1 Kompetensi pedagogik Adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2 Kompetensi kepribadian Adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Sub kompetensi mantap dan stabil memiliki esensial yakni bertindak sesuai dengan hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak dan bertutur. 3 Kompetensi profesional Adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Guru harus memahami dan menguasai materi ajar yang ada dalam kurikulum, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang yang koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru juga harus menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan dan meteri bidang studi. 4 Kompetensi sosial Adalah pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tuawali peserta didik dan masyarakat sekitar. Guru tidak bisa bekerja sendiri tanpa memperhatikan lingkungannya. Ia harus sadar sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakat akademik tempat dia mengajar maupun dengan masyarakat di luar. Menurut Mohamad Surya 2003:96 kualitas profesionalisme ditunjukkan oleh lima unjuk kerja sebagai berikut : 1 Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal. Berdasarkan kreteria ini jelas bahwa guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan standar ideal. Ia akan mengidentifikasikan dirinya kepada figur yang dipandang memiliki standar ideal. 2 Meningkatkan dan memelihara citra profesi. Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan perilaku profesional. Perwujudan ini dilakukan melalui berbagai cara, seperti penampilan, cara bicara, penggunaan bahasa, postur, sikap hidup sehari-hari, hubungan antar pribadi dan sebagainya. 3 Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan ketrampilannya. 4 Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi. Hal ini mengandung makna bahwa profesionalisme yang tinggi ditunjukkan dengan adanya upaya untuk mencapai kualitas dan cita-cita sesuai dengan program yang telah ditetapkan. 5 Memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Profesionalisme ditandai dengan kualitas derajad kebanggaan akan profesi yang dipegangnya.

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT AKUNTANSI

0 5 107

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT AKUNTANSI SISWA JURUSAN AKU

0 0 18

Hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, motivasi belajar siswa, dan fasilitas belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus SMA GAMA Yogyakarta.

1 11 179

Hubungan antara persepsi siswa terhadap profesionalisme guru, kedisiplinan dan motivasi belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus SMA BOPKRI II Yogyakarta.

0 0 144

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

0 0 153

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, DISIPLIN BELAJAR, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

0 0 186

HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR AKUNTANSI, KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PROFESIONALISME GURU AKUNTANSI DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI Studi Kasus Pada SMA N 1 Semin, Gunungkidul SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

0 0 191

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR, DISIPLIN BELAJAR, DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA

0 0 160

HUBUNGAN BIMBINGAN GURU DI KELAS, MINAT BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA

0 1 114

HUBUNGAN ANTARA PERHATIAN GURU AKUNTANSI, FASILITAS BELAJAR, DAN MOTIVASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

0 3 124