Dinamika Hubungan Antara Gaya Kelekatan dengan Ekspresi Emosi Marah Konstruktif pada Remaja

33 figur lekatnya tidak dapat dipercaya dan tidak yakin figur lekatnya akan selalu memenuhi kebutuhannya. Individu dengan gaya kelekatan terpreokupasi belajar bahwa dirinya tidak mampu dan melihat bahwa orang lain lebih baik dari dirinya. Hal tersebut menyebabkan, individu dengan gaya kelekatan ini mengharapkan orang lain menerima dirinya dan cenderung menjalin hubungan dengan kedekatan yang terkadang berlebihan cenderung bergantung pada orang lain, karena mereka mengalami kecemasan dalam mengeksplorasi lingkungan Bartholomew Horowitz, 1991. Selain itu, individu dengan gaya kelekatan terpreokupasi cenderung memiliki masalah dalam fungsi psikososialnya dan cenderung memendam masalah, sehingga individu dengan gaya kelekatan ini lebih rentan mengalami depresi Baron Byrne, 2005. Di sisi lain, individu dikatakan memiliki ekspresi emosi marah konstruktif apabila dapat mengungkapkan perasaan marahnya dengan cara yang menimbulkan kelegaan dan menghasilkan penyelesaian masalah yang realistis Nay, 2007. Namun, individu dengan gaya kelekatan ini cenderung merasa dirinya tidak pantas untuk dicintai, sehingga mereka menghindari penyelesaian masalah ketika suatu hubungan menjadi buruk Cassidy Shaver, 1999. Hal tersebut menyebabkan individu dengan gaya kelekatan terpreokupasi cenderung memiliki ekspresi emosi marah yang kurang atau tidak konstruktif. Individu dengan gaya kelekatan menolak memiliki pandangan yang terlalu positif terhadap diri sendiri, tetapi memiliki pandangan negatif 34 terhadap orang lain. Hal tersebut dikarenakan, individu merasa kebutuhannya tidak terpenuhi dengan tepat dan sesuai, sehingga mereka belajar bahwa lingkungan merupakan tempat yang penuh ketidaksesuaian. Selain itu, individu dengan gaya kelekatan ini merasa dirinya lebih baik dari orang lain, sehingga ia merasa tidak nyaman memiliki hubungan dekat dengan orang lain Bartholomew Horowitz, 1991. Masalah utama individu dengan gaya kelekatan menolak adalah mereka mengharapkan orang lain lebih buruk dari dirinya Baron Byrne, 2005. Hal tersebut menyebabkan individu dengan gaya kelekatan ini cenderung mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang agresif, sehingga muncul perilaku negatif seperti perkelahian atau permusuhan Cassidy Shaver, 1999. Hal ini memungkinkan individu dengan gaya kelekatan ini cenderung memiliki ekspresi emosi marah yang kurang atau tidak konstruktif. 35 Gaya kelekatan aman Gaya kelekatan takut- menghindar Gaya kelekatan terpreokupasi Gaya kelekatan menolak Kelekatan Belajar bahwa lingkungan adalah tempat yang aman suportif Remaja Kebutuhannya terpenuhi dengan tepat dan sesuai Mengalami penolakan ketika membutuhkan Merasa tidak yakin bahwa figur lekat akan selalu memenuhi kebutuhannya Kebutuhannya tidak terpenuhi dengan tepat dan sesuai Belajar bahwa lingkungan adalah tempat yang tidak aman dan penuh penolakan Belajar bahwa dirinya tidak mampu dan orang lain lebih baik dari dirinya Belajar bahwa lingkungan adalah tempat yang penuh ketidaksesuaian Lebih stabil dan siap dalam menghadapi situasi tak terduga Cemas ketika menghadapi dunia luar dengan situasi yang tak terduga Cenderung bergantung kepada orang lain dan cemas untuk mengeksplorasi lingkungan Merasa dirinya lebih baik dari orang lain Ekspresi emosi konstruktif Ekspresi emosi kurang atau tidak konstruktif Ekspresi emosi kurang atau tidak konstruktif Ekspresi emosi kurang atau tidak konstruktif 36

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan peneliti adalah : 1. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara gaya kelekatan aman secure attachment dengan ekspresi emosi marah yang konstruktif. Semakin kuat gaya kelekatan aman, maka semakin tinggi ekspresi emosi marah yang konstruktif pada remaja. 2. Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara gaya kelekatan takut- menghindar fearful attachment dengan ekspresi emosi marah yang konstruktif. Semakin kuat gaya kelekatan takut-menghindar, maka semakin rendah ekspresi emosi marah yang konstruktif pada remaja. 3. Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara gaya kelekatan terpreokupasi pre-occupied attachment dengan ekspresi emosi marah yang konstruktif. Semakin kuat gaya kelekatan terpreokupasi, maka semakin rendah ekspresi emosi marah yang konstruktif pada remaja. 4. Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara gaya kelekatan menolak dismissing attachment dengan ekspresi emosi marah yang konstruktif. Semakin kuat gaya kelekatan menolak, maka semakin rendah ekspresi emosi marah yang konstruktif pada remaja. 37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif Korelasional dengan metode survei yang bertujuan untuk menguji teori yang menghubungkan variabel bebas dengan variabel tergantung Creswell, 2012. Metode survei merupakan cara pengambilan sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data Prasetyo Jannah, 2008. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai metode pengambilan data,yaitu suatu teknik pengumpulan data yang memungkinkan peneliti untuk menganalisis sikap, keyakinan, atau perilaku sampel dalam suatu populasi Siregar, 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara gaya kelekatan remaja dengan orang tua dan ekspresi emosi marah pada remaja.

B. Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki dua variabel yang akan diteliti, yaitu : Variabel Bebas : Gaya kelekatan 1. Gaya kelekatan aman 2. Gaya kelekatan takut-menghindar 3. Gaya kelekatan terpreokupasi 38 4. Gaya kelekatan menolak Variabel tergantung : Ekspresi emosi marah

C. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini meliputi definisi dari kelekatan dan ekspresi emosi marah. Definisinya sebagai berikut :

1. Gaya Kelekatan

Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang bertahan lama, bahkan seumur hidup, antara individu dengan figur lekatnya yang menciptakan rasa aman pada individu tersebut. Gaya kelekatan diukur kecenderungan seseorang dengan orang lain, melalui pandangan terhadap diri sendiri dan orang lain positif atau negatif. Kecenderungan ini dilihat melalui skor total pada skala gaya kelekatan dari Pratama 2014 yang diukur berdasarkan 4 model gaya kelekatan menurut Bartholomew dan Horowitz 1991, yaitu : a. Gaya kelekatan aman diukur melalui skor pada skala gaya kelekatan yang mengungkap pandangan yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain. b. Gaya kelekatan takut-menghindar diukur melalui skor pada skala gaya kelekatan yang mengungkap pandangan yang negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. 39 c. Gaya kelekatan terpreokupasi diukur melalui skor pada skala gaya kelekatan yang mengungkap pandangan yang negatif terhadap diri sendiri, tetapi positif terhadap orang lain. d. Gaya kelekatan menolak diukur melalui skor pada skala gaya kelekatan yang mengungkap pandangan yang terlalu positif terhadap diri sendiri, tetapi negatif terhadap orang lain.

2. Ekspresi Emosi Marah Konstruktif

Ekspresi emosi marah konstruktif adalah suatu pengekspresian emosi marah melalui cara-cara yang rasional, sehingga dapat mencapai suatu penyelesaian yang realistis. Ekspresi emosi marah yang konstruktif yang diukur melalui skor pada skala ekspresi emosi marah yang mengungkap adanya pendefinisian perasaan dan masalah, pengontrolan perilaku emosi marah agar tidak menyakiti diri sendiri, pengontrolan emosi marah agar tidak menyakiti orang lain, kesediaan untuk mendengarkan pendapat orang lain, dan kemampuan untuk melihat alternatif solusi. Ekspresi emosi marah konstruktif diukur melalui skor total dari skala Ekspresi Emosi Marah yang disusun oleh peneliti. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin kuat ekspresi emosi marah konstruktif pada subjek. 40

D. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini merupakan remaja berusia 13 sampai 20 tahun. Pemilihan subjek dilakukan dengan cara Non-random Sampling. Teknik tersebut merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan tanpa memberi peluang kesempatan sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel Sugiyono, 2013. Selain itu, penelitian ini memilih remaja sebagai subjek karena masa remaja dikatakan sebagai masa storm and stress yang merujuk pada kemarahan disertai sifat yang meledak-ledak, serta faktor-faktor emosi dan fisik yang dapat mengganggu fungsi normal pada remaja Hurlock, 1973. Salah satu tugas perkembangan remaja yang penting adalah kemandirian emosional, sehingga remaja diharapkan mampu mengelola emosinya Hurlock, 1973. Hal tersebut dikarenakan masa remaja sebagai masa menuju kedewasaan dan remaja diharapkan mampu memiliki emosi yang stabil, sehingga dapat mempersiapkan mereka dalam menghadapi stres dan fluktuasi emosional secara lebih efektif Santrock, 2007. Di sisi lain, emosi marah di usia remaja merupakan emosi yang rentan menimbulkan konflik Ekman, 2003, tetapi remaja juga memiliki pilihan untuk mengekspresikan emosi marah yang dapat menimbulkan kelegaan tanpa menyakiti diri sendiri dan orang lain ekspresi emosi marah konstruktif Nay, 2007.