8
sudut bahasa Indonesia dan bahasa Arab; serta penegasan terhadap teori yang digunakan dalam skripsi.
BAB III Tafsir Al-quran karya Mahmud Yunus. Dalam bab ini akan berisi mengenai sekilas biografi Prof. Dr. H. Mahmud Yunus serta deskripsi Tafsir Al-
quran terjemahan. BAB IV merupakan pokok penelitian yang akan menganalisis dengan
didahului temuan serta diikuti analisis kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi dalam terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim pada surat al-
Baqarah. BAB V penutup. Pada bagian ini, ada hal yang perlu dikemukakan yaitu
kesimpulan.
9
BAB II KERANGKA TEORI
A. JENIS-JENIS KALIMAT DAN PENGERTIANNYA
Berdasarkan fungsi sintaksis, kalimat dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu 1 berdasarkan jumlah subjek dan predikatnya jumlah
klausanya, kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk;
2 berdasarkan
kelengkapan fungsi
sintaksisnya, kalimat
diklasifikasikan menjadi kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap; 3 berdasarkan susunan fungsi sintaksisnya, kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat
biasa, kalimat inverse dan kalimat permutasi.
10
1. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Subjek Jumlah Klausanya
Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
a
Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, kalimat ini hanya mempunyai satu subjek dan satu predikat.Perhatikan
contoh berikut dan bandingkan kalimat 1 dan 2.
1 Separuh pesisir Pulau Bangka rusak karena aktivitas kapal pasir timah.
S P K
2 Pabrik Es Saripetejo bisa menjadi industri bersejarah karena
S P
Pel
10
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan. Sintaksis Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi, Jakarta: Bumi Aksra, 2014, h. 164-165
10
bangunannya menjadi penanda kawasan industridi Solo pada awal abad S P Pel
Ket ke-20.
Kalimat 1 merupakan kalimat tunggal hanya karena memiliki satu subjek dan satu redikatsatu klausa, sedangkan kalimat 2
merupakan kalimat majemuk karena memiliki dua subjek dan dua predikat dua klausa.
2. Jenis Kalimat Berdasarkan Kelengkapan Fungsi Sintaksisnya
Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap.:
a Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap, terdiri
atas unsur S dan P, bahkan unsur O, Pel dan K jika predikat menghendaki kehadirannya. Kalimat ini disebut kalimat mayor atau kalimat berklausa.
b Kalimat tak lengkap adalah kalimat yang terdiri atas klausa tak lengkap,
yaitu terdiri dari S saja, P saja, O saja, atau Ket saja. Yang termasuk ke dalam jenis kalimat tak lengkap adalah kalimat elips, kalimat sampingan,
kalimat urutan, dan kalimat minor. Kalimat elips adalah kalimat tak lengkap yang terjadi karena pelesapan
beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari kalimat tunggal.
11
Contoh: 3
Menonton hewan di layar kaca Kalimat sampingan adalah kalimat tak lengkap yang terjadi dari
klausatak lengkap dan diturunkan dari kalimat majemuk bertingkat. Contoh:
11
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi, Jakarta: Bumi Aksra, 2014, h. 167
11
4 Karena sangat sepi
Kalimat urutan adalah kalimat berklausa lengkap, namun mengandung konjungsi yang menunjukkan bahwa kalimat itu merupakan
bagian dari kalimat. Contoh: 5
Setelah itu, tak ada lagi berita tentang demonstrasi. Kalimat minor adalah kalimat tak lengkap yang memiliki intonasi
final.Jenis kalimat ini ada yang berstruktur klausa dan ada yang tidak. Yang termasuk kalimat minor panggilan, salam, ucapan, seruan, judul,
moto, inskripsi, dan ungkapan khusus larangan, peringatan, permintaan, anjuran, harapan, perintah, dan pernyataan.
3. Jenis Kalimat yang Berdasarkan Susunan Fungsi Sintaksisnya
Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat biasa, kalimat inverse dan kalimat permutasi.
1 Kalimat biasa adalah kalimat yang tersusun sesuai dengan pola dasar
kalimat bahasa Indonesia, yaitu S-P-O- Pel-K atau S mendahului P.
2 Kalimat inversi adalah kalimat yang mengharuskan predikat mendahului
subjek berpola P-S. kalimat ini mensyaratkan subjek tak definit contoh1.
12
Jika S pada kalimat tersebut diubah menjadi S definit, kalimat itu menjadi
tidak berterima contoh 2. Contoh:
6 Ada masalah dalam tubuh partai.
P S 7
Ada masalah tersebut dalam tubuh partai. P S definit
12
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi, Jakarta: Bumi Aksra, 2014, h. 169
12
Biasanya, pola S-P menjadi berterima jika subjeknya diubah menjadi definit, tetapi maknanya tentu sudah berbeda. Contoh:
8 Masalah tersebut ada dalam tubuh partai.
S P 3
Kalimat permutasi adalah kalimat yang berpola terbalik, yaitu P-S, atau P- O-S. Berbeda dengan inverse, permutasi tidak mengharuskan urutan P-S,
tetapi hanyalah merupakan salah satu gaya yang dapat dipilih dari urutan yang baku. Biasanya, permutasi dilakukan karena ada unsur kalimat yang
ingin difokuskan maknanya.
13
Contoh: 9
Tak perlu datang dia → Dia tak perlu datang P S S
P B.
KALIMAT MAJEMUK KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF SERTA JENISNYA MASING-MASING
1. Kalimat Majemuk Koordinatif
Kalimat majemuk koordinatif setara adalah kalimat majemuk yang dibangun atas dua kalimat tunggal.
14
Bila hubungan antara kedua pola kalimat itu sederajat maka terdapatlah kalimat majemuk yang
setara.
15
Kalimat majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang
sederajat. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk koodinatif secara eksplisit dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, seperti dan, atau,
tetapi, dan lalu: namun, tak jarang hubungan itu hanya secara implisit,
13
Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi, Jakarta: Bumi Aksra, 2014, h. 170
14
Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2013, h. 74
15
Gorys Keraf. Tatabahasa Indonesia, Jakarta: Nusa Indah, 1984, h. 168