KARIR MAHMUD YUNUS DALAM PENDIDIKAN

53 Dengan berbagai ilmu yang telah diserap oleh akal pikirannya, pada bulan Ramadan tahun 1354 H Desember 1935 beliau mulai kembali menerjemahkan Al-quran serta tafsir ayat-ayatnya yang penting yang kemudian beliau beri nama : Tafsir Al-quranul Karim. Dengan susah payah di terbitkan tafsir tersebut berjuz 2 tiap 2 bulan. Sedang menerjemahkan juz 7 sampai dengan 18 dibantu oleh almarhum H.M. Bakry. Pada bulan April 1938 tamatlah 30 juz dengan pertolongan Alah swt. dan disiarkan di seluruh Indonesia. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1950, dengan petunjuk menteri Agama Almarhum Wahid Hasyim, salah seorang penerbit Indonesia Tafsir Alquran Karim itu dengan mendapatkan fasilitas kertas dari Menteri Agama dan di cetak sebanyak 200.000 aksemplar. Lalu di tunjuk percetakan bangsa Indonesia untuk mencetaknya. Kabarnya ada bantuan dari Ulama Yogyakarta, supaya di stop mencetak Tafsir Quran Karim itu. Bantahan itu dikirimnya kepada Maeteri Agama RI tetapi saya tidak menerima bantuan. Boleh jadi karena bantahan itu karena sebab-sebab yang lain, yang empunya percetakan tidak mau meneruskan mencetak tafsir Quran Karim itu, padahal telah dimulainya mencetak beberapa halaman banyaknya. Akhirnya diambil alih oleh M. Baharata Direktur percetakan Al- Ma‟arif Bandung. Lalu ia dicetak dan di terbitkan sebanyak 200.000 aksemplar dan dijualnya dengan harga Rp. 21 per eksemplar. Pada tahun 1953 seorang Ulama dari Jatinegara membantah pula, bantahan itu dikirinya kepada Presiden RI dan Menteri Agama. Salinannya disampaikan kepada Mahmud Yunus oleh Menteri Agama, lalu Mahmud Yunus balas suratnya 54 itu dengan lebar panjang. Tembusannya M. Yunus kirimkan kepada Presiden RI dan Menteri Agama. Akhirnya beliau tidak berkutik lagi, hanya diam. Kemudian setelah habis cetakan itu, Mahmud yunus bersama istri Darisah binti Ibrahim meneruskan menerbitkan tafsir Quran Karim itu. Lalu mereka terbitkan beberapa kali tanpa ada perubahan yang besar. Hanya ada perubahan sedikit demi sedikit.