51
D. KARIR MAHMUD YUNUS DALAM PENDIDIKAN
Diantara karir kependidikan Mahmud Yunus ialah sebagai berikut:
66
Memimpin al- Jami‟ah al-Islamiyyah di Sunggayang
Mahmud Yunus sekembalinya dari Mesir, ia kemudian mendirikan dua pendidikan Islam pada tahun 1931 yang salah satunya adalah al-
Jami‟ah al- Islamiyyah di Sunggayang. Namun sanagat disayangkan al-
Jami‟ah al-Islamiyyah gulung tikar pada tahun 1933 karena kekurangan tenaga pengajar.
Memimpin Normal Islam di Padang Normal Islam Kulliyyatul Mu‟allimin al_Islamiyyah didirikan di Padang oleh
Mahmud Yunus bersama kerabatnya yang bergabung Persatuan Guru-Guru Agama Islam PGAI pada bulan April 1931. Madrasah ini dimaksudkan untuk
mendidik calon guru.
Memimpin Sekolah Islam Tinggi SIT di Padang
Mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama ADIA dan sekaligus menjadi dekannya 1957-1960
Pada tahun 1960, ADIA dilebur dengan Perguruan Tinggi Agama Islam PTAIN dan namanya berubah menjadi Institut Agama Islam Negeri IAIN yang kini
menjadi Universitas Islam Negeri UIN Yogyakarta.
66
Herry Muhammad, dkk 2006, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 87-91
52
Mendirikan dan Memimpin Sekolah Menengah Islam SMI di Bukittinggi
Tahun 1960, diangkat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Memimpin IAIN Imam Bonjol di Padang
Pada 20 nevember 1966, IAIN Imam Bonjol berdiri di Padang, Sumater Barat dan Mahmud Yunus diangkat menjadi Rektor sampai pension pada tahun 1970.
E. SEJARAH MAHMUD YUNUS DALAM MENERJEMAHKAN AL- QURAN
Tafsir Alquran al-Karim karangan Mahmud Yunus ini awalnya di terjemahkan pada tahun 1992 kemudian di terbitkan tiga juz dengan huruf Arab-
Melayu. Pada masa itu umumnya Ulama mengatakan haram untuk menerjemahkan Alquran namun, bantahan dari Ulama tersebut tidak beliau
perdulikan dan beliaupun tetap menerjemahkan Al-quran al-Karim tersebut.
67
Kemudian beliau berhenti menerjemahkan Al-quran, karena beliau lebih memilih untuk melanjutkan ilmu pengetahuannya di Mesir Th 1924 di berbagai
tempat hingga akhirnya di Darul Ulum. Beliau menerima pelajaran dari Syekh Darul Ulum, bahwa menerjemahkan Al-quran itu hukumnya mubah, bahkan
dianjurkan atau hukumnya fardu kifayah, untuk menyampaikan dakwah Islamiyah kepada bangsa asing yang tidak mengetahui bahasa Arab.
67
Mahmud Yunus. Tafsir al- Qur‟an al-Karim, Jakarta: Hidakarya Agung,1969, hal. III
Pendahuluan
53
Dengan berbagai ilmu yang telah diserap oleh akal pikirannya, pada bulan Ramadan tahun 1354 H Desember 1935 beliau mulai kembali menerjemahkan
Al-quran serta tafsir ayat-ayatnya yang penting yang kemudian beliau beri nama : Tafsir Al-quranul Karim. Dengan susah payah di terbitkan tafsir tersebut berjuz 2
tiap 2 bulan. Sedang menerjemahkan juz 7 sampai dengan 18 dibantu oleh almarhum H.M. Bakry. Pada bulan April 1938 tamatlah 30 juz dengan
pertolongan Alah swt. dan disiarkan di seluruh Indonesia. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1950, dengan petunjuk menteri Agama
Almarhum Wahid Hasyim, salah seorang penerbit Indonesia Tafsir Alquran Karim itu dengan mendapatkan fasilitas kertas dari Menteri Agama dan di cetak
sebanyak 200.000 aksemplar. Lalu di tunjuk percetakan bangsa Indonesia untuk mencetaknya.
Kabarnya ada bantuan dari Ulama Yogyakarta, supaya di stop mencetak Tafsir Quran Karim itu. Bantahan itu dikirimnya kepada Maeteri Agama RI tetapi
saya tidak menerima bantuan. Boleh jadi karena bantahan itu karena sebab-sebab yang lain, yang empunya percetakan tidak mau meneruskan mencetak tafsir Quran
Karim itu, padahal telah dimulainya mencetak beberapa halaman banyaknya. Akhirnya diambil alih oleh M. Baharata Direktur percetakan Al-
Ma‟arif Bandung. Lalu ia dicetak dan di terbitkan sebanyak 200.000 aksemplar dan dijualnya
dengan harga Rp. 21 per eksemplar. Pada tahun 1953 seorang Ulama dari Jatinegara membantah pula, bantahan
itu dikirinya kepada Presiden RI dan Menteri Agama. Salinannya disampaikan kepada Mahmud Yunus oleh Menteri Agama, lalu Mahmud Yunus balas suratnya