internasional, SD bertaraf inernasional, SMP bertaraf internasional itu diuji coba dulu di sekolah tersebut. Begitu di tahun 2013 itu uji cobanya merasa bagus lebih
efisien efektif maka kemudian menteri pada waktu itu M Nuh ini kemudian menyatakan bahwa di tahun 2014 seluruh sekolah secara berjenjang, kelas-
kelasnya harus melakukan kurikulum 2013 termasuk SLB. Kemudian Bapak Drs. Basrin Siregar, M.Pd, sebagai Kepala Seksi juga
menyatakan bahwa kurikulum yang digunakan ialah kurikulum 2013 yang dilangsungkan secara bertahap dimulai dari kelas1, kelas 4, kelas 7, dan kelas 10,
dan kemudian disosilasikan kepada sekolah-sekolah luar biasa termasuk Sekolah Luar Biasa-E Negeri Pembina Tingkat Provinsi Sumatera Utara yang menjadi
lokasi penelitian dikarenakan merupakan satu-satunya SLB Negeri di Kota Medan Hal tersebut juga dipertegas dengan pernyataan dari Bapak Kepala
Sekolah SLB-E Negeri PTP Sumatera Utara, Bapak Saroso, S.Pd bahwa sekolah tersebut telah melaksanakan kurikulum 2013 dari kelas 1, kelas 4, kelas 7, dan
kelas 10 Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan khusus baik pada satuan
pendidikan khusus seperti Sekolah Luar Biasa dan satuan pendidikan umum seperti Sekolah yang menerapkan inklusi saat ini sudah menjalankan kurikulum
2013.
b. Kejelasan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan baik di Dinas Pendidikan Provinsis Sumatera Utara maupun SLB-E Negeri Pembina Tingkat Provinsi
Sumatera Utara didapatkan bahwa kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan khusus adalah kurikulum 2013. Pelaksanaan kurikulum 2013 pada
pendidikan khusus tersebut dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 157 Tahun 2014 mengenai Kurikulum
Pendidikan Khusus, dimana dalam Perturan tersebut kurikulum pendidikan khusus menggunakan kurikulum 2013 yang kemudian disetarakan dengan kebutuhan
khusus peserta didik berkelainan atau berkebutuhan khusus. Seperti yang diungkapkan oleh Dra. Ibu Erni Mulatsih, M.Pd dengan
dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013, lebih
diperjelas bahwa pada pasal 8 berbunyi satuan pendidikan khusus melaksanakan Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Kemudian hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Saros, S.Pd yang menyatakan bahwa dari Perautran Menteri tersebut untuk satuan pendidikan umum
apabila masih satu semester maka dikembalikan ke kurikulum yang lama yaitu kurikulum KTSP dan apabila sudah tiga semester maka dilanjutkan memakai
kurikulum 2013, dan yang untuk satuan pendidikan khusus tetap melanjutkan kurikulum 2013 tersebut yang dilakukan secara bertahap.
Akan tetapi hal berbeda diungkapkan oleh guru-guru di SLB-E Negeri Pembina Tingkat Provins Sumatera Utara. Banyak yang beranggapan bahwa
Kurikulum 2013 ini sudah tidah digunakan lagi. Hal ini terjadi karena kurangnya memahami apa yang dimaksud dari Peraturan Menteri karena yang dimaksud dari
pembatalan pelaksanaan kurikulum ialah satuan pendidikan umum yang apabila masih satu semester, namun mereka salah menanggapinya.
Dalam hal komunikasi, para pelaksana khususnya guru harus mengetahui apa dasar dari pelaksanaan pendidikan khusus. Untuk dapat melaksanakan
pendidikan khusus dengan baik, maka dasar dari pelaksanaan seperti kebijkan- kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah haruslah dijelas dan dipahami.
Ketidakjelasan akan informasi yang diterima akan berakibat fatal dalam pelaksanaan pendidikan khusus tersebut. Dalam hal ini adalah kejelasan
pemakaian kurikulum 2013. Kurikulum yang seharusnya digunakan dalam satuan pendidikan khusus ialah kurikulum 2013 dengan dikeluarkannya Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013. Akan tetapi ini disalahpahami oleh
guru-guru yang ada di SLB-E Negeri PTP Sumatera Utara dalam pelaksanaan pendidikan khusus.
c. Konsistensi