Standar Operasional Prosedur Fragmentasi

Struktur birokrasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan suatu kebijakan. Dalam struktur birokrasi harus ada prosedur tetap bagi pelaku kebijakan dalam melaksankan kebijakannya dan adanya tanggung jawab dalam menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini struktur birokrasi memiliki dua indicator yaitu Standar Operasional Prosedur SOP dan Fragmentasi atau dengan kata lain pembagian tugas atau penyebaran wewenang.

a. Standar Operasional Prosedur

Dalam pelaksanaan pendidikan khusus, sudah adanya Standar Operasional Prosedur terbukti dengan adanya pembagian tugas baik di Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara maupun SLB-E Negeri Pembina Tingkat Provinsi Sumatera Utara. Selain itu adanya SOP atau Petunjuk Pelaksanaan izin pendirian sekolah, SOP atau Petunjuk Pelaksanaan untuk penerimaan siswa baru, atau saat mendapatkan bantuan seta kegiatan-kegiatan lainnya, maka ada SOP atau Petunjuk Pelaksanaannya. SLB-E Negeri PTP Sumatera Utara dalam pelaksanaan pendidikan khusus berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal SPM yang kemudian disesuaikan dengan kebutuhan sekolah, baik siswa maupun guru. Seperti pendapat dari Ibu Dra. Erni Mulatsih, M.Pd dan Bapak Saroso, S.Pd berkenaan dengan SOP dalam pelaksanaan pendidikan khusus bahwa sudah ada SOP seperti halnya SOP untuk pendirian SLB, SOP untuk penerimaan siswa, SOP untuk pelatihan guru, dana bantuan, dan kegiatan-kegiatan lainnya

b. Fragmentasi

Pelaksanaan pendidikan khusus berada di bawah naungan Direktorat Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus dan untuk pelaksanaan untuk daerah Kota melalui Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara. Dalam pelaksanaannya Pendidikan Khusus di Sekolah Luar Biasa Negeri Khususnya untuk Kota Medan, sudah ada pembagian tugas dari Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh Kepala Dinas dan dibantu oleh Bidang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Khusus serta dibantu juga oleh Seksi Pendidikan Luar Biasa sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 18 Tahun 2010 tentang Uraian Uraian Tugas, Fungsi dan Tatakerja Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara. Selain itu Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara juga melakukan koordinasi dengan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam mengatasi masalah kepegawaian. Dan dalam pelaksanaannya di SLB seSumatera Utara dibentuklah Pengawas untuk mengawasai jalannya pelaksanaan pendidikan khusus di SLB. Berdasarkan dari penuturan Ibu Erni maka dapat diambil kesimpulan bahwa sudah dibentuk pengawas akan tetapi belum melakukan pekerjaannya dengan maksimal dikarenakan syarat menjadi pengawas adalah sudah pernah menjabat sebagai kepala sekolah sehingga dapat membina kepala sekolah karena tugas dari pengawas ialah membina kepala sekolah. Pada SLB-E Negeri Pembina sudah adanya struktur pelaksana pendidikan dimulai dari kepala sekolah, komite sekolah, tim ahli, tata usaha, wakil-wakil kepala sekolah baik urusan kurikulum kesiswaan, sarana dan prasarana, serta humas, lalu ada coordinator setiap ketunaan, serta guru-guru. Akan tetapi pada kenyataannya, struktur pelaksana pada SLB-E Negeri Pembina belum melaksanakan tugasnya dengan baik karena menurut penuturan dari informan penelitian bahwa sarana dan prasarana belum memadai padahal itu merupakan tugas dari wakil kepala sekolah urusan sarana dan prasarana. Jadi pelaksana pendidikan khusus ini tidak hanya Sekolah yang menjalankannya tetapi juga dari tingkatan yang lebih atas yaitu dimulai dari Direktorat Pendidikan Khusus dan Layanan Pendidikan Khusus, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, pihak terkait lainnya seperti halnya Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sumatera Utara pengawas SLB serta yang mengawasi jalannya proses pendidikan khusus di SLB-SLB di Provinsi Sumatera Utara.

5.2. Deskripsi Hasil Kuisioner