Gambaran tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga di Kelurahan
menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku, mainan, dan hewan peliharaan mereka. Anak-anak bertanggung jawab
meningkatkan prakarsa, namun perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberikan kepercayaan dan sangat cemas.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa perkembangan psikososial anak usia prasekolah yang di asuh oleh pengganti ibu: keluarga adalah
perkembangan pada tahap inisiatif sebanyak 111 anak 52,4 dan pada tahap rasa bersalah sebanyak 101 anak 47,6. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar anak usia prasekolah yang di asuh oleh pengganti ibu berada pada tahap perkembangan psikososial inisiatif.
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Utami 2008 tentang pengaruh tingkat pendidikan dan tipe pola asuh orang tua terhadap
perkembangan psikososial anak prasekolah di Taman Kanak – kanak
Nganjuk. Subjek penelitian ini adalah orang tua siswa TK Aisyiyah II Nganjuk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 136 responden, 103
anak 75,7 usia prasekolah berada pada tahap perkembangan psikososial inisiatif dan anak usia prasekolah yang berada pada tahap perkembangan
rasa bersalah sebanyak 33 anak 24,3. Kesesuaian hasil antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti bisa disebabkan karena
karakteristik responden relatif sama. Pada penelitian ini didapatkan hasil anak yang berada pada tahap rasa
bersalah cukup tinggi yaitu sebanyak 101 anak 47,6. Hal ini terjadi karena pada penerapan pola asuh demokratis sebanyak 92 orang 43,4
tidak semua anak berada pada tahap perkembangan psikososial inisiatif,
tetapi ada 16 anak 17,4 berada pada tahap perkembangan psikososial rasa bersalah. Pada pola asuh otoriter sebanyak 17 anak 65,4, pola asuh
permisif 43 anak 82,7 dan pola asuh penelantar sebanyak 12 anak 85,7 yang berada pada tahap rasa bersalah.
Pola asuh yang terbanyak menghasilkan anak dengan perkembangan psikososial pada tahap rasa bersalah yaitu tipe pola asuh permisif sebanyak
43 anak 82,7. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori menurut Petranto 2006 dalam Utami 2008, pola asuh permisif diberikan oleh orang tua yang
mempunyai pengawasan yang sangat longgar. Orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang
cukup. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang
diberikan, namun orang tua seperti ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.
Penerapan tipe pola asuh permisif akan menghasilkan anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, mau menang sendiri, kurang percaya
diri dan kurang matang secara sosial. Tipe pola asuh permisif yang cenderung memberi kebebasan terhadap anak untuk berbuat apa saja sangat
tidak kondusif bagi perkembangan psikososial anak usia prasekolah. Anak tetap memerlukan arahan dari orang tua untuk mengenal mana yang benar
dan mana yang salah, dengan memberi kebebasan yang berlebihan akan membuat anak bingung dan berpotensi salah arah sehingga menimbulkan
perasaan salah pada anak usia prasekolah.
Perkembangan psikososial anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tipe kelompok Akbar, 2011. Tipe kelompok dalam
hal ini adalah kelompok sosial yang dibagi menjadi beberapa tingkatan hubungan dan bergantung pada keefektifan hubungan tersebut meliputi,
primer keluarga yang memiliki peran terbesar dalam perkembangan psikososial anak dalam memberikan pola asuh, sekunder kelompok
bermain, dan tersier hubungan antar anak-anak dalam bis dan kereta. Kelompok primerlah yang memiliki peran terbesar dalam perkembangan
psikososial anak. Perkembangan inisiatif anak diperoleh dengan cara mengkaji
lingkungan melalui kemampuan inderanya. Anak mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada di sekelilingnya.
Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak
tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak dicapai.