Hubungan Tipe Pola Asuh Pengganti Ibu: Keluarga Terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah Di Kelurahan Sukalarang Kabupaten Sukabumi

(1)

ANAK USIA PRASEKOLAH DI KECAMATAN

SUKALARANG

KABUPATEN SUKABUMI

Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

Sopiah

108104000022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

iv Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Sopiah

NIM : 108104000022 Mahasiswa Program : Ilmu Keperawatan Tahun akademik : 2008

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang berjudul:

HUBUNGAN TIPE POLA ASUH PENGGANTI IBU: KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH DI KECAMATAN SUKALARANG KABUPATEN SUKABUMI

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, Januari 2013


(6)

v

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Januari 2013

Sopiah, NIM: 108104000022

Hubungan Tipe Pola Asuh Pengganti Ibu: Keluarga Terhadap

Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah Di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi

xi, 72 hal, 12 tabel, 2 gambar, 6 lamp

ABSTRAK

Pola asuh merupakan interaksi timbal balik antara orang tua dan anak, menimbulkan keakraban yang dapat meningkatkan perkembangan psikososial anak prasekolah. Perkembangan psikososial adalah tahap perkembangan saat anak memasuki fase inisiatif versus rasa bersalah. Pada tahap ini tugas yang harus diselesaikan anak adalah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak melakukan kesalahan. Banyaknya jumlah tenaga kerja wanita yang bekerja di luar negeri demi memenuhi tuntutan hidup dan meninggalkan anaknya pada usia prasekolah yang diasuh oleh orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga dengan perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada 212 orang pengasuh di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi pada bulan Desember 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43,4% tipe pola asuh yang diterapkan adalah demokratis dan 52,4% anak berada pada tahap perkembangan psikososial inisiatif. Hasil uji statistik menggunakan uji chi square dengan α=0,05 diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan anatara tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi (p value=0,000). Hasil penelitian ini memperkuat konsep tentang dampak pola asuh terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah, sehingga pengasuh perlu lebih banyak menggali informasi tentang pola asuh yang tepat untuk diterapkan kepada anak agar perkembangan anak menjadi optimal.

Kata kunci: tipe pola asuh, perkembangan psikososial Daftar Bacaan: 30 (1999-2012)


(7)

vi SCHOOL OF NURSING

ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduates Thesis, January 2013 Sopiah, NIM: 108104000022

Relationship of parenting style of Surrogate Mother : Family to Psychosocial Development of Preschool Children in Sukalarang Village, Sukabumi.

xi, 72 pages, 12 table, 2 scheme, 6 attachment

ABSTRACT

Parenting is a trun interaction between parents and children, so that there is an intimation that can increase psychosocial development of preschool children. Psychosocial development is the development stage the children starts to get in the initiative stage versus guilty feeling. In this stage that developmental task of children is how to learn of having an idea without making a lot of mistakes. The large of female workers who work abroad to meet demands of life and leave her son at preschool are cared for by someone else. This research has a purpose to know the relationship between parenting style of surrogate mother: family with psychosocial development of preschool children in Sukalarang village, Sukabumi city. Research metode was quantitative by using the cross sectional

approach with 212 caretaker in Sukalarang village, Sukabumi in Desember 2012. This research result show that 43,4% of parenting style that used was democratic, and 52,4% of children in the stage of initiative psychosocial development .The statistic test result used chi square test, by a=0,05 had a result that there was a significant correlation between parenting style of surrogate mother: family to the psychosocial development of preschool in Sukalarang village, Sukabumi city (p value =0,000). The result of this research is confirm the concept about the influence of parenting style to psychosocial development of children preschool ages. So that the caretaker need to more looking for information about the right parenting style which is used to the children so the children development could be optimal.

Key Word: Parenting Style, Psychosocial Development Reading List: 30 (1999-2012)


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Tipe Pola Asuh Pengganti Ibu: Keluarga Terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah Di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi .

Skripsi ini tentunya tidak akan selesai, tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. (hc). M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kp, M.KM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan selama proses perkuliahan.

3. Ibu Rita Yuliani, S.Kp. M.Si selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan kepada penyusun.

4. Ibu Ns. Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan kepada penyusun.

5. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hiyatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan bantuannya.

6. Papa dan mama tercinta (H. Idris dan Rukmawati) yang selalu memberikan kasih sayang yang tiada henti, doa disetiap langkah anaknya, dan pengorbanan yang luar biasa serta tulus.


(9)

viii

8. Teman-teman PSIK 2008 yang telah memberikan masukan dan semangat kepada penyusun.

9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan laporan penelitian ini.

Penyusun menyadari dalam pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan penyusun khususnya.

Wasalamu’alaikum wr.wb

Ciputat, Januari 2013 Penyusun


(10)

ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sopiah

Tempat, Tgl. Lahir : Bogor, 28 Juli 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Status : Belum Menikah

Alamat : Janlapa C.i no:08 Desa Sukasari Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor 16350

No. Telp : 085810240890

Email : Sopiah_28@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1995-1996 : TK Menara Rumpin Bogor 1996-2002 : SDN 02 Sukasari Rumpin Bogor 2002-2005 : Mts An-Najah Rumpin Bogor 2005-2008 : MA An-Najah Rumpin Bogor

2008-2013 : S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-sekarang : Program Profesi Ners Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi :

2003 – 2005 : Anggota OSIS Mts An-najah Rumpin Bogor 2006 – 2007 : Anggota OSIS MA An-najah Rumpin Bogor 2007 – 2008 : Bendahara OSIS MA An-najah Rumpin Bogor 2007 – 2008 : IP3MA (Ikatan Pelajar Pondok Pesantren Modern

An-najah)


(11)

x

Lembar Persetujuan ... .i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar pernyataan ... iv

Abstrak ... .v

Abstract ... .vi

Kata Pengantar ... .vii

Daftar Riwayat Hidup ... .ix

Daftar Isi ... .x

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar dan Bagan ...xv

Daftar Lampiran ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pertanyaan Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7


(12)

xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Pertumbuhan dan Perkembangan ... 9

1. Pertumbuhan ... 9

2. Perkembangan ... 12

B. Perkembangan Psikososial ... 16

1. Definisi ... 16

2. Karakteristik ... 16

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 19

C. Pola Asuh ... 21

1. Definisi ... 21

2. Peran keluarga ... 22

3. Tipe pola asuh ... 25

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 29

D. Kerangka Teori ... 32

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 33

A. Kerangka Konsep ... 33

B. Hipotesis ... 34

C. Definisi Operasional ... 35

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Desain Penelitian ... 37

B. Lokasi dan waktu penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel penelitian ... 37

1. Populasi ... 37


(13)

xii

D. Instrumen Penelitian ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 44

F. Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 45

1. Uji validitas... 45

2. Uji reliabilitas ... 47

G. Pengolahan Data... 48

H. Analisis Data ... 49

I. Etika Penelitian ... 50

BAB V HASIL PENELITIAN ... 52

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 52

B. Karakteristik Responden ... 53

1. Usia ... 53

2. Jenis Kelamin ... 54

3. Hubungan pengasuh dengan anak ... 54

4. Pendidikan terakhir ... 55

5. Agama ... 55

6. jumlah anak yang dimiliki ... 56

7. Usia anak ... 56

8. Jenis kelamin anak ... 57

C. Analisa Univariat ... 57

1. Tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga ... 57


(14)

xiii

D. Analisa Bivariat ... 58

BAB VI PEMBAHASAN ... 61

A. Analisa Univariat ... 61

1. Gambaran tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga ... 61

2. Gambaran perkembangan psikososial anak usia prasekolah ... 65

B. Analisa Bivariat ... 68

C. Keterbatasan Peneliti ... 71

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

1. Tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga ... 73

2. Perkembangan psikososial anak usia prasekolah ... 73

3. Hubungan tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah ... 73

B. Saran ... 74

1. Bagi pengasuh ... 74

2. Bagi institusi kesehatan ... 74

3. Bagi peneliti lain ... 75 DAFTAR PUSTAKA


(15)

xiv

2. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Usia ... 53 3. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54 4. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Hubungan

Pengasuh Dengan Anak ... 54 5. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Pendidikan

Terakhir ... 55 6. Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Agama ... 55 7. Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Anak Yang

Dimiliki Pengasuh ... 56 8. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Usia Prasekolah ... 56 9. Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Anak yang diasuh Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 57 10. Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Tipe pola Asuh Pengganti ibu: Keluarga di

Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi Tahun 2012 ... 57 11. Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Perkembangan Psikososial Anak Usia

Prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi Tahun 2012 ... 58 12. Tabel 5.11 Hubungan Antara Tipe Pola Asuh Pengganti ibu: Keluarga

Dengan Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi Tahun 2012 ... 59


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

1. Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 32 2. Bagan 3.1 Kerangka Konsep ... 33


(17)

xvi Sukalarang Kota Sukabumi

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 Lembar Kuesioner

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Anak merupakan makhluk yang membutuhkan perhatian, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Anak juga merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah keluarga. Pada lingkungan ini anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Keluarga juga mengajarkan anak bertingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama (Hastuti, 2012).

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orang tua. Pola asuh merupakan suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan masyarakat pada umumnya. Segala model pola asuh yang diterapkan akan membentuk suatu kepribadian yang berbeda-beda sesuai dengan yang telah diajarkan oleh orang tua, oleh karena itu diperlukan cara yang tepat untuk mengasuh anak sehingga terbentuklah suatu kepribadian anak yang diharapkan (Soetjiningsih, 2004).

Menurut Baumrind (1971 dalam Santrock, 2011) pola asuh orang tua terbagi menjadi beberapa macam, yaitu pola asuh demokratis, otoriter, permisif dan penelantar. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai


(19)

hubungan baik dengan teman dan koperatif terhadap orang lain. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif dan menarik diri. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak yang agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak yang memiliki harga diri rendah, cenderung tidak kompeten secara sosial, kurang mandiri dan terasing dari keluarga. Adapun pola asuh tersebut juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti status ekonomi, lingkungan sosial, pendidikan dan usia orang tua.

Berbagai model pola asuh orang tua melibatkan peran ayah dan ibu. Tujuan pola asuh yang diterapkan orang tua merupakan suatu bentuk kasih sayang. Bentuk kasih sayang yang sering diberikan kepada anak antara lain sentuhan, ciuman, dan belaian. Sikap ibu dalam mengasuh anak merupakan pancaran kasih sayang, sehingga keluarga merupakan dasar pembentukan perilaku anak serta pengalaman anak dalam bersosialisasi di masyarakat dan lingkungan (Ahmadi, 1999). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Baumrind (1971 dalam Santrock, 2011) menunjukkan bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis lebih mendukung perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan tanggung jawab. Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter akan merugikan anak, karena anak menjadi tidak mandiri, kurang tanggung jawab serta agresif, sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh penelantar mengakibatkan anak kurang mampu dalam menyesuaikan diri di luar rumah (Utami, 2008).


(20)

3

Peran orang tua dalam tumbuh kembang anak sangat komplek. Peran ibu utamanya adalah mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan mungkin mencari penghasilan tambahan dalam keluarga (Efendy, 2001). Adanya kebutuhan perekonomian keluarga yang meningkat, sehingga seorang ibu dituntut untuk membantu mencari tambahan penghasilan keluarganya. Ibu bekerja di Indonesia masih diuntungkan dengan kehadiran pengasuh dari anggota keluarga, sehingga ibu bekerja sering menitipkan anaknya kepada bibi atau nenek atau saudara lain, yang belum diketahui sejauh mana kemampuan mereka dalam memfasilitasi tumbuh kembang anak balita. Tugas dari orang tua untuk mencarikan figur seseorang yang tepat agar anak dapat menjalani proses tumbuh kembang anak seoptimal mungkin (Singgih, 2000).

Perkembangan social anak pada usia prasekolah sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan social pada tahap ini adalah anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sosial.Secara bertahap anak sudah mulai tunduk pada peraturan, menyadari hak atau kepentingan orang lain, dan dapat bermain bersama teman sebayanya (Yusuf, 2004).

Menurut Erikson (1968 dalam Santrock, 2011) pada usia 3-6 tahun anak memasuki tahap perkembangan psikososial initiative (inisiatif) dan

guilt (rasa bersalah). Pada masa ini, terjadi perkembangan fisik, intelektual serta rasa percaya diri untuk melakukan sesuatu, sehingga anak menjadi lebih mampu mengontrol tubuhnya. Anak mulai memahami bahwa orang


(21)

lain memiliki perbedaan dengan dirinya, baik menyangkut persepsi maupun motivasi (keinginan), dan mereka menyukai kemampuan dirinya untuk melakukan sesuatu. Pada tahap inisiatif, anak sudah siap dan berkeinginan untuk belajar dan bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuannya (Yusuf, 2004).

Bermacam-macam penelitian tentang penerapan pola asuh terhadap perkembangan anak telah dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Utami (2008) tentang pengaruh tingkat pendidikan dan tipe pola asuh orang tua terhadap perkembangan psikososial anak prasekolah di Taman Kanak – kanak Aisyiyah II Nganjuk. Subjek penelitian ini adalah orang tuasiswa TK Aisyiyah II Nganjuk sebanyak 136 responden. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh tipe pola asuh terhadap perkembangan psikososial anak prasekolah. Semakin baik tipe pola asuh yang diterapkan responden kepada anaknya maka semakin baik (inisiatif) perkembangan psikososial anak prasekolah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa responden yang menerapkan tipe pola asuh demokratis cenderung memiliki anak dengan perkembangan psikososial inisiatif dibandingkan dengan orang tua yang menerapkan tipe pola asuh otoriter, permisif dan penelantar.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Spitz (1945 dalam Tejalaksana, 2011) terhadap perkembangan anak-anak panti asuhan, ditemukan adanya regresi secara emosi dan psikologis pada diri anak-anak yang terpisah dari pertalian hubungan dengan orang tua (khususnya ibu) pada masa awal hidupnya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kroll (1955 dalam Tejalaksana, 2011) yang membuktikan signifikansi kehadiran orang


(22)

5

tua (khususnya ibu) pada pertumbuhan di masa awal kanak-kanak dan peran orang tua pengganti (pengasuh) tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan anak-anak. Kekuatan ikatan batin dan emosi orang tua dan anak adalah ikatan hubungan natural yang paling kuat dibanding dengan ikatan hubungan lainnya. Penelitian diatas menunjukkan bahwa orang tua memegang peranan penting dalam pengasuhan anak.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Penanggulangan Bencana Kota Sukabumi tercatat bahwa jumlah pencari kerja yang terdaftar pada tahun 2010 mencapai 8.699 orang, yang terdiri dari 4.129 pencari kerja laki-laki dan 4.570 perempuan. Pencari kerja yang berhasil ditempatkan sebanyak 2.014 orang.Sisanya tenaga kerja yang lain tidak dapatdiserap pada lapangan kerja dalam negeri. Pada akhirnya banyak wanita yang bekerja sebagai tenaga kerja di luar negeri yang dianggap usaha paling mudah untuk mendapatkan uang meskipun kadang banyak resiko yang diterima. Menurut Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI, 2011), Sukabumi merupakan Kabupaten dengan jumlah tenaga kerja wanita terbanyak kedua di Propinsi Jawa Barat. Terdapat sekitar 1988 jumlah TKW yang tercatat dalam Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi (BPS, 2010).

Berdasarkan fenomena yang terjadi di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi, terdapat sekitar 372 Ibu yang meninggalkan anaknya untuk bekerja di luar negeri dalam jangka waktu yang lama. Selama bekerja di luar negeri anak dititipkan dan diasuh oleh keluarga seperti nenek dan bibi. Sebagian besar anak diasuh oleh nenek, mereka terlihat kurang


(23)

mendapatkan perhatian dari pengasuh karena pengasuh mempunyai kesibukan lain yang harus dikerjakan. Anak bermain kemanapun sesuka hati tanpa ada yang mengawasi atau melarang. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Tipe Pola Asuh Pengganti ibu: Keluarga terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia 3-6 Tahun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang menunjukkan banyaknya jumlah tenaga kerja wanita yang bekerja di luar negeri demi memenuhi tuntutan hidupdan meninggalkan anaknya pada usia prasekolah yang diasuh oleh orang lain, sehingga anak kurang mendapatkan perhatian (dalam bermain kemanapun sesuka hati dan tidak ada yang melarang), maka masalah yang dapat dirumuskan adalah Hubungan Pola Asuh Pengganti ibu: Keluarga terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah di KelurahanSukalarang KotaSukabumi.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi?

2. Bagaimana perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi?

3. Bagaimana hubungan tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi?


(24)

7

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungantipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi.

2. Tujuan Khusus

a. Mendapatkan gambaran tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi.

b. Mendapatkan gambaran perkembangan psikososial anak prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi.

c. Mengetahui hubungan tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi.

E.Manfaat Penelitian 1. Bagi Perawat

Sebagai informasi bagi perawat dalam mengkaji perkembangan psikososial anak usia prasekolah yang diasuh oleh pengganti ibu: keluarga.

2. Bagi Peneliti

Menerapkan konsep dan teori tentang pola asuh juga perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah.


(25)

3. Bagi Masyarakat

Pengasuh mengetahui tipe pola asuh yang tepat untuk diterapkan dalam mengasuh anak sehingga tugas perkembangan anak dapat dicapai dengan optimal.

4. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah keragaman ilmu pengetahuan dan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah untuk mengetahui Hubungan Tipe Pola Asuh Pengganti ibu: Keluarga Terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi pada Bulan Desember 2012. Subjek yang diteliti adalah pengganti ibu: keluarga yang mengasuh anak usia prasekolah dengan menggunakan desain studi korelasional dan metode kuantitatif. Metode pengambilan data secara primer, yaitu pengambilan data secara langsung melalui wawancara dan pengisian angket.


(26)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Pertumbuhan

Ada beberapa definisi pertumbuhan menurut para ahli, diantaranya menurut Hurlock (1990), growth (pertumbuhan) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Wong (2002) mengemukakan bahwa, pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri dan mensintesis protein baru yang menghasilkan peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian bagian sel.

Pertumbuhan adalah ukuran dan bentuk tumbuh atau anggota tubuh, misalnya bertambah berat badan, bertambah tinggi badan, bertambah lingkar kepala, bertambah lingkar lengan, tumbuh gigi susu, dan perubahan tubuh yang lainnya (Susanto, 2011). Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam aspek fisik akibat multiplikasi sel dan bertambahnya jumlah interseluler. Pertumbuhan dapat diukur dalam sentimeter atau inch dan dalam kilogram atau pound. Selain itu dapat pula diukur dalam keseimbangan metabolik, yaitu retensi kalsium dan nitrogen oleh badan (Hassan, 2007).


(27)

Ada beberapa tahap pertumbuhan anak, antara lain: a. Tahap pertumbuhan anak

1) Pertumbuhan yang cepat sekali terjadi dalam tahun pertama, yang kemudian berkurang secara berangsur-angsur sampai usia 3-4 tahun.

2) Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik.

3) Pertumbuhan cepat pada masa akil balik (12-16 tahun).

4) Pertumbuhan kecepatannya mengurang berangsur-angsur sampai suatu waktu (kira-kira umur 18 tahun) berhenti.

b. Masa pertumbuhan sebelum dewasa 1) Prenatal (0-280 hari)

a) Masa embrio (trimester pertama kehidupan prenatal)

Diferensiasi berlangsung cepat, terbentuk sistem dan alat-alat dalam tubuh.

b) Masa fetus dini (trimester kedua kehidupan prenatal)

Terjadi percepatan petumbuhan. Pembentukan jasad manusia sempurna dan alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi. Pada akhir masa ini panjang janin 70% daripada panjang pada saat dilahirkan, sedangkan berat badan hanya 20% daripada berat, karena jaringan lemak subkutan belum terbentuk.

c) Masa fetus akhir

Bertambahnya masa tubuh dengan cepat. Berat badan fetus dari 700 gram pada akhir trimester kedua bertambah dengan


(28)

11

kecepatan kira-kira 200 gram/minggu sampai pertengahan trimester ketiga untuk mencapai berat kira-kira 3.000- 3.500 gram.

2) Masa neonatal (0-4 minggu sesudah lahir)

Penyesuaian sirkulasi dengan keadaan lingkungan, mulai bernafas dan fungsi alat tubuh lainnya. Berat badan dapat turun sampai 10% pada minggu pertama kehidupan yang dicapai lagi pada hari ke-14. 3) Masa bayi (tahun pertama dan tahun kedua kehidupan)

a) Umur 1 bulan-1 tahun.

Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, fungsi alat tubuh bertambah, terutama sistem saraf.

b) Umur 1-2 tahun.

Pertumbuhan menurun, kemajuan dalam berjalan dan aktifitas motorik serta pengaturan fungsi eksresi.

4) Masa prasekolah (3-6 tahun)

Pertumbuhan melambat, aktifitas jasmani bertambah, koordinasi fungsi dan mekanisme motorik bertambah serta cepat menangkap pelajaran.

5) Masa sekolah (wanita 6-10 tahun, pria 6-12 tahun)

Pertumbuhan tetap, keterampilan dan proses intelektual berkembang.

6) Masa adolesensi (wanita 10-18 tahun, pria 12-20 tahun)

Perubahan dari masa anak ke masa dewasa. Percepatan pertumbuhan tinggi dan berat badan, timbulnya ciri kelamin


(29)

sekunder, memerlukan kepercayaan diri sendiri dan kebebasan serta perkembangan fungsi alat kelamin.

2. Perkembangan

Ada beberapa definisi perkembangan menurut para ahli. Menurut Hurlock (1990), development (perkembangan) adalah bertambahnya skill

(kemampuan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Wong (2002) mengemukakan bahwa, perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleks dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi serta pembelajaran.

Setiap organisme pasti mengalami peristiwa perkembangan setiap hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki oleh organisme ini, baik yang bersifat konkret maupun yang bersifat abstrak. Jadi arti peristiwa perkembangan itu, khususnya perkembangan manusia, tidak hanya tertuju pada aspek psikologisnya saja, tetapi juga aspek biologis (Susanto, 2011).

Menurut Yusuf (2004 dalam Susanto, 2011), perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).

Perkembangan digunakan untuk menunjukkan bertambahnya keterampilan dan fungsi yang kompleks. Seseorang berkembang dalam


(30)

13

pengaturan neuromuskuler, berkembang dalam mempergunakan tangan kanannya dan terbentuk pula kepribadiannya. Maturasi dan diferensiasi sering dipergunakan sebagai sinonim untuk perkembangan (Hassan, 2007) a. Perkembangan Kognitif

Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar (Susanto, 2011).

Perkembangan kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran adalah bagian dari berpikir dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan, dan pengertian. Pikiran anak mulai aktif sejak lahir, terus berkembang dari hari ke hari sepanjang pertumbuhannya. Perkembangan pemikirannya, seperti: 1) Belajar tentang orang

2) Belajar tentang sesuatu

3) Belajar tentang kemampuan-kemampuan baru 4) Memperoleh banyak ingatan

5) Menambah banyak pengalaman

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif adalah suatu perkembangan pikiran yang dapat berpengaruh pada perkembangan aktivitas anak dalam beradaptasi terhadap lingkungan.


(31)

b. Perkembangan Emosional

Kesadaran diri anak dalam merasakan rentang emosi yang semakin luas terus bertambah.Anal-anak, seperti halnya orang dewasa, mengalami beragam emosi sepanjang hari. Perkembangan emosional mereka pada masa kanak-kanak awal memungkinkan mereka untuk mencoba memahami reaksi emosional orang lain dan mulai belajar mengendalikan emosi mereka sendiri (Santrock, 2011).

Perkembangan emosional berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan anak. Perkembangan emosi dan sosial merupakan dasar perkembangan kepribadian di masa datang. Setiap orang akan mempunyai emosi rasa senang, marah, kesal dalam menghadapi lingkungan sehari-hari (Susanto, 2011).

Setiap anak menunjukkan ekspresi yang berbeda sepanjang perkembangannya. Pada awal perkembangan anak, mereka telah menjalin hubungan timbal balik dengan orang-orang yang mengasuhnya. Kepribadian orang yang terdekat akan mempengaruhi perkembangan baik sosial maupun emosional (Susanto, 2011).

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosional adalah keadaan manusia yang dipengaruhi oleh kejiwaan seperti senang, marah, kesal atau keadaan lingkungan disekitarnya sehingga mendorong untuk bertindak.

c. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial juga diartikan sebagai proses


(32)

15

belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi, dan bekerja sama (Susanto, 2011).

Anak dilahirkan belum bersifat sosial, artinya anak belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Anak harus belajar tentang cara-cara penyesuaian diri dengan orang lain untuk mencapai kematangan sosial. Anak memperoleh kemampuan ini melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya baik orang-orang tua, saudara, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya (Susanto, 2011).

Jadi perkembangan sosial merupakan sebuah proses interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas.

d. Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial merupakan tahap perkembangan yang dipengaruhi faktor sosial dan kultural. Erikson(1950 dalam Susanto, 2011) menemukan bahwa dalam tahap-tahap kehidupan setiap individu, terdapat tugas-tugas perkembangan penting yang perlu diselesaikan dengan baik.

Keberhasilan individu dalam menyelesaikan suatu tugas perkembangan akan menjadi dasar bagi tugas perkembangan selanjutnya, sehingga kemungkinan individu untuk dapat menyelesaikan tugas berikutnya akan lebih besar. Namun sebaliknya,


(33)

kegagalan individu dalam menyelesaikan tugas dalam suatu tahap perkembangan akan cenderung menghambat individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan pada tahap selanjutnya. Seorang anak harus melewati tahapan perkembangan psikososial ini secara urut dan masing-masing tahapan harus diselesaikan (Susanto, 2011).

B. Perkembangan psikososial 1. Definisi

Menurut Erikson (1950 dalam Santrock, 2011) pada usia 3-6 tahun anak memasuki tahap perkembangan psikososial inisiatifdan rasa bersalah.Tahap ini merupakan tahap ketiga yang berlangsung selama tahun-tahun sekolah. Ketika mereka memasuki dunia sekolah mereka lebih tertantang dibanding ketika masih bayi. Anak-anak diharapkan aktif untuk menghadapi tantangan ini dengan rasa tanggung jawab atas perilaku, mainan, dan hewan peliharaan mereka.Anak-anak bertanggung jawab meningkatkan prakarsa.Namun, perasaan bersalah dapat muncul, bila anak tidak diberikan kepercayaan dan merasa sangat cemas.

2. Karakteristik perkembangan psikososial anak prasekolah

Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun yang merupakan masa persiapan untuk memasuki pendidikan formal yang sebenarnya di sekolah dasar. Menurut Montessori (1870 dalam Susanto, 2011) masa ini ditandai dengan masa peka terhadap segala stimulasi yang diterimanya melalui pancaindera. Masa peka memiliki arti penting bagi perkembangan setiap anak. Apabila orang tua mengetahui anaknya telah memasuki masa peka dan segera memberi stimulasi yang


(34)

17

tepat, maka akan mempercepat penguasaan terhadap tugas-tugas perkembangan pada usianya.

Anak usia prasekolah merupakan tahapan terakhir pada masa balita. Masa balita merupakan periode penting dalam pertumbuhan danperkembangan, karena perkembangan masa ini merupakan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak masih dalam kandungan, sebaliknya lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangannya (Soetjiningsih, 2002).

Tinjauan Erikson (1963 dalam Wong, 2002) menyatakan krisis yang dihadapi pada anak usia antara 3 sampai 6 tahun disebut “inisiatif

versus rasa bersalah”. Perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara

mengkaji lingkungan melalui kemampuan inderanya. Anak mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada di sekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak dicapai. Menurut Erikson (1963 dalam Wong, 2002) pada fase inisiatif versus rasa bersalah anak menunjukkan karakteristik:


(35)

a) Orang terdekat anak usia prasekolah adalah orang tua.

b) Anak yang normal telah menguasai perasaan otonomi dengan dukungan orang tua dalam imajinasi dan aktivitas, dan anak berupaya menguasai perasaan inisiatif.

c) Anak mengembangkan perasaan bersalah ketika orang tua menyebabkan anak merasa bahwa imajinasi dan aktivitasnya tidak dapat diterima. Ansietas terjadi ketika pemikiran dan aktivitas anak tidak sesuai dengan harapan orang tua.

Beberapa karakteristik perkembangan psikososial anak prasekolah antara lain:

a) Karakteristik sosial

1) Hubungan anak dengan orang lain, termasuk kakek-nenek, saudara kandung dan guru-guru di sekolah.

2) Anak memerlukan interaksi yang teratur dengan teman sebaya untuk membantu mengembangkan keterampilan sosial.

3) Tujuan utama program usia prasekolah adalah membentuk dan mengembangkan keterampilan sosial anak.

b) Karakteristik perilaku

Sesuai dengan tugas perkembangannya, anak prasekolah akan memperlihatkan perilaku sebagai berikut (Keliat, 2008) :

1) Perilaku anak prasekolah berdasarkan tugas perkembangan yang normal : inisiatif

a. Mengkhayal dan kreatif


(36)

19

c. Belajar keterampilan fisik baru

d. Menikmati bermain bersama dengan anak seusianya e. Mudah berpisah dengan orang tua

f. Mengetahui hal-hal yang salah dan benar serta mengikuti aturan

g. Minimal mengenal 4 warna

h. Merangkai kata-kata dalam bentuk kalimat i. Mampu mengerjakan pekerjaan yang sederhana j. Mengenal jenis kelamin

2) Perilaku anak prasekolah berdasarkan tugas perkembangan : rasa bersalah

a. Tidak percaya diri, malu untuk tampil b. Pesimis, tidak memiliki cita-cita c. Takut salah dalam melakukan sesuatu

d. Sangat membatasi aktivitasnya, sehingga terkesan malas dan tidak mempunyai inisiatif

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial

Menurut Akbar (2009 dalam Susanto, 2011) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan psikososial yaitu penerimaan kelompok, keamanan status, tipe kelompok, perbedaan anggota kelompok, kepercayaan diri dan perkembangan intelektual.

a) Penerimaan kelompok

Anak-anak yang populer akan mudah tumbuh dan diterima sebagai anggota kelompoknya. Anak-anak yang kurang


(37)

motivasinya untuk bersosialisasi akan mengalami kesulitan untuk diterima dalam kelompok sosialnya.

b) Keamanan status

Anak-anak yang merasa aman di lingkungan kelompoknya akan merasa bebas mengutarakan segenap kreativitasnya, sebaliknya anak-anak yang merasa tidak aman akan bersifat tertutup dan akan takut untuk berbuat sesuatu. Dalam keluarga harus diciptakan suasana aman untuk anak-anak agar perkembangannya dapat optimal.

c) Tipe kelompok

Kelompok sosial dibagi menjadi beberapa tingkatan hubungan dan bergantung pada keefektifan hubungan tersebut meliputi, primer (keluarga), sekunder (kelompok bermain), tersier (hubungan antar anak-anak dalam bis dan kereta). Kelompok primerlah yang memiliki peran terbesar dalam perkembangan psikososial anak. d) Perbedaan anggota kelompok

Peran terbesar dalam kelompok dipegang oleh anak yang populer dan yang berperan terkecil adalah anak-anak yang tidak populer.

e) Kepercayaan diri

Rasa percaya diri perlu ditanamkan pada anak-anak sehingga dapat tumbuh dengan baik. Anak yang kurang percaya diri tidak akan dapat berperan dalam kelompok sosialnya, sehingga perlu distimulasi motivasinya untuk dapat memiliki rasa percaya diri.


(38)

21

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2011) tentang hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia tiga sampai enam tahun, yang dilakukan di Dusun Jatisari Desa Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan pada Senin 4 Juli 2011 kepada anak usia prasekolah, menunjukkan hasil bahwa pola asuh orang tua memiliki hubungan terhadap perkembangan anak usia tiga sampai enam tahun.

C. Pola asuh 1. Definisi

Parenting (pola asuh) atau perawatan anak sangat bergantung pada nilai-nilai yang dimiliki keluarga (Supartini, 2004). Pola asuh merupakan proses dari tindakan yang mempunyai tujuan untuk dicapai sedang masa tersebut dimulai dari masa kehamilan (Wong, 2002). Pola asuh menurut Soetjiningsih (2004) adalah suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan masyarakat pada umumnya. Pada dasarnya tujuan utama pengasuhan orang tua adalah untuk mempertahankan kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, memfasilitasi anak untuk mengembangkan kemampuan sejalan dengan tahapan perkembangannya dan mendorong peningkatan kemampuan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakininya. Kemampuan orang tua atau keluarga menjalankan peran pengasuhan ini tidak dipelajari secara formal melainkan berdasarkan pengalaman dalam menjalankan peran tersebut secara trial dan error (Supartini, 2004).


(39)

2. Peran keluarga dalam pola asuh a) Pola asuh oleh ibu

Peranibu adalah sebagai pelindung dan pengasuh.Seorang ibu, tua maupun muda, kaya atau miskin secara naluri mengetahui tentang garis-garis besar dan fungsinya sehari-hari dalam keluarga. Ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga, khususnya bagi anak-anak usia dini. Oleh karena itu keterlibatan ibu dalam mengasuh dan membesarkan anak sejak masih bayi dapat membawa pengaruh positif maupun negatif bagi perkembangan anak di masa yang akan datang.

Hubungan yang erat dengan ibu ditahun pertama kehidupan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang anak yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Peran ibu sedini mungkin akan membuat anak merasa aman dan nyaman karena adanya kontak fisik ketika ibu menyusui anak segera setelah lahir. Kekurangan kasih sayang ibu pada tahunpertama kehidupan mempunyai dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun sosial emosi (Soetjiningsih, 2000).

Peran seorang ibu sangat penting dalam membentuk kepribadian anak. Keyakinan, pemikiran dan perilaku ibumemiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak,karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga (Lyen, 2003).

Menurut Gunarsa (2003), perpisahan yang relatif lama antara ibu dan anak bisa menjadi dasar timbulnya kesulitan-kesulitan tingkah


(40)

23

laku dan kepribadian anak. Kemerosotan dalam hubungan keluarga juga semakin mengganggu perkembangan anak, hal ini menyebabkan perasaan tidak aman dan tidak bahagia sehingga anak akan mengalami kesulitan penyesuaian sosial di luar rumah serta menurunkan kemampuan berkonsentrasi dan belajar (Hurlock, 1990).

Anak yang mendapatkan kasih sayang cukup dari ibu akan dapat menghadapi dan menyelesaikan masalah baru di luar rumah. Jika ibu terlalu ikut campur dalam urusan anak atau memaksakan anak untuk mentaati ibu, maka hal ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan pembentukan kepribadian anak.

b) Pola asuh oleh keluarga

Kenyataan bahwa pola asuh dalam keluarga utuh dan dalam satu rumah, serta hanya satu yang berperan sebagai ibu adalah tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh semua orang tua baik di Indonesia maupun di negara lain. Masalah di negara timur termasuk Indonesia, keluarga besar masih lazim dianut dan peran ibu sering dilakukan oleh beberapa orang seperti ayah, kakek, nenek, bibi dan keluarga dekat lainnya.Kecenderungan wanita untuk bekerja di luar rumah menyebabkan meningkatnya peran pengganti ibu, sehingga peran "Ibu pengganti" menjadi sangat penting. Pada keluarga yang disharmonis atau adanya perpisahan sementara dengan ibu karena tugas, maupun perpisahan permanen karena orang tua bercerai atau meninggal, atau anak dititipkan di panti asuhan dapat menyebabkan masalah psikis pada anak karena tidak ada atau kurang adanya kasih sayang yang


(41)

sangat dibutuhkan oleh anak untuk mendukung tercapainya pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal (Hurlock, 1990 dan Soetjiningsih, 2000).

Pengasuh penganti merupakan pemberi perhatian utama dan anak akan menganggap pengasuh tersebut sebagai figur ibu. Anak yang diasuh oleh orang lain dalam jangka panjang akan mengalami kesulitan lebih besar ketika harus berkumpul kembali dengan orang tua. Anak menjadi tidak patuh dan menolak batasan-batasan yang diterapkan oleh orang tua (Lyen, 2003).

c) Pola asuh oleh nenek

Hurlock (2004) berpendapat bahwa nenek berperan sebagai pengasuh atau pengganti ibu. Hubungan yang sering terjadi dari semua sanak keluarga adalah antara anak dan nenek dari pihak ibu karena ibu sering meminta bantuan nenek untuk merawat anak apabila tidak ada pembantu pada saat orang tua harus pergi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2005) tentang pengasuhan anak dikalangan keluarga TKI, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup menonjol antara anak-anak yang diasuh oleh orang tua tunggal, dengan ank-anak-anak yang diasuh oleh keluarga luas. Orang tua tunggal lebih tegas dan bertindak cepat dalam pengambilan keputusan terhadap anak dari pada pola asuh yang dilakukan oleh nenek-kakeknya. Anak dalam pengasuhan orang tua tunggal akan menghasilkan pola asuh yang lebih mandiri, tidak menghadapi kendala yang cukup berarti. Saat ibu atau ayah berpergian


(42)

25

ke luar negeri, segala beban tugas diambil alih oleh suami, isteri, atau keluarga luasnya. Anak-anak yang ditinggalkan tidak mangalami kendala yang berarti. Anak dapat berkomunikasi dengan ibu kapan saja, sehingga kondisi anak dan keluarga yang 'mencari nafkah' ke luar negeri dianggap sebagai hal biasa, karena dalam waktu dekat mereka dapat berkumpul kembali.

3. Tipe pola asuh

Pola asuh orang tua mempengaruhi seberapa baik anak membangun nilai-nilai dan sikap-sikap anak yang bisa dikendalikan. Pakar perkembangan anak Baumrind 1971 (dalam Santrock, 2011) telah mengelompokkan pola asuh dalam empat tipe:

a) Pola asuh bisa diandalkan (Demokratis)

Orang tua yang bisa diandalkan menyeimbangkan kasih sayang dan dukungan emosional dengan struktur dan bimbingan dalam membesarkan anak-anak mereka. Orang tua tipe ini memperlihatkan cinta dan kehangatan kepada anak. Mereka harus mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian, serta menyediakan waktu bertemu yang positif secara rutin dengan anak. Orang tua tipe bisa diandalkan membiarkan anak untuk menentukan keputusan sendiri dan mendorong anak untuk membangun kepribadian.

Anak-anak dari orang tua yang bisa diandalkan cenderung memiliki kebanggaan diri yang sehat, hubungan positif dengan sebayanya, percaya diri, dan sukses.


(43)

b) Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola asuh anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang tua yang telah membesarkannya.

Anak yang dibesarkan dengan teknik pola asuh seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid/selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orang tua, dan lain-lain. Namun dibalik itu biasanya anak yang diasuh oleh orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter lebih bisa mandiri, tumbuh sesuai dengan harapan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter menekankan batasan dan larangan diatas respon positif. Orang tua sangat menghargai anak yang patuh terhadap perintah orang tua dan tidak melawan. Pola asuh otoriter menimbulkan dampak negatif pada anak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suharsono 2009, tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap kemampuan sosialisasi anak usia prasekolah telah menunjukkan bahwa anak dari


(44)

27

orang tua otoriter bisa menjadi pemalu, penuh ketakutan, menarik diri, dan berisiko terkena depresi.

c) Pola asuh permisif

Pola asuh permisif adalah jenis pola asuh anak yang tidak mempedulikan pertumbuhan dan perkembangan terhadap anak. Jadi apapun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas, materialistis, dan sebagainya.

Pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini biasanya diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain, sehingga orang tua tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Anak hanya diberikan materi atau harta saja dan tidak mempedulikan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Anak yang diasuh oleh orangtua dengan pola semacam ini akan berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik pada masa kanak-kanak maupun pada masa dewasa.

Orang tua tipe permisif tidak memberikan struktur dan batasan yang tepat bagi anak. Orang tua tipe ini cenderung mempercayai bahwa ekspresi bebas dari keinginan hati dan harapan sangatlah


(45)

penting bagi perkembangan psikologis. Orang tua menyembunyikan ketidaksabaran, kemarahan, atau kejengkelan pada anak.

d) Pola asuh penelantar

Pada pola asuh ini orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Pada tipe ini orang tua hanya memberikan waktu, perhatian dan biaya yang sangat sedikit pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi, seperti bekerja.

Anak yang diasuh oleh orang tua dengan pola asuh semacam ini akan memiliki harga diri yang rendah, cenderung tidak kompeten secara sosial, kurang mandiri dan terasing dari keluarga.

e) Pola asuh campuran

Pola asuh campuran orang tua tidak konsisten dalam mengasuh anak. Orang tua terombang-ambing antara tipe bisa diandalkan, otoriter, atau permisif. Pada pola asuh ini orang tua tidak selamanya memberikan alternatif seperti halnya pola asuh bisa diandalkan, akan tetapi juga tidak selamanya melarang seperti halnya orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter dan juga tidak secara terus menerus membiarkan anak seperti pada penerapan pola asuh permisif.

Pada pola asuh campuran orang tua akan memberikan larangan jika tindakan anak menurut orang tua membahayakan, membiarkan saja jika tindakan anak masih dalam batas wajar dan memberikan alternatif jika anak paham tentang alternatif yang ditawarkan (Dewi, 2008).


(46)

29

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh

Setiap orang mempunyai sejarah sendiri-sendiri dan latar belakang yang seringkali sangat jauh berbeda. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda terhadap anak. Menurut Syamsu(2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh oran tua yaitu:

a) Pendidikan

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Orang tua yang mempunyai pendidikan yang baik dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, cara menjaga anak, pendidikan dan sebagainya sehingga perkembangan psikososial anak dapat berkembang secara optimal.

b) Status ekonomi

Status ekonomi juga mempengaruhi pola asuh yang akan diterapkan oleh orang tua kepada anak. Perekonomian yang cukup, kesempatan dan fasilitas yang diberikan serta lingkungan material yang mendukung cenderung mengarahkan pola asuh orang tua menuju perlakuan tertentu yang dianggap sesuai oleh orang tua. c) Lingkungan tempat tinggal

Lingkungan tempat tinggal mempengaruhi cara orang tua dalam penerapan pola asuh terhadap anak. Hal tersebut dapat dilihat jika suatu keluarga tinggal di kota besar, kemungkinan besar orang tua akan banyak mengontrol anak karena rasa khawatir, sebaliknya


(47)

keluarga yang tinggal didaerah pedesaan, kemungkinan orang tua tidak begitu khawatir terhadap anak.

d) Kesamaan pola asuh masa lalu orangtua

Bila orangtua merasa bahwa orangtua mereka berhasil mendidik mereka dangan baik, mereka akan menggunakan teknik yang serupa dalam menddidik anaknya. Jika mereka merasa teknik yang digunakan orangtua mereka salah, maka biasanya mereka beralih ke teknik yang berlawanan.

e) Usia orang tua

Perkembangan dewasa dibagi menjadi tiga yaitu, dewasa muda dengan usia berkisar antara 17-40 tahun, dewasa tengah dengan usia berkisar antara 41-60 tahun dan dewasa akhir dengan usia >60 tahun (Desmita, 2006).

Orangtua yang usianya lebih muda cenderung lebih demokratisdibandingkan dengan orangtua yang lebih tua. Semakin kecil perbedaan usia antara orangtua dan anak, maka semakin kecil pula perbedaan dan perubahan budaya dalam kehidupan mereka sehingga akan membuat orangtua lebih memahami tentang anaknya. f) Pelatihan bagi orang tua

Orangtua yang telah mengikuti pelatihan mengenai pengasuhan anak, lebih mengerti tentang anak–anak dan kebutuhannya. Kebanyakan orangtua menggunakan pola asuh yang demokratis dibandingkan orangtua yang tidak mendapat pelatihan.


(48)

31

Penelitian yang mendukung adanya pengaruh pola asuh terhadap perkembangan psikososial antara lain penelitian yang dilakukan oleh Suseno (2012) tentang hubungan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak usia prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo. Responden sebanyak 20 orang tua yang mempunyai anak usia prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo, dan 20 anak usia prasekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh orang tua dengan kemandirian pada anak usia pra sekolah di TK Aisyiyah Mendungan Sukoharjo.


(49)

D. Kerangka teori

Keterangan : = Diteliti = Tidak diteliti

Sumber: Baumrind 1971 dalam Santrock (2011), Wong (2002), Hurlock (2004), Soetjiningsih (2000) dan Nelson (1999)

- Pertumbuhan fisik anak - Perkembangananak

1. Kognitif 2. Emosional 3. Sosial 4. Psikososial

(inisiatif versus rasa bersalah)

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial:

- Penerimaan kelompok - Keamanan status

- Perbedaan anggota kelompok - Kepercayaan diri

- Tipe kelompok

Kelompok primer (keluarga) yang memiliki peran terbesar dalam perkembangan

psikososial anak, yaitu dalam memberikan pola asuh. Tipe pola asuh:

1. Demokratis 2. Otoriter 3. Permisif 4. Penelantar

Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh :

- Pendidikan - Status ekonomi

- Lingkungan tempat tinggal - Kesamaan pola asuh masa

lalu orangtua - Usia orang tua


(50)

(51)

33

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN PENELITIAN

A. KerangkaKonsep

Berdasarkan kerang kateori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua. Baumrind (1971 dalam Santrock, 2011) menyebutkan bahwa tipe pola asuh orang tua adalah pola asuh demokratis, otoriter, permisif dan penelantar. Berdasarkan hal tersebut, maka variable yang ingin diteliti adalah tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga sebagai variabel independen dan perkembangan psikososial anak usia prasekolah sebagai variabel dependen. Pada variabel independen peneliti hanya mengambil satu faktor dari keseluruhan faktor yang ada karena adanya keterbatasan dari peneliti. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

VariabelIndependen Variabel Dependen

Bagan 2.KerangkaKonsep Tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga

- Demokratis - Otoriter - Permisif - Penelantar

Perkembangan psikososial anak usia prasekolah:


(52)

34

B. Hipotesis

Hipotesis diartikan sebagai dugaan atau jawaban sementara, yang mungkin benar atau juga salah. Berdasarkan atas teori yang ada maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :

- Ada hubungan tipe pola asuh pengganti ibu: keluarga terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah.


(53)

C. DefinisiOperasinalVariabelPenelitiandanSkala

Variabel Definisi operasional Cara Ukur AlatUkur Kategori SkalaUkur Tipe pola asuh

pengganti ibu : keluarga

Adalah perilaku dari pengasuh pengganti ibu: keluarga dalam usaha mengarahkan dan membimbing anak usia prasekolah. Jenis pola asuh: 1. Demokratis 2. Otoriter 3. Permisif 4. Penelantar Menghitungskordari pertanyaantentangpo la asuh orang tuamenggunakanskal aLikert:

-Tidak pernah = 1 -Jarang = 2

-Kadang-kadang = 3 -Sering = 4

-Selalu = 5

Kuesionerpola asuh orang tuaberisi32 pertanyaan. Masing-masing tipe pola asuh berisi 8 pertanyaan. Pertanyaan nomor:

1. Demokratis: 4, 6, 7, 10, 15, 19, 29, 32

2. Otoriter: 2, 13, 14, 20, 22, 23, 24, 26

3. Permisif: 1, 3, 8, 11, 12, 16, 30, 31

4. Penelantar: 5, 9, 17, 18, 21, 25, 27, 28

5. Campuran:Bila jawaban pengasuh sama di dua

Jumlahkan setiap nomor pernyataan dengan jawaban pengasuh, lalu dibagi dengan jumlah masing-masing pertanyaan (8 pertanyaan). Tipe pola asuh yang diterapkan adalah yang memiliki skor tertinggi. Bila jawaban pengasuh sama di dua atau tiga pola asuh, maka pengasuh digolongkan pada pola asuh campuran. Instrumen yang dibuat peneliti merupakan modifikasi dari instrumen


(54)

36

atau tiga pola asuh. pola asuh anak yang dibuat oleh Yuniarti (1988 dalam Utami, 2002) dan Latouf (2008).

Perkembangan psikososial anak usia prasekolah

Merupakan tahap perkembangan anak yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan kultur yang dalam tahap perkembangan inisiatif vs rasa bersalah.

Menghitungskordari pertanyaantentang perkembangan psikososial menggunakanskalaG uttman. (0) Tidak (1) Ya

Kuesioner perkembangan psikososial berisi 40 pertanyaan, masing-masing 10 pertanyaan sesuai dengan usia anak yang diteliti.

-perkembangan

psikososial rasa bersalah jika hasil jawaban responden < 10,00

-perkembangan

psikososial inisiatif jika hasil jawaban responden = 10,00

Skala Ordinal


(55)

(56)

37

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang merupakan penelitian non experimental dengan deskriptif analitik yaitu pengamatan terhadap obyek yang diteliti (Sugiyono, 2009).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara variabel independen dan dependen. Pada jenis ini variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada follow up

(Hidayat, 2007; Nursalam, 2003). B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2012 di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi. Di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi terdapat sekitar 372 ibu yang bekerja di luar negeri dengan anak sebagian besar diasuh oleh keluarga, seperti nenek dan saudara kandung orang tua. C. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi.

Populasi merupakan kumpulan semua elemen atau individu dari mana data atau informasi akan dikumpulkan (Nasir dkk, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengasuh anak usia prasekolah


(57)

(keluarga) dengan ibu bekerja di luar negeri yang tinggal di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Sampel dalam penelitian ini adalah pengasuh anak usia prasekolah karena ibu bekerja di luar negeri, yang tinggal di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi.

Adapun kriteria populasi yang diambil oleh peneliti pada saat akan melakukan penelitian sebagai berikut:

a) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan sejumlah kriteria yang dimiliki subjek penelitian yang mewakili dan memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Pengasuh

(a) Mempunyai hubungan darah. (b) Bersedia menjadi responden. 2) Anak

(a) Usia prsekolah yang ditinggal oleh ibu bekerja di luar negeri. 3. Jumlah sampel

Rumus besar sampel:

α√


(58)

39

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

α = Nilai distribusi normal baku pada α tertentu (1,96 =

derajat kemaknaan 95% CI dengan α sebesar 5%) = Nilai distribusi normal baku pada tertentu (1,28 =

kekuatan uji sebesar 90%)

= 75 % atau 0,75 ( Proporsi pola asuh demokratis terhadap perkembangan psikososial anak usia prasekolah menurut penelitian Rahayu Budi Utami, 2008).

P2 = Perkiraan proporsi (30 % atau 0,30). P = P1 + P2 = 0,75 + 0,30 = 0,525

2 2 Maka

α√

√ √

√ √

√ √


(59)

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, diperoleh jumlah sampel sebanyak 48 orang. Sampel ditambah 10% dari jumlah sampel yang ada sebagai cadangan untuk mencegah adanya missing data, maka menjadi:

n = 10% x 48 = 4,8= 5 orang

n total = 48+ 5 = 53 orang x 4= 212 orang (mencegah missing data) 4. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti mengenai subyek yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel (Nasir dkk, 2011). Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan pada pengasuh anak usia prasekolah yang ditinggal ibunya bekerja ke luar negeri di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi. Peneliti mendata semua pengasuh di 10 RT yang berada di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi, kemudian pengasuh yang memiliki kriteria yang sudah ditentukan maka akan dipilih menjadi responden. Setelah responden terpilih maka akan dikumpulkan di RW masing-masing untuk pengumpulan data pada waktu yang telah dijanjikan.

D. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen dalam pengambilan data. Kuesioner dibagi menjadi 3 bagian yakni kuesioner data


(60)

41

demografi, kuesioner pola asuh ibu, dan kuesioner perkembangan psikososial anak.

1. Kuesioner data demografi

Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden yang terdiri dari 2 pertanyaan yakni:

a. Biodata pengasuh meliputi usia, jenis kelamin, hubungan pengasuh dengan anak usia prasekolah karena ibu pergi bekerja ke luar negeri, pendidikan terakhir pengasuh, agama dan jumlah anak yang diasuh.

b. Biodata anak usia prasekolah meliputi nama (inisial), tanggal lahir anak, jenis kelamin, dan tanggal observasi.

2. Kuesioner pola asuh orang tua

Kuesioner pola asuh orang tua ini berupa pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban tertutup tentang bagaimana sikap dan perilaku pengasuh selama berinteraksi dengan anak, yang diisi langsung oleh pengasuh dibantu oleh penterjemah. Kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan 32 pertanyaan, tipe pola asuh demokratis 8 pertanyaan (4, 6, 7, 10, 15, 19, 29 dan 32), tipe pola asuh otoriter 8 pertanyaan (2, 13, 14, 20, 22, 23, 24, dan 26), tipe pola asuh permisif 8 pertanyaan (1, 3, 8, 11, 12, 16, 30 dan 31) dan tipe pola asuh penelantar 8 pertanyaan (5, 9, 17, 18, 21, 25, 27 dan 28) dengan jawaban Selalu= 5, Sering= 4, Kadang-kadang= 3, Jarang= 2, Tidak Pernah= 1.


(61)

Jumlahkan setiap nomor pernyataan dengan jawaban pengasuh, lalu dibagi dengan jumlah masing-masing pertanyaan (8 pertanyaan). Tipe pola asuh yang diterapkan adalah jawaban yang memiliki skor tertinggi. Bila jawaban pengasuh sama di dua atau tiga pola asuh, maka pengasuh digolongkan pada pola asuh campuran. Instrumen yang dibuat peneliti merupakan modifikasi dari instrumen pola asuh anak yang dibuat oleh Yuniarti (1988 dalam Utami, 2002).

3. Kuesioner perkembangan psikososial

Kuesioner ini menggunakan skala Guttman, dimana skala ini menginginkan tipe jawaban tegas seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah, positif-negatif, tinggi-rendah, baik-buruk, dan seterusnya (Djaali dan Muljono, 2007).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tipe jawaban ya-tidak untuk mengetahui perkembangan psikososial anak usia prasekolah. Kuesioner dibuat dalam bentuk daftar checklist dan pertanyaan tentang perkembangan psikososial anak usia prasekolah dengan jawaban tertutup yang diisi oleh pengasuh, sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Total pertanyaan berjumlah 40 pernyataan (masing-masing 10 pertanyaan untuk setiap usia anak yang diteliti) yang terdiri dari 2 pernyataan yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Apabila jawaban responden benar diberikan skor 1 dan apabila jawaban responden salah diberikan skor 0 sehingga skor maksimum adalah 40 dan skor minimum adalah 0. Pernyataan positif (usia 3 tahun) terdiri dari 5 item pernyataan yaitu pernyataan nomor


(62)

43

1,2,3,6 dan 7, (usia 4 tahun) terdiri dari 5 item pernyataan yaitu pernyataan nomor 1,3,6,7 dan 9, (usia 5 tahun) terdiri dari 4 item

pernyataan yaitu pernyataan nomor 1,2,3 dan 7, (usia 6 tahun) terdiri dari 3 item pernyataan yaitu pernyataan nomor 3,5 dan 7 dengan penskorannya sebagai berikut :

a. Jika responden menjawab benar diberikan skor 1 b. Jika responden menjawab salah diberikan skor 0

Pernyataan negatif (usia 3 tahun) terdiri dari 5 item pernyataan yaitu pernyataan nomor 4,5,8,9 dan 10, (usia 4 tahun) terdiri dari 5 item

pernyataanyaitu pernyataan nomor 2,4,5,8 dan 10, (usia 5 tahun) terdiri dari 6 item pernyataan yaitu pernyataan nomor 4,5,6,8,9 dan 10, (usia 6 tahun) terdiri dari 7 item pernyataan yaitu pernyataan nomor 1,2,4,6,8,9 dan 10), maka pemberian skor sebagai berikut:

a. Jika responden menjawab benar diberikan skor 0 b. Jika responden menjawab salah diberikan skor 1

Kuesioner ini menggunakan nilai median karena data berdistribusi tidak normal sehingga dapat disimpulkan bahwa:

Jika hasilnya < 10,00 menunjukkan perkembangan psikososial rasa bersalah.

Jika hasilnya = 10,00 menunjukkan perkembangan psikososial inisiatif.

 Pertanyaan dapat ditanyakan langsung kepada anak jika anak mampu untuk menjawab.


(63)

 Jika pengasuh menjawab ragu-ragu maka akan dilakukan observasi langsung. Pernyataan yang dapat dilakukan observasi terdapat pada pernyataan nomor 1,2 dan 3 (usia 3 tahun), nomor 1,8 dan 9 (usia 4 tahun), selanjutnya nomor 1,2,3,4,5 dan 7 (usia 5 tahun), dan pernyataan nomor 3 (usia 6 tahun).

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2008). Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dilaksanakan di Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi, yang terdiri dari 10 RW dan 45 RT. Adapun tahapan pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi, RW dan RT setempat. 2. Setelah mendapatkan izin dari pihak berwenang setempat, peneliti

melakukan pendataan untuk pengambilan sampel.

3. Meminta bantuan kepada bapak RW dan RT setempat dalam pengumpulan responden.

4. Memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan menjamin kerahasiaan jawaban yang diberikan dalam kuesioner kepada calon responden dari sampel yang telah terpilih tersebut.


(64)

45

5. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani oleh calon responden, apabila calon responden bersedia menjadi responden.

6. Meminta bantuan kepada kader untuk memandu mengisi kuesioner karena ada responden yang tidak bisa berbahasa Indonesia dan tidak bisa membaca.

7. Peneliti dan kader memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner.

8. Peneliti dan kader membacakan kuesioner jika ada responden yang tidak mengerti bahasa Indonesia.

9. Memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisi kuesioner sekitar 15-20 menit.

10. Setelah kuesioner terisi, responden menyerahkan kuesioner kepada peneliti.

11. Peneliti mengecek kembali jawaban apakah sudah lengkap atau belum. Jika belum lengkap, maka peneliti meminta responden untuk melengkapi jawabannya, namun apabila sudah lengkap maka kuesioner dikumpulkan kepada peneliti.

12. Peneliti mengelompokkan data yang sudah terkumpul sesuai dengan variabel penelitian.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Demikian halnya bila menggunakan kuesioner


(65)

dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disusun harus dapat mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian validitas kuesioner dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap item pertanyaan dengan skor total tiap kelompok soal dengan menggunakan uji Person Product Momen dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

= koefisien korelasi

= jumlah skor item = jumlah skor total (item)

= jumlah responden

Hasil penghitungan tiap-tiap item akan dibandingkan dengan tabel nilai product moment. Jika R hitung lebih besar dari table R tabel pada taraf signifikansi 5% maka instrumen yang diujicobakan dinyatakan valid.

Cara pengujian validitas ini dengan melakukan uji korelasi antar nilai tiap item pertanyaan terhadap skor total nilai kelompok. Peneliti melakukan uji coba pada 30 responden di Rt 43, 44 dan 45 Rw 10 Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi karena dekat dengan tempat peneliti, kemudian hasilnya dianalisa dengan menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment dengan bantuanSPSS 20 for windows. Dari hasil analisa tersebut didapatkan r table (n-2 = 0,31) dan menunjukkan bahwa nilai r hitung > r tabel pada semua kuesioner yang berarti semua kuesioner valid.


(66)

47

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan satu kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama.

Menguji reliabilitasnya dapat digunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut :

Keterangan:

: koefisiensi reliabilitas internal seluruh item

: korelasi product moment antara belahan

Maka apabila > r tabel berarti reliabel dan apabila < r tabel tidak reliabel (Hidayat, 2008).

Dari hasil uji realibitas yang telah dilakukan oleh peneliti di Rt 43, 44 dan 45 Rw 10 Kelurahan Sukalarang Kota Sukabumi terhadap 30 responden didapat nilai Alpha Cronbach (α) dari variable tipe pola asuhorang tua sebesar 0,903 (koefisien reliabilitas tinggi) dan variabel perkembangan psikososial anak usia prasekolah sebesar 0,927 (koefisien reliabilitas tinggi). Dari kedua hasil uji reabilitas tersebut dapat dinyatakan bahwa kedua kuesioner tersebut realibel dan dapat digunakan.


(67)

G. Pengolahan Data 1. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilaksanakan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a) Editing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan atau perbaikan isian formulir atau kuesioner. Editing (penyuntingan) ini dilakukan terlebih dahulu setelah penyebaran kuesioner untuk melihat apakah jawaban sudah lengkap atau belum.

b) Coding

Coding atau pengkodean adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan, misalnya 0= laki-laki, 1= perempuan. Kegiatan ini dilakukan setelah semua kuesioner sudah diedit atau disunting.

c) Data entry atau Processing

Data entry adalah kegiatan memasukkan data (jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk

“kode” (angka atau huruf)) ke dalam program SPSS.

d) Cleaning

Cleaning adalah kegiatan mengecek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, yang kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Cara yang dilakukan dalam proses ini adalah membuat distrIbusi frekuensi masing-masing variabel


(68)

49

untuk mengetahui adanya data yang hilang (missing) dan mendeteksi apakah data yang dimasukkan benar atau salah.

H. Analisis Data 1. Analisis Univariat

Analisa data yang digunakan adalah Analisis Univariat bertujuan untuk menggambarkan sampel penelitian dari semua variabel penelitian dengan cara menyusun secara tersendiri untuk masing-masing variabel. Adapun variabel-variabel yang akan dianalisis, yaitu pola asuh pengganti ibu: keluarga dan perkembangan psikososial anak usia prasekolah, yang keduanya masing-masing berskala ordinal.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel, yaitu antara variabel independen dan dependen. Analisis bivariat baik variabel independen maupun dependen terdiri dari skala ordinal. Pada penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen yaitu pola asuh pengganti Ibu: keluarga, dan variabel dependen yaitu perkembangan psikososial anak usia prasekolah.

Teknik analisis yang digunakan adalah Spearman dengan menggunakan α = 5% dengan derajat kepercayaan 95%, sehingga jika p value ≤ 0,05 berarti hasil perhitungan statistik menunjukkan ada

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, dan jika p

value > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.


(69)

I. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Subjek penelitian harus menandatangani lembar persetujuan ketika bersedia menjadi responden. Peneliti harus menghormatinya, jika responden menolak. 2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah


(70)

51

lainnya. Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).


(71)

52

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kelurahan Sukalarang

Kelurahan Sukalarang terletak di Ibukota Kecamatan Sukalarang, dengan luas Kelurahan ini adalah 332,160 Ha. Di sebelah utara berbatasan dengan Taman Nasional Gede Pangrango, di sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kelurahan Cimangkok dan Titisan, di sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Semplak dan Prianganjaya, dan di sebelah barat berbatsan dengan wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi.

Terdapat 5 Desa pada Kelurahan ini, yaitu: Desa Sukalarang, Desa Bobojong, Desa Kadugede, Desa Semplak dan Desa Cipamingkis. Jumlah penduduk di Kelurahan ini ada 4027 jiwa. Pada Kelurahan ini terdapat 465 orang ibu bekerja, dan 372 ibu yang bekerja ke luar negeri.

Berdasarkan data dari Kelurahan Sukalarang terdapat ibu-ibu yang bekerja di luar negeri sehingga ibu-ibu menitipkan anaknya yang berusia usia prasekolah kepada keluarga seperti ibu, saudara kandung atau saudara sepupu. Jumlah ibu yang bekerja di Luar Negeri antara lain: di Desa Sukalarang 120 orang (56,33%), Desa Bobojong 90 orang (50%), Kadugede 64 orang (33,33%), Semplak 60 orang (29,56%) dan Desa Cipamingkis 38 orang (20,65%).


(72)

53

B. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2012 dengan responden penelitian ini adalah pengasuh anak usia prasekolah yang ditinggal ibunya bekerja di luar negeri dan anak usia prasekolah yang ibu bekerja di luar negeri di Kelurahan Sukalarang. Jumlah responden sebanyak 212 orang pengasuh dan 212 anak usia prasekolah yang memenuhi syarat sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan meminta responden mengisi kuesioner, mengobservasi perkembangan psikososial anak dan memvalidasi kuesioner dan hasil observasi.

Karakteristik responden dibawah ini adalah karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, hubungan pengasuh dengan anak, pendidikan terakhir, agama, jumlah anak yang diasuh, usia anak dan jenis kelamin anak. Berikut adalah kategori responden penelitian:

1. Usia

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Pengasuh Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase (%)

17-40 tahun (dewasa awal) 58 27,4

41-60 tahun (dewasa tengah) 119 56,1

>60 tahun (dewasa tua) 35 16,5

Total 212 100

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi pengasuh berdasarkan usia. Sebagian besar pengasuh berusia antara 41-60 tahun sebanyak 119 pengasuh (56,1%).


(1)

(2)

Analisis Univariat

Frequencies

Statistics

polaasuh Perkembanganp si

N Valid 212 212

Missing 0 0

Mean 2.34 .52

Median 2.00 1.00

Mode 1 1

Std. Deviation 1.423 .501

Frequency Table

Polaasuh

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Demokratis 92 43.4 43.4 43.4

Otoriter 26 12.3 12.3 55.7

Permisif 52 24.5 24.5 80.2

Penelantar 14 6.6 6.6 86.8

Campuran 28 13.2 13.2 100.0

Total 212 100.0 100.0

Perkembanganpsi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

guilt 101 47.6 47.6 47.6

inisiative 111 52.4 52.4 100.0 Total 212 100.0 100.0


(3)

Analisis Bivariat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent polaasuh *

perkembanganpsi 212 100.0% 0 0.0% 212 100.0%

polaasuh * perkembanganpsi Crosstabulation

perkembanganpsi Total guilt inisiative

polaasuh

demokratis Count 16 76 92

% within polaasuh 17.4% 82.6% 100.0%

Otoriter Count 17 9 26

% within polaasuh 65.4% 34.6% 100.0%

permisif Count 43 9 52

% within polaasuh 82.7% 17.3% 100.0%

penelantar Count 12 2 14

% within polaasuh 85.7% 14.3% 100.0%

campuran Count 13 15 28

% within polaasuh 46.4% 53.6% 100.0%

Total Count 101 111 212

% within polaasuh 47.6% 52.4% 100.0%

Correlations

polaasuh perkembangank ategorik

Spearman's rho

polaasuh

Correlation Coefficient 1.000 -.447** Sig. (2-tailed) . .000

N 212 212

perkembangankategorik

Correlation Coefficient -.447** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 .


(4)

Hasil Spearman

Correlations

polaasuh perkembangank ategorik

Spearman's rho

polaasuh

Correlation Coefficient 1.000 -.447** Sig. (2-tailed) . .000

N 212 212

perkembangankategorik

Correlation Coefficient -.447** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 .

N 212 212

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent polaasuh *

perkembanganpsi 212 100.0% 0 0.0% 212 100.0%

polaasuh * perkembanganpsi Crosstabulation

perkembanganpsi Total guilt inisiative

polaasuh

demokratis

Count 16 76 92

% within polaasuh 17.4% 82.6% 100.0%

otoriter

Count 17 9 26

% within polaasuh 65.4% 34.6% 100.0%

permisif

Count 43 9 52

% within polaasuh 82.7% 17.3% 100.0%

penelantar

Count 12 2 14

% within polaasuh 85.7% 14.3% 100.0%

campuran

Count 13 15 28

% within polaasuh 46.4% 53.6% 100.0%

Total

Count 101 111 212


(5)

(6)

Lembar Persetujuan Responden

Judul Penelitian : Hubungan Tipe Pola Asuh Pengganti Ibu: Keluarga Terhadap

Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah Di Kecamatan

Sukalarang Kabupaten Sukabumi

Peneliti

: Sopiah

No.Hp: 085810240890

Pembimbing

:

1.

Rita Yuliani, S.Kp. M.Si

2.

Ns.

Eni Nur’aini Agustini

, S. Kep. M.Sc

Saya telah memahami tujuan, manfaat, prosedur, gambaran risiko dan

ketidaknyamanan yang mungkin terjadi, serta penjaminan kerahasiaan identitas pada

penelitian ini. Tanpa adanya unsur paksaan dan secara sukarela saya bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

Jakarta, 08 Desember 2012

Tanda Tangan Responden

Tanda Tangan Peneliti


Dokumen yang terkait

Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Tingkat Kemandirian Personal Hygiene pada Anak Usia Prasekolah di Desa Sigumpar Kecamatan Lintonghuta Kabupaten Humbanghasundutan

42 306 142

Pola asuh makan, stimulasi psikososial, dan perkembangan kognitif anak usia pra-sekolah

1 10 49

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH IBU DENGAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH DI KELOMPOK Hubungan Antara Pola Asuh Ibudengan Perkembangan Personal Sosial Anak Usia Prasekolahdi Kelompok Bermainbaiturrahmankarangasem.

0 3 14

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH IBU DENGAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH DI KELOMPOK Hubungan Antara Pola Asuh Ibudengan Perkembangan Personal Sosial Anak Usia Prasekolahdi Kelompok Bermainbaiturrahmankarangasem.

0 4 16

HUBUNGAN POLA ASUH IBU TENTANG MAKANAN DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI KELURAHAN Hubungan Pola Asuh Ibu Tentang Makanan Dengan Status Gizi Anak Prasekolah Di Kelurahan Semanggi Dan Sangkrah Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI YOGYAKARTA.

0 3 8

TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH DITINJAU DARI POLA ASUH DEMOKRATIS TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH DITINJAU DARI POLA ASUH DEMOKRATIS.

0 1 15

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK DI TK PKK XI WINONG GEMPOL KABUPATEN PASURUAN

0 0 9

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI ‘AISYIYAH INSAN ROBBANI MUNTILAN NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Anak Prasekolah di Pendidikan Anak Usia Dini 'Aisyiyah Insan

0 1 12

ANALISIS POLA ASUH IBU TERHADAP PERILAKU PSIKOSOSIAL SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK NUSA INDAH KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP - repository perpustakaan

0 0 17