Hubungan Pengetahuan dengan Kesembuhan Penderita TB

Pidie pada umumnya bahwa untuk menyekolahkan anak-anaknya sangat tinggi dari dulu sampai sekarang walaupun dengan kehidupan ekonomi yang serba kekurangan. Hal ini sesuai dengan penelitian Amelda,dkk 2012 bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan dengan perilaku berobat pasien TB, dengan hasil uji statistik yang besar nilai OR=0,617 95 C.I=0,221-1,720 yang menunjukkan bahwa pekerjaan bukan merupakan faktor risiko terhadap perilaku berobat pasien TB Paru di Puskesmas Batua dan Puskesmas Tamamaung kota Makasar tahun 2012.

5.2.5 Hubungan Pengetahuan dengan Kesembuhan Penderita TB

Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia yang dialami. Menurut Brunner, proses pengetahuan tersebut melibatkan tiga aspek, yaitu proses mendapatkan informasi, proses transformasi, dan proses evaluasi. Informasi baru yang didapat merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya. Proses transformasi adalah proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru. Proses evaluasi dilakukan dengan memeriksa kembali apakah cara mengolah informasi telah memadai. Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan Mubarak, 2012. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil anĂ¡lisis distribusi frekuensi bahwa penderita TB di wilayah kerja Puskesmas Pidie Kabupaten Pidie sebagian besar dalam kategori pengetahuan baik yaitu 80 orang 78,4 dan pengetahuan tidak baik sebanyak 22 orang 21,6. Hasil anĂ¡lisis hubungan antara pengetahuan dengan kesembuhan penderita TB bahwa dari 80 orang yang pengetahuan baik ada 65 orang 81,2 penderita TB yang sembuh dan 15 orang 18,8 tidak sembuh, sedangkan dari 22 orang penderita yang pengetahuan tidak baik 8 orang 36,4 yang sembuh dan 14 orang 63,6 tidak sembuh. Hasil uji chi-square diproleh nilai p=0,001, maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian kesembuhan penderita TB antara penderita yang tingkat pengetahuan baik dengan pengetahuan tidak baik. Dilihat dari rasio prevalens sebesar 4,405 95 CI. 2.071-9.369 artinya pengetahuan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kesembuhan penderita TB, dimana yang berpengetahuan baik berpeluang untuk kesembuhan penderita TB lebih tinggi dibandingkan penderita TB yang berpengetahuan tidak baik. Hasil uji regresi logistik berganda juga didapatkan nilai p=0,003 dengan nilai exp B sebesar 10,792 yang menyatakan bahwa pengetahuan yang baik memberikan peluang sampai 11 kali untuk sembuh penderita TB, dibandingkan penderita dengan pengetahuan tidak baik. Pengetahuan diperoleh nilai exp B paling besar, menunjukkan pengetahuan mempunyai pengaruh yang paling dominan diantara variabel lain dalam kesembuhan penderita TB. Hal ini sesuai dengan teori Green 1980 dalam Notoatmodjo 2007b bahwa pengetahuan merupakan faktor predisposisi dari prilaku. Sesuatu itu akan menarik Universitas Sumatera Utara untuk dilaksanakan atau diikuti, kalau sudah dikenal atau diketahui tentang baik buruknya atau efeknya bagi orang tersebut. Oleh sebab itu pengetahuan tentang penyakit TB yang baik merupakan salah satu faktor yang mendorong penderita TB mencari pengobatan dan berobat sampai sembuh. Pengetahuan sejalan dengan pendidikan dimana pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan objek tertentu, dan bila penderita tahu minum obat teratur akan memperoleh kesembuhan, maka penderita akan patuh. Pengetahuan seseorang sangat berpengaruh pada pola pikir terhadap sesuatu hal yang akhirnya akan mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku. Semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka ia akan lebih cenderung memperhatikan masalah kesehatan baik untuk dirinya maupun keluarganya, sehingga dapat pula diartikan bahwa apabila pengetahuan tentang penyakit TB dan pentingnya patuh berobat semakin baik maka akan membantu kesembuhan penderita secara optimal.Notoatmodjo, 2007b. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Zubaidah, dkk 2013 tentang faktor yang mempengaruhi penurunan angka kesembuhan TB di Kabupaten Banjar tahun 2013 bahwa pengetahuan merupakan faktor yang risiko terhadap kesembuhan penyakit TB dengan OR=6,750 yang berarti kesembuhan penyakit TB Paru pada responden dengan tingkat pengetahuan rendah 6,750 kali untuk tidak sembuh dibandingkan dengan kesembuhan penyakit TB pada responden dengan tingkat pengetahuan tinggi. Universitas Sumatera Utara

5.2.6 Hubungan Sikap dengan Kesembuhan Penderita TB