Tersediaanya Obat TB Jarak Tempat Tinggal Landasana Teori

merahgelap pada kulit penderita. Bila ditemui maka penderita dianjurkan untuk menghentikan sementara minum obat dan dirujuk kepuskesmas atau rumah sakit untuk terlebih dahulu mengobati alergi yang ada Kemenkes RI, 2011. Semua OAT dapat menyebabkan kerusakan pada hati kecuali etambutol dan sikloserin. Di negara dengan hepatitis tinggi sangat sulit untuk menentukan apakah hepatitis itu karena obat atau karena infeksi. Hepatitis sebagai efek samping mungkin dapat timbul 1 dari pasien yang berobat yang sering terjadi karena tiasetazon dan pirazinamid. Kenaikan enzim serum yang ringan merupakan hal biasa, ini bukan indikasi untuk menghentikan penobatan. Jika ada kehilangan selera makan, penyakit kuning dan pembengkakan hati, pengobatan harus dihentikan sehingga fungsi hati kembali normal. Crofton,dkk, 2002

f. Tersediaanya Obat TB

Salah satu untuk menjamin kesembuhan penderita TB dalam strategi DOTS adalah adalah terjamin persediaan obat dalam jumlah mencukupi dan berkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan Kemenkes RI, 2011. Upaya pengendalian TB secara umum dikatakan mengalami kegagalan disebabkan salah satunya tidak memadainya tatalaksana pasien karena diagnosis dan paduan obat yang tidak terstandar, obat tidak terjamin penyediaannya.

g. Jarak Tempat Tinggal

Jarak merupakan salah satu faktor penyebab penderita tidak menyelesaikan pengobatan maupun memantau kemajuan pengobatan seperti mengambil obat dan memeriksa ulang dahak. Penelitian Retnaningsih 2005 menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara semakin dekat jarak tempat tinggal kepuskesmas semakin tinggi tingkat kesembuhan penderita. Faktor biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Makin jauh tempat pelayanan kesehatan, masyarakat semakin malas untuk datang ke tempat pelayanan tersebut. Jarak tempat tinggal penderita dengan tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas sering terjadi ketidak patuhan penderita untuk mengambil obat maupun pemeriksaan ulang, karena jarak yang jauh ke tempat pelayanan kesehatan berkaitan dengan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk transportasi.

2.10 Konsep Perilaku

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal dari dalam diri manusia maupun faktor internal dari luar diri manusia. Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor eksternal terdiri dari faktor fisik santara lain sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Konsep H.L.Blum dalam Notoatmodjo 2007b secara garis besar faktor- faktor yang mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok, maupun masyarakat dikelompokkan menjadi 4. Berdasarkan urutan besarnya pengaruh terhadap kesehatan tersebut adalah : 1. Lingkungan yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya 2. Perilaku Universitas Sumatera Utara 3. Pelayanan kesehatan 4. Keturunan hereditas Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan.Oleh sebab itu, dalam rangka membina dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Beberapa teori yang mengemukakan determinan perilaku berangkat dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori Lawrence Green , Snehandu Kar , dan WHO Notoatmodjo,2007b

2.10.1 Teori Lawrence Green

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku behavior couses dan faktor diluar perilaku non behavior couses. Perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor: a. Faktor-faktor predisposisi predisposing faktors, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung enabling factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya puskesmas, alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara c. Faktor-faktor pendorong reinforcing factors, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan termasuk kesembuhan dalam suatu pengobatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, dan sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku Notoadmodjo, 2007b.

2.10.2 Teori Snehandu B. Kar

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari : a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya behavior intention. b. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya sosial support c. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan accessibility of information d. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan personal autonomy e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak action situation Universitas Sumatera Utara Disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh niat orang terhadap obyek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat sekitarnya, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari individu untuk mengambil keputusan atau bertindak, dan situasi yang memungkinkan ia berperilakubertindak atau tidak berperilakutidak bertindak. Faktor lain yang mungkin menyebabkan seseorang tidak berperilaku atau bertindak karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan tidak sesuai dengan kondisi kesehatannya action situation. Notoadmodjo, 2007b

2.10.3 Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok. Pemikiran dan perasaan thoughts and feeling, yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap obyek dalam hal ini adalah obyek kesehatan. a. Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa api itu panas setelah memperoleh pengalaman, tangan dan kakinya kena api. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangganya kena penyakit polio sehingga cacat, karena anak tetangganya tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio b. Kepercayaan Universitas Sumatera Utara Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa pembuktian. c. Sikap mengambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. d. Orang penting sebagai referensi Perilaku orang lebih–lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang–orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya maka apa yang ia katakan atau perbuatan cenderung untuk dicontoh. Untuk anak- anak sekolah misalnya, maka gurulah yang menjadi panutan perilaku mareka. Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok reference reference group, antara lain guru, alim ulama, kepala adat suku, kepala desa, dan sebagainya. e. Sumber-sumber daya resources Sumberdaya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumberdaya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif, misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi juga dapat berpengaruh sebaliknya. Universitas Sumatera Utara f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai–nilai dan penggunaan sumber-sumber dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup way of life yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik lambat atau cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia. Kebudayaan atau pola hidup masyarakat disini merupakan kombinasi dari semua yang telah disebutkan diatas. Perilaku yang normal adalah satu aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini. Disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan oleh pemikiran dan perasaan seseorang, adanya orang lain yang dijadikan referensi, dan sumber-sumber atau fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku dan kebudayaan masyarakat. Seseorang yang tidak mau membuat jamban keluarga, atau tidak mau buang air besar di jamban, mungkin ia mempunyai pemikiran dan perasaan yang tidak enak kalau buang air besar dijamban thought and feeling. Notoadmodjo,2007b

2.11 Landasana Teori

Tuberkulosis TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB Mycobakterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Universitas Sumatera Utara Menurut Widoyono,2011, rendahnya angka kesembuhan. disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penderita perilaku, karakteristik, sosial ekonomi, petugas perilaku, ketrampilan, ketersediaan obat, lingkungan geografis, PMO pengawas menelan obat, serta virulensi dan jumlah kuman. Sementara itu, upaya pengendalian TB secara umum dikatakan mengalami kegagalan yang disebabkan tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan, tidak memadainya organisasi pelayanan TB kurang terakses oleh masyarakat, tidak memadainya tatalaksana pasien karena diagnosis dan paduan obat yang tidak terstandar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, tidak terstandarnya pencatatan pelaporan sehingga terjadinya kegagalan menyembuhkan pasien yang diobati Kemenkes RI, 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dan kesembuhan penderita TB ditentukan oleh interaksi lima dimensi yaitu : Faktor sosial dan ekonomi, faktor terkait sistem kesehatan atau tim penyelenggara pelayanan kesehatan, faktor terkait pengobatan, faktor terkait pasien Hopewel, 2006. Perubahan perilaku menurut Green dalam Notoadmodjo 2007b bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan termasuk kesembuhan dalam suatu pengobatan ditentukan oleh faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya. Disamping itu, faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik seperti ketersediaan fasilitas kesehatan dan faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku para petugas kesehatan yang merupakan referensi dari perilaku masyarakat. Universitas Sumatera Utara Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada gambar di bawah ini yang mendasari di lakukan penelitian tentang pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap kesembuhan penderita Tuberkulosis. pada gambar di bawah ini : Gambar 2.2 Landasan Teori - Faktor sosialEkonomi - Dukungan sosial - Budaya dan kepercayaan - Stigma, kesukuan, gender, usia - Pengobatan mahal - Biaya transportasi tinggi - Faktor penderita - Umur , jenis kelamin, pekerjaan - Pendidikan, pengetahuan , sikap - Keyakinan, kebiasaan - Faktor Pelayanan Kesehatan - Hubungan penyelengggra Kesehatan dengan pasien - Tenaga kesehatan terlatih - Prediksi ketidak patuhan - Penyuluhan - Faktor Penderita - Perilaku - Karakteristik - Sosial ekonomi - Faktor petugas - Perilaku - Keterampilan - Ketersediaan obat - Lingkungan geografis - Pengawas menelan obat PMO - Virulensi dan jumlah kuman Widoyono, 2011 - Komitmen politik dan pendanaan - Pelayanan Kesehatan - Diagnosis dan paduan obat Sembuh Tidak Sembuh - Faktor sosialEkonomi - Dukungan sosial - Budaya dan kepercayaan - Stigma, kesukuan, gender, usia - Pengobatan mahal - Biaya transportasi tinggi - Faktor penderita - Umur , jenis kelamin, pekerjaan - Pendidikan, pengetahuan , sikap - Keyakinan, kebiasaan - Faktor Pelayanan Kesehatan - Hubungan penyelengggra Kesehatan dengan pasien - Tenaga kesehatan terlatih - Prediksi ketidak patuhan - Penyuluhan - Faktor Pengobatan - Paduan obat - Efek samping obat - Ketersediaan obat ISTC, 2006 - Faktor Penderita - Perilaku - Karakteristik - Sosial ekonomi - Faktor petugas - Perilaku - Keterampilan - Ketersediaan obat - Lingkungan geografis - Pengawas menelan obat PMO - Virulensi dan jumlah kuman Widoyono, 2011 - Komitmen politik dan pendanaan - Pelayanan Kesehatan - Diagnosis dan paduan obat - Ketersedian obat - Pemantauan - Pencatatan dan pelaporan Kemenkes RI, 2011 Universitas Sumatera Utara

2.12 Kerangka Konsep