Hubungan Pendidikan dengan Kesembuhan Penderita TB Hubungan Pekerjaan dengan Kesembuhan Penderita TB

berbeda dengan menurut Kemenkes RI 2011 bahwa penderita TB perempuan lebih tinggi dengan penderita laki-laki. Berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan nilai p=0,772, sehingga variabel jenis kelamin tidak dilanjutkan dalam uji regresi logistik berganda. Hal ini menyatakan bahwa proporsi kesembuhan penderita TB tidak berbeda antara jenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Dari hasil uji statistik tersebut menyatakan penderita TB dengan jenis kelamin perempuan lebih rendah yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Pidie, hal ini diperkirakan penderita perempuan masih banyak yang enggan berobat karena malu. Kesembuhan penderita TB dari pengobatan yang dilakukan tidak bermakna karena jenis kelamin penderita, yang artinya semua penderita TB tetap akan sembuh baik yang jenis kelamin perempuan maupun laki- laki apabila penderita tersebut tetap patuh sesuai anjuran petugas kesehatan. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Zubaidah, dkk 2013 tentang faktor yang mempengaruhi penurunan angka kesembuhan TB di Kabupaten Banjar tahun 2013 bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang resiko terhadap kesembuhan penyakit TB dengan OR=1,167 yang berarti kesembuhan penyakit TB Paru pada responden dengan jenis kelamin laki-laki 1,167 kali untuk tidak sembuh dibandingkan dengan kesembuhan penyakit TB pada responden dengan jenis kelamin perempuan.

5.2.3 Hubungan Pendidikan dengan Kesembuhan Penderita TB

Berdasarkan hasil análisis distribusi frekuensi bahwa penderita TB di wilayah kerja Puskesmas Pidie Kabupaten Pidie sebagian besar berpendidikan dengan Universitas Sumatera Utara kategori tamatan SMP, SD dan tidak sekolah yaitu 64 orang 62,7 dan 38 orang 37,3 berpendidikan SMU dan perguruan tinggi Dari tabel 4.8 hasil análisis hubungan antara pendidikan dengan kesembuhan penderita TB dari 38 orang yang pendidikan SMU dan perguruan tinggi, ada 30 orang 78,9 sembuh, sedangkan pendidikan SMP, SD dan tidak sekolah dari 64 orang, sebanyak 43 orang 67,2 yang sembuh dan 21 orang 32,8 tidak sembuh. Hasil uji chi-square variabel pendidikan diperoleh nilai p=0,203, variabel pendidikan tidak dilanjutkan dalam uji regresi logistik, maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian kesembuhan penderita TB antara penderita dengan pendidikanyang tamatan SMU dan perguruan tinggi dengan pendidikan penderita yang tamatan SMP, SD dan tidak sekolah. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Zubaidah, dkk 2013 tentang faktor yang mempengaruhi penurunan angka kesembuhan TB di Kabupaten Banjar tahun 2013 bahwa pendidikan merupakan faktor yang risiko terhadap kesembuhan penyakit TB dengan OR=8,333 yang berarti kesembuhan penyakit TB Paru pada responden dengan tingkat pendidikan rendah 8,333 kali untuk tidak sembuh dibandingkan dengan kesembuhan penyakit TB pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi.

5.2.4 Hubungan Pekerjaan dengan Kesembuhan Penderita TB

Hasil análisis distribusi frekuensi bahwa penderita TB di wilayah kerja Puskesmas Pidie Kabupaten Pidie berdasarkan pekerjaan 71 orang 69,6 responden dengan bekerja dan 31 orang 30,4 tidak bekerja. Seorang pasien TB dewasa akan Universitas Sumatera Utara kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan dalam setahun, hal ini berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30. Salah satu yang menyebabkan kemiskinan terus meningkat di negara kita salah satunya penderita TB yang tidak mampu bekerja secara produktif karena pelaksanan program TB yang tidak mampu menyembuhkan pasien TB sesuai target yang diharapkan. Hasil análisis hubungan antara pekerjaan dengan kesembuhan penderita TB sebanyak 55 orang 77,5 responden bekerja yang sembuh dan ada 16 orang 22,5 bekerja yang tidak sembuh. Sedangkan dari 31 penderita yang tidak bekerja ada 18 orang 58,1 yang sembuh dan sebanyak 13 orang 41,9 tidak sembuh. Hasil uji chi-square diproleh nilai p=0,046, dengan nilai rasio prevalen 1,366 dan rentang interval kepercayaan mencakup angka 1 maka belum dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kesembuhan penderita TB antara penderita yang bekerja dengan yang tidak bekerja. Dari hasil uji ini secara statistik menyatakan semua penderita TB yang bekerja maupun tidak bekerja tetap akan mencari pengobatan dari penyakit yang dideritanya, tetapi kesembuhan dari pengobatan yang dilakukan tidak dipengaruhi pada penderita yang bekerja atau bekerja, yang artinya sebagian besar penderita yang bekerja maupun tidak bekerja berupaya agar penyakitnya dapat disembuhkan. Penderita yang bekerja beranggapan kalau sakit tidak dapat bekerja dengan maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan ini tidak hanya bermasalah pada kebutuhan sehari-hari, juga pada masa depan anak-anaknya, seperti diketahui prinsip masyarakat Universitas Sumatera Utara Pidie pada umumnya bahwa untuk menyekolahkan anak-anaknya sangat tinggi dari dulu sampai sekarang walaupun dengan kehidupan ekonomi yang serba kekurangan. Hal ini sesuai dengan penelitian Amelda,dkk 2012 bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan dengan perilaku berobat pasien TB, dengan hasil uji statistik yang besar nilai OR=0,617 95 C.I=0,221-1,720 yang menunjukkan bahwa pekerjaan bukan merupakan faktor risiko terhadap perilaku berobat pasien TB Paru di Puskesmas Batua dan Puskesmas Tamamaung kota Makasar tahun 2012.

5.2.5 Hubungan Pengetahuan dengan Kesembuhan Penderita TB