19
Tabel 2.7. Lanjutan
3. Untuk menilai perspektif retailer  dan vendor secara terpisah pada orientasi jangka panjang dan membahas kesamaan dan
perbedaannya Obyek Penelitian
Department store chains Metode Penelitian
Regresi Berganda, LISREL 7.16
Kesimpulan Penelitian Kepercayaan dan Ketergantungan menjadi faktor kunci dalam
menentukan orientasi hubungan jangka panjang antara retailer dan penyalurnya
Rujukan untuk Penelitian ini
Kepercayaan terhadap penyalur untuk hubungan jangka panjang Kerangka Berpikir
Environmental Diversity
Environmental Volatility
Transaction   specific investments by retailer
Perception of specific investments by vendor
Reputation of the vendor
Retailers experience with the vendor
Satisfaction with previous
outcomes Dependence of
retailer on vendor
Perception of vendors dependence on retailer
Vendors credibility
trust Vendors
benevolence trust
Retailers long-term orientation
2.2. Variabel Komunikasi
Dalam  organisasi  atau  perusahaan,  setiap  waktu  akan  dihadapkan  dengan bagaimana  menerapkan  suatu  strategi  dalam  melihat  berbagai  tantangan  dan
peluang  yang  dihadapi  dan  komunikasi  merupakan  penghubung  untuk menjembatani  masalah  tersebut.  Dalam  hal  ini  termasuk  juga  dalam  kerjasama
kemitraan antara satu pihak dengan pihak yang lainnya. Kemitraan yang berhasil memerlukan komunikasi yang lancar dari dua arah antara pihak penyalur dengan
pihak retail outlet.
Universita Sumatera Utara
20
Penelitian Mohr et al. 1996 menempatkan komunikasi sebagai salah satu unsur  penting  dalam  menjalin  kepercayaan  dan  kerjasama  dengan  pihak  lain.
Komunikasi  merupakan  sarana  formal  maupun  informal  yang  digunakan  dalam penyampaian  berbagi  informasi  yang  bermanfaat  dan  tepat  waktu  antara  satu
perusahaan dengan perusahaan lain. Komunikasi  dipandang  memiliki  pengaruh  dalam  menjamin  kesuksesan
suatu  hubungan  dikarenakan  kemampuannya  untuk  meredakan  konflik  yang mungkin  timbul.  Dalam  menjalin  hubungan  transaksi  seringkali  terjadi  salah
paham  atau  ambiguitas.  Kesalahpahaman  yang  terjadi  dapat  memicu  timbulnya konflik  yang  berakibat  pada  turunnya  tingkat  kepercayaan  Geyskens    et  al.,
1999. Berdasarkan hal  di atas,  komunikasi  yang baik  akan  dapat  meminimalisir
konflik dan kesalahpahaman sehingga kepercayaan akan tetap terjaga. Selanjutnya dengan  mengacu  pada  pendapat  Mohr  et  al.  1996  dapat  diketahui  bahwa
setidaknya  terdapat  tiga  bentuk  komunikasi  yang  saling  melengkapi,  yaitu frekuensi komunikasi, komunikasi dua arah dan komunikasi tanpa tekanan.
Frekuensi komunikasi mengacu pada jumlah kontak yang dilakukan antara perusahaan  penyalur  dengan  mitra  retail  outletnya.  Selama  berkomunikasi,  para
retailer  dapat  memperoleh  berbagai  informasi  baru  dari  perusahaan  penyalur, misalnya  tentang  produk  baru  atau  kebijakan  baru  yang  diterapkan  oleh
perusahaan. Informasi ini dapat digunakan sebagai dasar bagi para retailer untuk menentukan langkah mereka.
Komunikasi  dua  arah  menekankan  bahwa  komunikasi  yang  terjadi  lebih bersifat  dialog  dari  kedua  belah  pihak  yang  terlibat  dalam  komunikasi  tersebut.
Universita Sumatera Utara
21
Komunikasi  dua  arah  menjamin  terjadinya  proses  pertukaran  informasi  atau umpan  balik  dari  kedua  belah  pihak,  baik  perusahaan  penyalur  maupun  retail
outlet.  Kemauan  perusahaan  untuk  mendengarkan  dan  merespon  informasi  atau keluhan  dari  para  retail  outlet  menunjukkan  bahwa  perusahaan  memiliki
kepedulian terhadap para retail outlet. Komunikasi  tanpa  tekanan  mengacu  pada  pemakaian  pengaruh  strategis
yang  didasarkan  dari  hasil  proses  berbagi  informasi  Mohr  et  al.,  1996.  Pada umumnya perusahaan penyalur mempunyai posisi dan kekuatan yang lebih besar
dibanding  dengan  para  retail  outlet.  Hal  ini  memungkinkan  perusahaan  untuk bersifat  oportunis.  Morgan  dan  Hunt  1994  membuktikan  bahwa  perilaku
oportunis  berpengaruh  negatif  terhadap  kepercayaan  dan  sebaliknya  komunikasi berpengaruh positif terhadap kepercayaan.
2.3. Variabel Kepuasan atas Kebijakan Pelayanan